Industri tambang emas, yang hampir setengahnya dimiliki oleh Freeport-McMoRan Amerika dan dijalankan oleh PT Freeport Indonesia, dipandang oleh separatis sebagai simbol pemerintahan Indonesia. Perusahaan ini telah sering menjadi sasaran amuk para pemberontak.
Baku tembak selama seminggu yang terjadi antara pasukan keamanan Indonesia dan kelompok pemberontak di dekat tambang emas terbesar di dunia, Freeport Papua telah menyebabkan hampir 2.000 penduduk desa melarikan diri, kata para pejabat Sabtu (7/3).
Dilaporkan Bloomberg, bentrokan yang dimulai pada 29 Februari di dekat tambang tembaga dan emas Grasberg Provinsi Papua, telah menewaskan seorang polisi dan melukai tiga lainnya, kata kepala polisi Papua Paulus Waterpau.
Pemberontak di Papua telah beraksi dengan berbagai skala perlawanan, dari rendah ke intens sejak awal 1960-an. Perlawanan itu sendiri meletus ketika pemerintah pusat Indonesia mencaplok wilayah yang dulunya merupakan koloni Belanda.
Papua secara resmi dimasukkan ke Indonesia pada 1969 setelah pemungutan suara yang disponsori oleh Amerika Serikat (AS). Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) ini diduga sarat dengan kecurangan yang menipu banyak orang.
Sementara itu, industri tambang, yang hampir setengahnya dimiliki oleh Freeport-McMoRan Amerika dan dijalankan oleh PT Freeport Indonesia, dipandang oleh separatis sebagai simbol pemerintahan Indonesia. Perusahaan ini telah sering menjadi sasaran amuk para pemberontak.
Waterpau mengatakan kepada wartawan, para penyerang yang diyakini merupakan anggota Tentara Pembebasan Papua Barat, sayap militer Organisasi Papua Merdeka, menyergap patroli polisi dari sebuah bukit pada 29 Februari, sehingga menewaskan seorang perwira dan melukai dua lainnya.
Bloomberg melaporkan, dalam serangan kedua, orang-orang bersenjata lantas menembak mobil polisi pada Selasa. Imbas dari serangan ini, yakni beberapa petugas menderita luka-luka.
Serangan itu terjadi di kota pertambangan Tembagapura di Papua, tempat pemberontak bertempur melawan pemberontakan tingkat rendah untuk kemerdekaan.
Seorang kepala badan mitigasi bencana lokal Yosias Lossu, mengatakan bus milik PT Freeport Indonesia mengevakuasi sekelompok 258 penduduk desa dari desa Banti dan Kali Kabur pada Jumat. Sebanyak 699 orang lainnya, kebanyakan perempuan dan anak-anak, dievakuasi pada Sabtu pagi.
Dia mengatakan, sekitar 800 penduduk desa dari Longsoran, Batu Besar, dan desa Kimbeli dievakuasi ke markas polisi di Tembagapura pada Jumat.
“Kebanyakan perempuan dan anak-anak yang takut dan merasa terintimidasi oleh tembakan di dekat desa mereka,” kata Lossu lagi.
Komandan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Lekagak Telenggen, berujar dalam sebuah pernyataan yang dirilis pada Sabtu, mereka bertanggung jawab atas serangan di Tembagapura.
“Kami akan terus berjuang sampai PT Freeport Indonesia berhenti beroperasi dan ditutup,” kata Telenggen.
Penyebab konflik
Warga Papua sendiri secara konsisten mengajukan keluhan yang sebagian besar masih belum terselesaikan. Yang pertama berkaitan dengan sejarah. Warga Papua telah mengklaim, mereka tidak pernah diajak berkonsultasi sebelum Perjanjian New York 1962 ditandatangani, yang mengatur agar Belanda keluar dari wilayah tersebut.
Warga Papua juga menentang hasil referendum atau Perpera 1969, yang memutuskan integrasi wilayah itu ke Indonesia. Sekitar 1.000 pemimpin suku dipilih oleh TNI untuk mewakili seluruh penduduk Papua dalam referendum tersebut―penduduk di kawasan itu diperkirakan berjumlah 800.000 orang―dan mereka dengan suara bulat memilih untuk bergabung dengan Indonesia.
Indonesia juga telah dituduh melakukan pelanggaran berat hak asasi manusia sejak tahun 1963. Ini termasuk kematian massal penduduk desa yang dituduh mendukung separatis, serta pembunuhan para pemimpin utama Papua seperti Ferry Awom, Arnold Ap dan Theys Eluay, dan lain-lain.
Kesenjangan ekonomi juga tampak mencolok. Papua—sebagai salah satu daerah paling kaya akan sumber daya alam di dunia—juga merupakan rumah bagi salah satu penduduk termiskin di Indonesia.
Sumber daya Papua dijarah oleh perusahaan asing seperti PT Freeport Mc-Moran, yang memiliki tambang emas terbesar di dunia di wilayah tersebut.
Degradasi lingkungan besar-besaran juga merupakan salah satu keluhan utama warga Papua, yang memandang hutan mereka sebagai tanah komunal yang sakral.
Penerjemah dan editor: Purnama Ayu Rizky
Keterangan foto utama: Seorang peserta protes di kantor pusat PT Freeport Indonesia di Jakarta, menuntut penutupan tambangnya di provinsi Papua. (Foto: Reuters/Beawiharta)
#tafch
0 Comments