Di Minang ini ada beberapa kriteria yang disukai masyarakat terkait karakter atau kualitas yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Begitu juga di Kabupaten Solok.
Seorang pemimpin wajib memiliki kapasitas dan kapabilitas. Terlebih di era globalisasi yang serba terkoneksi. Namun, apakah kedua kualitas ini sudah cukup? Jawabannya, tentulah belum.
Dikatakan Nazaruddin Datuak Rajo Nan Gadang selaku Pengurus LKAAM Kab. Solok, Kamis (06/02/20), menyikapi hal sedemikian. Kualitas non teknis lain yang musti dipunyai oleh seorang pemimpin agar tidak lost control dalam memimpin, harus dimiliki. Antara lain :
Pertama ialah "Kesantunnan". Tak bisa dipungkiri bahwa masyarakat tidak menyukai sikap arogan atau prilaku kasar seorang pemimpin. Baik dalam perkataan maupun perbuatan. Masyarakat menyukai kehalusan budi, kelembutan tutur bahasa dan keramahan sikap.
Sebaliknya, bila seorang pemimpin berlaku kasar apalagi mencaci. Tentunya orang (objek) akan sakit hati. Maka dari itu Kesatunnan seorang pemimpin, menjadi tolak ukur utama, kata Datuak.
Manusia tidak hanya terdiri dari jasmani atau raga saja. Namun memiliki perasaan halus yang disebut rohani atau jiwa. Maka sikap santun keseharian pemimpin dalam bersosial dengan masyarakatnya merupakan "Kewajiban".
Kedua, “Memiliki Sifat Kasih Sayang”. Sifat ini wajib hukumnya dimiliki oleh pemimpin manapun di muka bumi ini. Seorang pemimpin tidak boleh memperlakukan rakyatnya dengan ketidak adilan, apalagi meremehkannya. Mereka yang terpinggirkan, tidak boleh dipandang sebelah mata atau di anggap ‘Sampah Kota’, pungkasnya.
Pemimpin musti menyayangi rakyatnya. Keluhan mereka harus didengar, ditampung dan dicarikan solusinya. Bersikap tegas boleh boleh saja, namun ketegasan itu tidak meski menanggalkan rasa/sifat kasih sayang.
Yang ketiga adalah “Pandai Mengendalikan Diri”. Seorang pemimpin harus punyai kesabaran agar mental tidak lepas control ketika melihat yang tidak beres. Kalaupun harus marah, jangan sampai kemarahan diluar kendali, seperti dengan memaki atau bersikap kasar lainnya, papar Datuak.
Pemimpin yang bijak, bakal mampu mengendalikan amarahnya. Sikap wibawa yang dimiliki, akan menjaga harga dirinya di mata rakyat. Bagaimanapun juga harga diri seorang pemimpin wajib dijaga, supaya yang dipimpinnya menaati berbagai aturan-aturan yang telah dibuat pemerintah.
Tantangan berat seorang pemimpin dalam menjalankan amanah rakyatnya, sangatlah besar. Ketika di hadapan rakyat, posisinya adalah sebagai orang nomor satu. Namun ia harus mampu menjadi contoh baik atau panutan, tukas Datuak.
Seorang pemimpin harus bisa mengendalikan diri dalam berbagai situasi dan tekanan.
Ke-empat “Akhlak“ Kepemimpinan. Akhlak yang disyariatkan dalam Islam diantaranya; malu melakukan perbuatan buruk, tidak menyakiti atau menyinggung perasaan orang lain. Jujur atau Amanah, bertanggung jawab, suka berbuat kebajikan. Tidak suka yang berlebih-lebihan, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Menghormati orang lain, baik yang muda maupun yang sudah tua dan suka bersilaturrahmi. Yang paling utama adalah “ Selalu Bersyukur kepada Allah SWT” dan lain sebagainya, pungkas Datuak Nazar.
Menyikapi kriteria sosok pemimpin seperti diatas, Hendra Saputra SH, M.Si (Bakal Calon Bupati Solok) oleh sebagaian besar masyarakat, mendapatkan kepercayaan tinggi. Aura tokoh agama dalam dirinya (Hendra) dianggap sebagai tulang dari “Tubuh” kepemimpinan sebenarnya. Tutup Nazaruddin Datuak Rajo Nan Gadang, salah seorang tokoh agama di Kab. Solok.
Beberapa hari lalu, dari hasil survei kecil kecilan Tim Media dan LSM di banyak nagari yang ada di Kab. Solok. Fakta jujur menyebutkan, ternyata buah bibir masyarakat mengatakan bahwa popularitas Hendra Saputra, SH, M.Si menempatkan empati dan respon yang tinggi.
Selain disebut sebagai Birokrat Muda 3T (takah, tageh dan tokoh). Kepribadian baik yang dikagumi masyarakat, yakni mengenai latar belakang ilmu ke agamaannya (Hendra). Aura tokoh agama didalam dirinya, sering di anggap ummat sebagai tulang dari “Tubuh” kepemimpinan yang sebenarnya. (TIM).
#taf
0 Comments