Di Indonesia, imunisasi BCG wajib diberikan pada bayi usia 0-2 bulan | Mommybites
IMPIANNEWS.COM -- Vaksin bacillus Calmette-Guerin (BCG) telah menjadi harapan baru dunia untuk mengalahkan pandemi COVID-19. Pasalnya, sebuah penelitian terbaru menunjukkan negara yang mewajibkan imunisasi tersebut memiliki angka kematian akibat Virus Corona yang lebih rendah dibandingkan negara yang tak mewajibkannya.
Dilansir dari Japan Times, penelitian yang diunggah di medRxiv, laman penelitian medis, menemukan korelasi antara negara yang mewajibkan imunisasi BCG dan jumlah kasus COVID-19.
Ternyata jumlah kasus dan kematian akibat Virus Corona di negara-negara tersebut lebih kecil. Meski baru sebatas korelasi, setidaknya 6 negara langsung mengadakan uji coba pemberian Vaksin itu pada petugas medis dan lansia guna melihat benarkah Vaksin BCG mampu memberi perlindungan terhadap SARS-CoV-2.
Berdasarkan penelitian NYIT College of Osteophatic Medicine di Amerika Serikat (AS), Italia dan AS yang terdampak parah COVID-19 rupanya hanya merekomendasikan Vaksin BCG pada mereka yang rentan. Sementara itu, Jerman, Spanyol, Prancis, Iran, dan Inggris pernah punya aturan yang mewajibkan imunisasi BCG, tetapi dihentikan beberapa tahun atau dekade yang lalu. China juga punya kebijakan Vaksin BCG, tetapi tak dipatuhi sebelum 1976.
Sebaliknya, Jepang dan Korea Selatan punya kebijakan Vaksin BCG yang menyeluruh. Kedua negara ini pun tampak berhasil mengendalikan COVID-19 sejauh ini.
Di Indonesia sendiri, setiap anak wajib mendapat imunisasi ini. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan republik Indonesia nomor 12 tahun 2017 tentang penyelenggaraan imunisasi, Vaksin untuk melawan penyakit TBC ini diberikan pada bayi berusia 1 bulan.
Bahkan, terdapat kalimat yang menyebut bayi lahir di institusi rumah sakit, klinik, dan bidan praktik swasta, imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan.
Pemberian optimalnya pun diberikan sampai usia 2 bulan, tetapi bisa diberikan sampai usia maksimal 1 tahun tanpa perlu tes 'mantoux' (pemeriksaan untuk mengetahui adanya paparan kuman TB pada tubuh).
Vaksin BCG telah dipakai di seluruh dunia selama sekitar 100 tahun. Tak hanya mampu melawan TBC, suntikan ini juga merupakan imunoterapi umum untuk kanker kandung kemih tahap awal. Ia juga melatih 'garda depan' pertahanan tubuh guna melawan infeksi dengan lebih baik.
"Vaksin BCG mampu meningkatkan sistem kekebalan tubuh sehingga lebih tahan terhadap berbagai macam infeksi yang berbeda, berbagai macam virus, dan bakteri," terang Nigel Curtis, kepala penelitian penyakit menular di Murdoch Children's Research Institute, Melbourne, Australia.
Para ilmuwan pun kini masih mencari tahu mengapa Vaksin BCG tak hanya mampu menangkal TBC, tetapi juga mikroba penyakit lainnya.
WHO juga mengatakan sangat penting untuk mencari tahu apakah Vaksin BCG mampu mengurangi penyakit COVID-19 dan mendesak lembaga internasional untuk berkolaborasi dalam penelitian.
"Vaksin BCG seperti menciptakan 'penanda' yang bisa digunakan oleh sistem kekebalan tubuh di kemudian hari," ucap Mihai Netea, pakar penyakit menular di Radbound University Medical Center, Belanda.
Namun, meski Vaksin BCG tampak efektif, ia mengingatkan tak ada alasan untuk menimbunnya.
"Masyarakat tak boleh menimbun atau mencoba mendapatkan Vaksin BCG seperti pada tisu toilet," pesan Otazu.
Selain itu, ada kemungkinan kecil bahwa Vaksin BCG dapat meningkatkan risiko Virus Corona. Namun, para ilmuwan belum bisa memastikan sebelum uji klinis berakhir. Bagaimanapun juga, Vaksin BCG tidak boleh dijadikan senjata satu-satunya melawan COVID-19.
"Tidak ada satu pun negara di dunia ini berhasil lolos dari penyakit itu hanya karena rakyatnya dilindungi BCG," tambah Otazu.
Physical distancing, tes Virus Corona, dan isolasi diri tetap dibutuhkan untuk memutus penyebaran virus ini.
0 Comments