Oleh : Anton Permana. |
Catatan, --- Sampai hari ini dunia masih disibukkan oleh wabah virus dengan kode WHO Covid19 alias virus corona. Kondisi ini semakin parah dengan dikeluarkannya kebijakan oleh KSA (Kerajaan Saudi Arabia) untuk menghentikan pemberian visa kepada 54 negara yang menurut otoritas kerajaan negara yang berpotensi tertular virus mematikan dari Wuhan China.
Keputusan tegas dari KSA tersebut berlaku sejak tengah malam pukul 00.00 27 februari 2020. Tentu saja keputusan ini sangat mengejutkan termasuk Indonesia. Karena Indonesia sebagai pengirim terbesar jamaah umroh atau ziarah ke Arab Saudi. Bandara Soekarno Hatta malam itu penuh sesak. Para pengusaha travel agent panik. Masyarakat yang sudah mau berangkat dan akan berangkatpun lebih gelisah lagi. Tapi apa boleh buat, apa yang dilakukan oleh Arab Saudi adalah hak dan kewenangan negaranya dalam melindungi segenap warga negaranya, dan melindungi dua kota suci ummat Islam di dunia dari penyebaran virus mematikan itu.
Tidak saja Arab Saudi. Terakhir tanggal 28 Februari ini kita juga mengetahui, Argentina, Austria, Armenia juga sudah melaporkan ada warga negaranya yang positif suspect virus corona. Singapore sudah lama menyalakan status orange (satu tahap sebelum merah) terhadap virus ini. Jepang menutup sebahagian sekolah, mall, dan penerbangan ke China. Korea Selatan juga begitu. Taiwan Apalagi. Hari ini sudah lebih 3000 orang meninggal diseluruh dunia dari daftar WHO (Walau banyak yang meragukan keabsahan data ini). 87 ribu positif suspect di seluruh dunia di 62 negara. Yang terbesar itu memang berasal dari China.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Ketika hampir seluruh negara tetangganya positif menyatakan ada warga negaranya suspect corona, Indonesia menyatakan sampai hari ini masih “zero” dari suspect virus corona. Bahkan dari 328 WNI dari Wuhan yang di observasi di Natuna pun dinyatakan negatif semuanya. Begitu juga sepertinya dengan 118 warga negara Indonesia yang saat ini juga di observasi di Pulau Sebaru Kepulauan seribu dari kapal pesiar Oceans Dream tersebut.
Ada dikabarkan beberapa pasien meninggal di rumah sakit terindikasi mirip suspect corona. Tapi kemudian cepat dibantah bahwa itu hanya penyakit radang paru biasa. Di sosial media juga sempat beredar surat edaran dari kementrian kesehatan tentang 6 kota yang zona kuning penyebaran virus corona, namun tak lama kemudian juga keluar berita bahwa surat tersebuat adalah hoax.
Dengan kondisi galau ini wajar dan tentu saja membuat rakyat terutama para netizen bingung dan bertanya-tanya. Betulkah Indonesia itu “zero” dari penularan virus corona ? Pertanyaan ini semakin menggelembung dan beriak bagaikan riak danau Toba yang dilanda angin bahorok. Ada semacam keraguan atas kejujuran keterangan pemerintah tersebut. Keraguan masyarakat ini sangat wajar terjadi dan logis. Karena, WHO pun sebagai lembaga kesehatan dunia juga sering memberikan warning pada Indonesia dan juga ‘sindiran’ agar Indonesia jujur dalam memberikan informasi penyebaran virus corona.
Sampai ada anekdot dimasyarakat yang beredar. Bagaiamana Indonesia dapat mendeteksi virus corona yang tidak tampak, sedangkan Harun Masiku saja si politisi PDIP yang tersangkut dugaan kasus suap komisioner KPU saja tidak terdeteksi keberadaannya sampai sekarang ? Padahal itu wujudnya nyata dan ada.
