Karya Yonrefli Daniel |
Catatan, --- Dia tidak lagi mampu berjalan jauh, kakinya gemetaran, pandanganya buram, yang dia lakukan adalah duduk di jenjang depan rumah, memandang jauh kedepan, menerawang tidak tahu apa yang ada dipikirkanya, sesekali dia sesegukan, dia meghapus air matanya dengan tangan kurus dengan kulit yang sudah kerput sekali.
Dia orang tua kita, ibu kita atau ayah kita yang dulu bangga dengan kita anaknya, anak yang diharapkan penyambung langkahnya, tempat bergantung dikalah kakinya nanti mulai lemah, tempat meminta sesuap nasi ketika dia tidak mampu lagi mencari nafkah hidupnya.
Perjalanan hidupnya diawali dengan kebahagian punya suami yang sangat menyayanginya sampai satu, dua bahkan tiga orang anak menambah keceriaan hidupnya. rasanya semua sempurna walaupun tinggal di rumah kayu sederhana dengan hidup serba adanya, "dapat pagi habis sore, besok cari lagi ".
Hari berputar terus sianak mulai besar juga, satu-satu dari mereka mulai ingin pergi dari rumah mencari penghidupan baru berkeluarga, dengan berat hati ibu melepas anaknya, walaupun dalam hatinya dia menangis, takut dan ragu dengan siapa dia nanti diakhir hidunya. Tapi apalah dayannya hidup harus berputar dan tinggalah dia dengan suami yang tetap setia mendampinginya
Beberapa waktu berjalan anak masih tetap mengabarinya beberapa bulan sekali pulang dan setiap lebaran di pasti pilang.
Itulah kegembiraan yang ditunggu ibu Selang beberapa tahun berjalan Allah memanggil siayah, suami yang dia jadikan pelindung, tempat bergantung ketika lemah dan kawan bercerita sebelum tidur.
Sekarang tinggalah dia sendiri tidak ada tawa tidak ada kawan untuk bercerita tentang kesedihanya, tentang rindu pada anaknya, tentang sakit yang dirasakan, hanya air mata yang meredakan emosi kesedihanya tersebut.
Hari demi hari dia lalui sendiri dirumah kayu yang mulai rusak dimakan waktu, atapnya mulai bocor, lantainya mulai ada yang rubuh. bahkan tangganya mulai goyah.
Untuk itu tidak mungkin kita tinggalkan ibu kita sendiri, jangan biarkan dia takut sendiri ketika malam datang, jangan biarkan dia tidak makan karena tidak ada beras atau dia tidak mampu memasak. Mari kita temani dan kita iringi dia mengucapkan kalimat "La Ilahaillalah, Muhammadurrosulullah " ketika kematian mejemputnya.
JANGAN TINGGALKAN ORANG TUA KITA DI UJUNG PERJALANNYA, BIMBING TANGANNYA, KECUP KENINGNYA KARENA SURGA BERADA DIBAWAH TELAPAK KAKINYA.vSemoga amalan kita semakin meningkat. Aamiin.(014)
0 Comments