Kabar Baik, Prediksi Terkini Kapan Virus Corona di Indonesia Menghilang, Saat Ini Sudah Masuk Puncak


IMPIANNEWS.COM  - Indonesia sudah lebih dari satu bulan dilanda wabah virus corona, sejak kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020.

Lalu kapan pandemi covid-19 ini akan berakhir?

Para ahli memberikan prediksi seputar kapan virus Corona atau covid-19 di Indonesia akan berakhir.

Para peneliti kembali melakukan kajian pemodelan untuk melihat potensi penyebaran pandemi covid-19 di Indonesia.

Model yang digunakan dalam kajian prediksi ini adalah model probabilistik yang didasari atas data real atau Probabilistik Data-driven Model (PDDM).

Peneliti yang terlibat dalam kajian ini ialah Guru Besar Bidang Statistika di Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof Dr rer nat Dedi Rosadi SSi MSc, alumni MIPA UGM Drs Heribertus Joko Kristadi MSI, dan alumni PPRA Lembaga Pertahanan Nasional RI Dr Fidelis Indriarto SSi MM.

Apa itu model PDDM?
Model PDDM yang digunakan peneliti adalah model teori antrean dengan mengasumsikan proses pasien datang ke rumah sakit sebagai penderita covid-19 positif mengikuti proses antrian Markovian.

Setelah dilakukan pencocokan model terhadap data total penderita covid-19 positif ,maka peneliti mampu menjelaskan banyak fenomena penting berdasarkan model yang digunakan itu.

Dikutip dari tribun.co, Model PDDM merupakan penyempurnaan dari model statistika dasar yang dikembangkan oleh Heribertus Joko Kristadi.

Disampaikan oleh Dedi, model PDDM telah dicoba dan dibandingkan dengan berbagai model statistika, pembelajaran mesin atau machine learning, dan runtun waktu seperti kurva Gompertz, Logistic model, Model Eksponensial, ARIMA, dan lain lain.

Namun menurut dia, model PDDM ebih baik untuk menggambarkan total data penderita covid-19 daripada prediksi berdasarkan model matematika dinamik.

Ditambahkan oleh Fidelis, hasil analisis yang bombastis dan estimasi yang kurang akurat sebelumnya dikhawatirkan menambah keresahan masyarakat dan rawan dimanfaatkan secara kurang bijak oleh pihak-pihak yang punya kepentingan.

"Model dinamik matematik yang digunakan oleh beberapa pihak memberikan prediksi yang terlalu berlebihan dengan eror yang sangat tinggi dan direkomendasikan untuk digunakan dengan kehati-hatian untuk Indonesia," ujar Fidelis.

Kenapa harus model PDDM?
Setidaknya ada dua alasan utama kenapa para peneliti memilih model PDDM dalam memprediksi potensi akhir pandemi covid-19 di Indonesia.

1. Berkemampuan seperti machine learning
Menurut Dedi, meskipun model PDDM sederhana, tetapi mampu memberikan akurasi prediksi satu harian ke depan yang sangat baik.

Bahkan, disebutnya sebanding dengan kemampuan prediksi model machine learning yang kompleks seperti model jaringan syaraf tiruan maupun model lebih canggih lainnya.

2. Punya keunggulan lebih
Ada sejumlah keunggulan pada model PDDM ini, kata Dedi, yang tidak dimiliki oleh model-model lain yang diuji dan dikembangkan sebelumnya.

Berdasarkan model PDDM, rata-rata eror kesalahan prediksi selama 2 minggu terakhir hanya sebesar 1,5 persen.

Setelah diujikan prediksi ke depan selam 4 hari terakhir sejak 26 Maret, eror yang dihasilkan selalu di bawah 1 persen yakni maksimum sebesar 0,9 persen dan minimum 0,18 persen.

"Keunggulan lainnya dari model PDDM adalah kemampuannya untuk memprediksikan waktu terparah dan waktu berakhirnya pandemi covid-19 ini di Indonesia," kata Dedi melalui keterangan tertulisnya kepada Kompas.com, Selasa (7/4/2020).

Prediksi pandemi covid-19 hasil model PDDM

Dengan model PDDM, Dedi menyebutkan diperkirakan penambahan maksimum total penderita covid-19 per hari adalah di sekitar minggu kedua April 2020, yakni disekitar 7 - 11 April 2020.

Dengan penambahan lebih kurang 185 pasien per hari, dan diperkirakan akan terus menurun setelahnya.

Berdasarkan data yang ada diperkirakan pandemi akan berakhir lebih kurang 100 hari setelah 2 Maret 2020 yakni disekitar tanggal 29 Mei 2020.
Maksimum total penderita covid-19 positif adalah sekitar 6174 kasus.

"Sejak pertengahan Mei 2020, penambahan total penderita sudah relatif kecil," ujar dia.

Catatan hasil prediksi bisa berhasil Akurasi prediksi kasus konfirmasi positif covid-19 melalui model ini, presentase eror seringkali didapati di bawah angka 1 persen.

Tetapi, para peneliti tetap menyarankan agar mudik lebaran tidak dilakukan dan kegiatan selama berkumpul di bulan Ramadhan ditiadakan.

Intervensi pemerintah melalui parsial lockdown dan social - physical distancing yang ketat terus harus dilakukan sampai pandemi benar-benar berakhir pada awal Juni 2020.

Hal itu disebabkan, akurasi prediksi sebelumnya didasari atas data penderita sampai tanggal 26 Maret 2020.

Selain itu, diasumsikan telah adanya intervensi ketat dari pemerintah sejak minggu ke-3 bulan Maret 2020 dan telah berhasil.

Sementara itu, efek pemudik dari kota besar yang terdampak covid-19 saat awal aturan social - physical distancing baru diberlakukan, diasumsikan oleh para peneliti tidak signifikan.

"Model ini juga masih membatasi bahwa efek-efek eksternal lainnya seperti suhu udara, jumlah populasi, kepadatan penduduk, dan lain-lain, diasumsikan tidak berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah penderita," tutur Dedi.

Oleh para peneliti model PDDM ini akan terus di perbaharui setiap hari sehingga prediksi dari model PDDM akan betul-betul mencerminkan perubahan dari data yang ada.

Masih menurut Dedi, kajian yang mereka sampaikan didasari oleh skenario optimis.

Namun dapat pula di gunakan untuk menguji berbagai skenario akibat intervensi dan atau pengaruh faktor-faktor penting eksternal
Sebagai contoh, dengan model ini dapat disimulasikan efek apabila terjadi kenaikan penderita covid-19 pada minggu akhir Maret 2020 dikarenakan banyaknya pemudik dari kota besar yang terdampak covid-19 ke daerah-daerah lain.

Post a Comment

0 Comments