Dalam data inigrasi 2019 tercatat 1,9 juta warga negara China datang ke Indonesia. Dan juga diperkirakan ada 20 juta warga negara keturunan China yang setiap tahun lalu lalang bepergian mengunjungi tanah leluhurnya. Belum lagi para pebisnis dan lalu lintas barang export yang saat ini dominan dari China. Dari data ini, semakin menguatkan keraguan para netizen dan kelembagaan intetnasional terhadap ‘kejujuran’ pemerintah Indonesia terhadap keabsahan penyebaran virus corona di Indonesia.
Kondisi ini mengingatkan kita jadinya kepada kisah indah mobil Esemka. Dimana kisah mobil inilah yang telah berjasa besar menghantarkan jokowi menjadi Presiden Indonesia sampai hari ini. Kenapa dan apa hubungannya ?
Artinya, kita berharap pemerintah hari ini jujur dan terbuka saja. Kita semua tentu bersyukur dan juga tidak ingin bahwa virus ini tidak masuk Indonesia. Tapi kita juga tidak ingin pemerintah ‘sengaja menutupi’ kebenaran demi kepentingan politik sesaat negara hari ini. Karena dampaknya akan sangat luar biasa dan membahayakan masyarakat.
Secara logika kesehatan, sangat tidak mungkin Indonesia sampai saat ini “zero” virus corona. Untuk itu penulis dan tentu kita semua berharap pemerintah jujur apa adanya. Kalau memang virus tersebut ada, mari kita bersama-sama atasi dan buat secara sporadik sistem pencegahannya. Apa langkah-langkah taktis dan strategis di tengah masyarakat. Kalaulah alasan mutasi virus tidak bisa di derah tropis dikedepankan, sudahlah masyarakat dudah cerdas semua dan tahu, bahwasanya virus itu apapun mamanya mempunyai kemampuan adaptasi yang luar biasa cepat.
Wajar kita semua hari ini mempertanyakan kejujuran keterangan pemerintah terkait penyebaran virus corona di Indonesia. Karena masyarakat Indonesia sudah trauma atas kualitas kejujuran pemerintah hari ini. Lihat saja tentang kisah indah mobil Esemka. Mana barang itu hari ini ? Akhirnya kita tahu semua bahwa kisah indah mobil Esemka hanya jualan politik semata. Tapi, masih tetap dipaksakan seolah ada dan nyata.
Nah kita semua berharap jangan samakan kisah indah mobil Esemka ini dengan virus corona. Karena dampak dan resikonya berbeda. Kalau kisah indah mobil Esemka resikonya hanya ketahuan bohong oleh rakyat, bahwa itu semua hanya jualan politik pilpres semata.
Namun berbeda dengan virus corona. Ini menyangkut nyawa manusia. Ini terkait tentang kehidupan dan nyawa anak cucu bangsa kita. Kalau terus ditutupi ya sampai kapan ?
Yang anehnya lagi, Ekonom Rizal Ramli dalam cuitannya menertawakan pemerintah Indonesia di satu sisi menyatakan “zero” virus corona, tapi di satu sisi menyatakan virus corona memukul ekonomi Indonesia.
Sebagai warga negara kita hanya bisa berdo’a dan berharap. Pertama, semoga saja virus corona ini memang benar benar tidak masuk Indonesia. Kedua, kalaupun nanti virus ini ternyata positif masuk Indonesia, mari kita bersatu padu mengatasinya. Dan dari sekarang kita persiapkan diri dan lingkungan kita menghadapi situasi terburuk. Ketiga, kita berharap pemerintah jujur apa adanya. Bedakan mana yang konsumsi politik yang bisa pakai jurus ngeles dan ngibul. Dengan permasalahan yang menyangkut keselamatan jiwa masyarakat banyak. Keempat, kita meminta pemerintah pada saat ini untuk mengumumkan langkah-langkah strategis, taktis dari penanganan dan pencegahan penyebaran virus corona ini sejak dini.
Semoga tulisan ini dapat menggugah hati sanubari para pengambil kebijakan hari ini, untuk tidak menganggap remeh dan peduli atas keselamatan nyawa anak cucu kita kedepannya. Wallahu’alam.
Jakarta, 01 Maret 2020.
0 Comments