Buyung Wafat, Warga Tak Berani Menyelenggakan Jenazah. Wabup Ferizal Ridwan : Ini Kewajiban

IMPIANNEWS.COM
Lima Puluh Kota, --- Inna lillahi wa
inna ilaihi rojiuun. Di tengah pandemi corona saat ini, kebanyakan warga merasa ketakutan dan seakan terlalu waspada. Termasuk dalam penyelenggaraan jenazah warga yang wafat. 

Seperti yang tampak dan dialami seorang warga nagari Solok Bio-Bio, bernama Buyung 53 tahun. Almarhum Buyung meninggal mendadak, Selasa (12/05/2020) sekota pukul 09.15 pagi di kediamannya. 

Buyung memiliki riwayat penyakit, bocor serta sakit di dada.

Karena masyarakat ketakutan akan virus Covid 19, tidak satupun orang mau menghampirinya dan mengurusnya, sampai petugas kecamatan bersama petugas medis pun hanya datang melihat dari jauh dan menayakan riwayat sebelum menunggal. 

Dan mereka berkesimpulan tidak masalah laksanakan saja, namun mereka tidak berani menyentuhnya.

"Sampai pukul 14.00 siang, jenazah almarhum masih belum diselenggarakan. Hingga kami didatangi Mainanda, salah seorang tokoh masyarakat setempat. Mainanda, datang untuk meminta pendapat dan solusi serta mohon saya turun ke Solok Bio-Bio. Setidaknya untuk menenangkan masyarakat dan pihak keluarga,"terang Wabup Ferizal Ridwan kepada media, selasa (12/05/2020) sorenya.

Dikatakan Buya Ferizal Ridwan, Pukul 14.25 dirinya sampai di rumah duka. 

"Kami menemui jenazah Buyung belum diurus dan belum dipindahkan. Almarhum masih tergeletak dimana kondisi awal saat dia meninggal. Akhirnya, Kami dan mengajak tokoh masyarakat setempat untuk tetap menyelenggarakan jenazah almarhum Buyung. Namun tiada warga yang berani turun tangan,"imbuh Buya.

"ini kewajiban dan kemanusian. Jenazah Almarhum mesti diselenggarakan. Setelah 10 APD sederhana disiapkan kemudian ambo mintak dan siapkan 10 buah APD sederhana. Akhirnya ada 4 orang yang mau menyelengakan, mengurusnya. Alhamdulillah, kami bersama wali nagari, perangkat nagari, babinsa dan warga, bisa membantu penyelenggaraan jenazah almarhum Buyung hingga tuntas. 10 warga tampak giat membuat Peti dan penggalian kubur.

"Miris sih. Saat menyolatkan, hanya bertiga  saja. Saya jadi imam, makmum perangkat nagari dan istri almarhum. Maaf-maaf, apakah harus kita seperti ini seterusnya ?,"ungkap Ferizal Ridwan terlihat kecewa terhadap warganya.

Apakah ini (penyelenggaraan jenazah) harus bicara kewenangan lagi. Inikan kewajiban muslim atas muslim lainnya. Apakah nilai agama begitu mulai menipis. Kecuali terhadap jenazah covids19, protap penyelenggaraannya sesuai aturan. Mari kita pilah, antara kewajiban dengan pencitraan. Berdosalah kita dikala fardhu kifayah tidak kita laksanakan sempurna. Saya hadir atas permintaan warga, dan semoga terjauh dari fitnah pencitraan. Urusan kemanusiaan diatas dari derjat kemuliaan jabatan,"tegas Ferizal Ridwan kepada warganya. (014)

Post a Comment

0 Comments