kapal-kapal penjaga pantai China terlibat ketegangan dengan kapal perang Malaysia dan Vietnam. |
Meski dalam keadaan darurat karena wabah corona, tak membuat China mengurangi agresifitasnya di Laut China Selatan. Terbaru, dan di luar perhatian media, kapal-kapal penjaga pantai China terlibat ketegangan dengan kapal perang Malaysia dan Vietnam.
Ketegangan itu dilaporkan Inisiatif Transparansi Maritim Asia (AMTI), seperti diberitakan laman website Hong Kong, scmp.com, Sabtu (22/2).
Menurut laman itu, situasi berhadap-hadapan antara kapal China, Malaysia, dan Vietnam telah berlangsung berminggu-minggu, berdasar data dari AMTI yang berbasis di Washington DC. AMTI mempertanyakan, mengapa Malaysia dan Vietnam tidak membentuk front bersama menghadapi kapal China dan justru bergerak masing-masing.
Ketegangan ini berlangsung setelah ketegangan serupa yang dipublikasikan luas media internasional, saat kapal perang Indonesia bersitegang dengan kapal penjaga pantai China Desember 2019 lalu.
Di situs webnya, AMTI memuat kisah demi kisah tentang apa yang disebutnya “permainan ayam yang berbahaya dan berkelanjutan” yang melibatkan kapal angkatan laut, kapal penjaga pantai, kapal milisi, kapal bor yang disebut West Capella.
West Capella - yang dikontrak oleh perusahaan energi Malaysia, Petronas - berada di pusat perselisihan.
AMTI, yang berafiliasi dengan Pusat Studi Strategis dan Internasional, mengatakan pihaknya membuat temuan berdasarkan siaran sistem identifikasi otomatis (AIS) dan citra satelit komersial.
Ketiga negara belum secara terbuka mengomentari perselisihan ini, meskipun Menteri Luar Negeri Malaysia Saifuddin Abdullah minggu ini mengatakan Kuala Lumpur sedang mencari kesepakatan dengan Vietnam untuk menghentikan "perambahan" nelayan laut dalam dari Indochina ke perairan teritorial Malaysia.
Malaysia dan Vietnam adalah di antara negara-negara Asia Tenggara yang menantang klaim Beijing atas hampir keseluruhan Laut Cina Selatan melalui apa yang disebut batas garis sembilan putus-putus (nine dash line).
Kedua negara pada tahun 2009 mengajukan pengajuan bersama untuk sebagian landas kontinen mereka di bagian selatan perairan yang kaya minyak dan gas, dan Kuala Lumpur mengajukan klaim lebih lanjut untuk bagian utara laut akhir tahun lalu.
Langkah terakhir itu menuai kecaman dari China, yang telah lama menyatakan bahwa ia memiliki "hak historis" terhadap perairan itu.
Namun bagi Malaysia, batas sembilan garis putus-putus itu berlawanan dengan hak mereka atas perairan yang ditetapkan oleh Konvensi PBB tentang Hukum Laut.
Taiwan - dipandang oleh Beijing sebagai provinsi pemberontak - memiliki klaim yang sama dengan China daratan.
#tafch
0 Comments