Israel dan Palestina bersatu lawan virus |
Covid-19 telah menginfeksi lebih dari 2.000 orang Israel dan menewaskan sedikitnya 8 orang. Sementara di Tepi Barat yang diduduki oleh Israel, telah menginfeksi lebih dari 70 warga Palestina dan membunuh seorang wanita Palestina. Setidaknya sembilan warga Palestina di Jalur Gaza, juga terinfeksi virus itu.
Wabah Virus ini memaksakan kedua negara ini bekerjasama dan saling berkoordinasi dalam upaya melawan Covid-19. Israel telah memastikan masuknya ambulans ke wilayah Palestina di Tepi Barat beberapa hari lalu.
Di sana mereka menawarkan lokakarya medis kepada staf rumah sakit Palestina tentang praktik karantina terbaik, dan menyediakan alat uji virus kepada staf medis Palestina.
Dilansir, National Publik Radio (NPR)Sejauh ini, Rumah sakit Israel, sedang sibuk di bawah tekanan ratusan kasus baru covid-19 dalam sehari. Di rumah sakit Israil terdapat sekian dokter yang merupakan warga Palestina, mereka bekerja di sana.
Seolah, ketegangan atas proposal perdamaian pro-Israel oleh Presiden Trump dan janji Israel untuk mencaplok tanah-tanah Tepi Barat pada bulan lalu, nampak seperti telah dilupakan.
Begitu juga dengan pemboman bulan lalu terhadap sebuah restoran Palestina yang menjadi tuan rumah delegasi jurnalis Israel. Perang terhadap virus, membuat dua negara ini melunak.
“Mungkin orang akan mengingat ini sebagai waktu ketika mereka memperlakukan satu sama lain sebagai manusia,” kata seorang wartawan surat kabar Palestina kepada NPR, yang namanya enggan diberitakan.
Presiden Israel Reuven Rivlin juga telahberbicara dengan Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas pada pekan lalu. Komunikasi yang tergolong langka ini, tentang mengoordinasikan upaya memerangi virus corona.
Sementara itu, sebuah jajak pendapat publik pada hari Selasa lalu menemukan sebanyak 68% warga Palestina mendukung kerja sama Otoritas Palestina saat ini dengan pemerintah Israel untuk membendung penyebaran virus.
Beberapa warga Israel telah menyuarakan rasa terima kasih mereka di Twitter dan televisi untuk warga Palestina yang merupakan 17% bekerja sebagai dokter di Rumah Sakit Israel.
Di pintu-pintu masuk, Israel telah mengunci dan memperketat semua pengunjung asing. Kecuali untuk warga Palestina.
Sementara itu, sebuah foto beredar di media sosial pada Jumat (27/3) kemarin, penampakan dua petugas Ambulans yang merupakan warga Palestina dan Israil sedang melakukan doa. Sebuah foto yang menginspirasi banyak orang.
Dilansir CNN, Kedua orang itu adalah Avraham Mintz yang seorang Yahudi beribadah menghadap Yerusalem, sementara Zoher Abu Jama melaksanakan salat dengan menghadap ke arah Mekkah.
Keduanya baru saja selesai menangani seorang wanita berusia 41 tahun yang mengalami masalah pernapasan. Sebelumnya, mereka memeriksa lansia 77 tahun. Nyaris tidak ada waktu berhenti dari tugas yang mereka jalani.
Namun, ketika waktu menunjukkan pukul enam sore, Mintz dan Abu Jama berhenti untuk beristirahat dan beribadah sekitar 15 menit. Keduanya merupakan pekerja medis untuk instansi pelayanan tanggap darurat di Israel, Magen David Adom (MDA).
Potret dua petugas medis yang melakukan ibadah bersamaan tersebut diambil oleh pekerja lainnya, dan langsung ramai diperbincangkan di media sosial serta muncul dalam pemberitaan media internasional.
Saya bangga dengan semua layanan penyelamatan, tidak masalah dari komunitas atau agama apa,” kata seorang pengguna di Instagram. “Satu pertarungan! Satu kemenangan! Mari kita bersatu,” kata pengguna lainnya di Twitter.
Mintz mengungkapkan pentingnya meluangkan waktu sesaat untuk beribadah meski sedang sibuk bekerja. Walaupun sederhana, menurutnya doa memiliki dampak luar biasa.
“Saya percaya bahwa Zoher dan saya, dan sebagian besar masyarakat dunia memahami bahwa kita harus mengangkat kepala dan berdoa. Hanya itu yang tersisa,” kata pria berusia 42 tahun itu.
Abu Jama sendiri masih berstatus relawan di MDA yang tinggal di Kota Bedouin, Rahat. Ia meninggalkan pekerjaannya sebagai instruktur pengemudi untuk membantu di bidang pelayanan tanggap darurat.
Sementara, Mintz merupakan pekerja tetap yang bertugas mendampingi dan melatih para relawan, seperti Abu Jama.
“Dalam hal kepercayaan dan kepribadian kita percaya pada hal-hal yang sama dan kita memiliki kesamaan,” kata Abu Jama. “Saya percaya dia adalah orang yang memberi dan menerima perasaan hormat, dan itu penting,” ucap pria berusia 39 tahun itu. (dal/fin).
#tafch
#israel/palestina
#bersatu
#corona
0 Comments