Muhammad Kameily : Tidak Ada Manusia Ingin Jadi Narapidana

IMPIANNEWS.COM 
Payakumbuh, --- Dalam wawancara eksklusif dengan impiannews.com, Jumat (03/04/2020) pagi, Kepala Lapas Kelas II B Payakumbuh, Muhammad Kameily dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada manusia di dunia ini bercita-cita ingin jadi narapidana. 

"Apakah ini sudah suratan tangan ?, tanya kontributor Impiannews.com 

"Saya kurang setuju dengan hal ini. Masalahnya, manusia diciptakan Allah, Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk yang sebaik-baik bentuk. Manusia dibekali akal dan nafsu. Namun, yang disebut narapidana bisa jadi manusia yang akal sehatnya dikalahkan hawa nafsu. Allah sudah menerangkan ancaman bagi manusia yang berdosa, yakni neraka. Itulah sanksi di akhirat. Tapi, di dunia kan ada hukum dunia, salah satunya penjaga ini. Lembaga pemasyarakatan ada untuk membuat manusia yang bersalah di mata hukum, untuk jera. Dan komit untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar hukum, lagi. Disini mereka dibina secara manusiawi, dibina dengan ilmu agama dari tenaga ahlinya. Selain itu kita berikan keterampilan Kewirausahaan, agar setelah bebas mereka bisa mandiri. Namun sayang, ada sebagian yang suka keluar masuk penjara. Inilah yang perlu kita sadarkan. Untuk menyadarkan mereka ini butuh kerjasama, khususnya dari pihak keluarga. Paling utama kesadaran dari diri sendiri, bahwa seluruh perbuatan kita bakal dipertanggungjawabkan,"terang Muhammad Kameily, jebolan AKIP Pusdiklat Kemenkum HAM Cinere tahun 1998, ini. 

Ditegaskan, Narapidana bukan garis tangan. Karena life is freedom choice. Kita Mau jadi apa?. Mau rajin mau malas.

"Kita terlahir dari latar belakang berbeda, baik ekonomi, akademik, garis keturunan dan sebagainya. Disanalah kita perlu gunakan akal sehat. Kalau ingin sukses, ya belajar. Bukan bolos. Mau kaya, rajin bekerja dan menabung. Mau masuk syorga, ya rajin beribadah. Dua sisi dunia harus diseimbangkan dengan otak dan iman. Takdir bisa berubah saat kita rajin berikhtiar dan berdoa,"ungkap Kalapas Muhammad Kameily, kelahiran Tanjung karang 4 Mei 1974

Saat kita tanyai narapidana akan kesalahan mereka, 100 % mereka tau mereka salah. PR besar kita adalah bagaimana mewujudkan masyarakat sadar hukum, tentunya berawal dari tokoh. Tokoh memberikan contoh teladan, bagaimana hidup baik dan benar menurut agama dan bangsa. Tokoh yang peduli akan kesenjangan dan memberikan motivasi bahwa hidup tidak cukup dengan kerja keras. Tapi, pekerja keras harus berpikir keras. Berpikir cerdas. Istilahnya, 'Jika kita bawa Nasi ke kebun, bagaimana pulangnya kita bisa rantang kosong sambil membawa rumput atau kayu bakar'. Kalau ingin petik jengkol, pakai galah. Jangan ditebang tunggulnya. Silahkan tafsirkan sendiri,"ulas Muhammad Kameily mantan Kasi Registrasi Lapas Kelas I Bandar Lampung, ini. 

"Ketahanan kampung atau nagari sangat kita butuhkan untuk perwujudan masyarakat yang adil dan makmur. Jika, Kampung kita kompak peduli saling jaga. Insyaallah, takkan ada pelanggaran. Karena kita saling mengingatkan, saling empty, saling melengkapi. Dan ini sesuai dengan ajaran agama manapun di Indonesia,"pungkasnya.(014)

Post a Comment

0 Comments