Limapuluh Kota, --- Masyarakat dan perantau nagari Situjuahbatua, Kecamatan Situjuah Limo Nagari, Kabupaten Limapuluh Kota, sejak Minggu (12/1/2020) hingga Senin mendatang (20/1), barolek gadang atau menggelar pesta adat berskala besar. Pesta bertajuk "Situjuah Batua Art dan Culture Festival" yang melibatkan lebih dari 5.000 masyarakat dan perantau ini, selain sarat dengan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal, juga merupakan rangkaian dari peringatan Peristiwa Situjuah 15 Januari 1949 sebagai mata rantai sejarah PDRI 1948-1949.
Pantauan media ini, "Situjuah Batua Art dan Culture Festival", mulai dipanaskan pada Minggu lalu (12/1). Ditandai dengan arak-iriang (arak-arakan) masyarakat adat. Arak-arakan yang diprakarsai Ikatan Keluarga Situjuah Batua (IKSB) Nusantara dan didukung penuh pemerintah beserta Lembaga Adat Nagari Situjuahbatua ini, melewati areal Sawah Pinang Situjuahbatua nan eksotis.
Dalam arak-arakan ini, niniak-mamak dan bundo kanduang Situjuahbatua dipimpin langsung Pucuak Adat Situjuah MKH Dt Majo Kayo atau Datuak Udo, mengenakan baju kebesaran masing-masing. Selama arak-iriang berlangsung, ditampilkan berbagai macam seni tradisi anak nagari Situjuahbatua. Mulai dari silek lonyah (silat dalam lumpur), dabuih (debus), rebana, talempong pacik, gandang tambuah, hingga randai.
Acara arak-iriang di Situjuahbatua ini juga mendapat perhatian luas dari ratusan fotografer nasional dan lokal. Karena dalam arak-iriang ini, panitia dipimpin Dodi Dt Katumanggungan, bersama Ketua IKSB Nusantara Doffi Djohar Dt Kuku dan Ketua IKSB Jabodetabek Feri Domnal, juga menggelar lomba fotografi. Dimana, dalam lomba ini, tampil tiga dewan juri, yakni Muhammad Fadhli, Iggoy El Fitra, dan Boddy CH.
Dalam arak-iring di Situjuahbatua ini, hadir Hakim Agung Republik Indonesia Irfan Fachruddin dan Wakil Gubernur Sumbar Nasrul Abit. Selain mereka juga hadir Kepala DPMDN/50 Kota Zuhdi Perama Putra, Camat Situjuah Rahmad Hidayat, dan mantan Ketua Ikatan Keluarga Sumatera Barat di Kepulauan Riau Iskandar Yakoeb, bersama tokoh-tokoh perantau Situjuahbatua, seperti Haji Misbah, Haji Rusdi, dan Datuak Gindo dari Jerman.
Selepas arak-iriang ini, Situjuahbatua Art and Culture Festival, pada Senin siang (13/1), dilanjutkan dengan prosesi Batagak Panghulu. Acara ini, dihadiri Daulat Yang Dipertuan Rajo Alam Pagaruyuang, Sultan M Farid Thaib Tuanku Abdul Fattah dan Profesor Reno Raudha Thaib Yang Dipertuan Gadih Pagaruyuang. Mereka hadir bersama Basa Ampek Balai, Tuan Qadhi Padanggantiang, dan Rajo-Rajo Mufakat Luak Limopuluah.
Selain para raja-raja adat ini, prosesi puncak Batagak Panghulu di Situjuahbatua juga dihadiri pasangan kepala daerah Limapuluh Kota, Irfendi Arbi-Ferizal Ridwan, bersama Wali Kota Payakumbuh Riza Falepi Datuak Rajo Ka Ampek Suku. Kemudian, hadir pula Ketua DPRD Limapuluh Kota Deni Asra, Dandim 0306/50 Kota Letkol Ferry Lahe, Danramil Luhak, dan Kapolsek Situjuah. Mereka hadir, bersama Hakim Agung Republik Indoensia Irfan Fachruddin dan Kepala Sub Direktorat Mutasi Hakim, Haswandi Dt Rajo Rambaian. Serta, Sudarman Chatib, yang merupakan putra pejuang kemerdekaan dari Sumbar, Chatib Sulaiman.
Menurut Ketua Panitia Pelaksana Batagak Panghulu di Situjuahbatua, H Darussalim Dt Paduko Sindo, ada 47 penghulu atau niniak-mamak baru yang dilewakan atau dikukuhkan di Situjuahbatua. "Prosesi batagak panghulu yang juga ini, sangat penting bagi Situjuahbatua. Karena sejak 1961, baru kali ini diadakan alek batagak panghulu di Situjuahbatua," kata Paduko Sindo didampingi Irwan Anas Dt Indo Marajo, F Datuak Kali Bandaro, Syamsuardi Dt Paduko Majo Indo, dan Datuak Muncak, Supriadi Dt Rangkayo Mulie, dan MA Dt Paduko Rajo.
Sementara itu, Wali Nagari Situjuahbatua DV Dt Tan Marajo menyebut, dalam acara Situjuahbatua Baralek Gadang ini, partisipasi masyarakat dan perantau sangat tinggi. "Kami menaksir, nilai partisipasi masyarakat dalam acara yang berlangsung hingga 20 Januari ini, menembus Rp2,4 miliar atau setara dengan APB Nagari Situjuahbatua," kata Tan Marajo bersama Ketua Bamus Situjuahbatua Zulaidi.
Pemerintah Nagari Situjuahbatua menurut Tan Marajo, mengaku sangat bersyukur dan bangga sekali, memiliki masyarakat dan perantau yang begitu antusias untuk membangun kampung halaman. "Dukungan penuh dari masyarakat dan perantau, termasuk dari Lembaga Adat Nagari, menjadi tantangan bagi pemerintah nagari, untuk terus menghadirkan pemerintah yang melayani dan transparan," kata Tan Marajo.
Menurut Tan Marajo, tantangan yang dihadapi Situjuhbatua ke depan, semakin berat. Meski dalam Indeks Desa Membangun (IDM) yang diterbitkan Kemendes PDT pada 2019 lalu, Situjuahbatua berada pada peringkat pertama di Limapuluh Kota, dengan status desa mandiri. Namun, Situjuahbatua masih membutuhkan perhatian dari pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten.
"Kami juga akan terus pasang badan, bagaimana Peristiwa Situjuah 15 Januari 1949 sebagai mata rantai sejarah PDRI 1948-1948, tetap dikenang dalam sejarah panjangan perjalanan bangsa Indonesia. Para pejuang yang gugur dalam Peristiwa Situjuah, berjumlah 69 orang, paling banyak sepanjang sejarah PDRI, mendapat tempat terhormat bagi pemerintah. Seperti, Chatib Sulaiman, yang kami harapkan, dapat ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional," kata DV Dt Tan Marajo. (rel/014)
0 Comments