IMPIANNEWS.COM (Beirut).
Demonstran melemparkan batu ke arah petugas keamanan yang membalas dengan gas air mata dan meriam air dalam bentrokan di Beirut, Lebanon, Minggu 19 Januari 2020.
Bentrokan sepanjang akhir pekan itu disebut-sebut sebagai yang terburuk sejak unjuk rasa damai di Lebanon dimulai tiga bulan lalu.
Aksi saling serang antar pedemo dan aparat di Beirut memasuki hari kedua. Para pengunjuk rasa mengaku frustrasi dengan memburuknya krisis keuangan negara dan juga mengenai pembentukan pemerintahan baru.
Tim medis mengatakan 90 orang terluka dalam bentrokan di Beirut, dengan total gabungan korban dalam dua hari terakhir melampaui 460.
"Kami melihat Palang Merah mengevakuasi sejumlah korban luka. Situasi di luar lapangan parlemen berubah menjadi seperti di medan perang," lapor jurnalis Al Jazeera Zeina Khodr dari Beirut.
Menurut Khodr, demonstran mengaku tidak memiliki pilihan lain kecuali "mengubah protes damai menjadi aksi kekerasan" karena para elite Lebanon menolak permintaan mereka.
Sekelompok pemuda berusaha memanjat kawat berduri dan penghalang lainnya di wilayah Beirut pusat yang meliputi gedung parlemen. Seorang pengunjuk rasa terlihat sempat memukul polisi dengan sebuah tiang.
Pasukan Keamanan Internal Lebanon (ISF) meminta masyarakat untuk tetap tenang dan tidak memprovokasi petugas. "Kami tidak takut. Ini semua demi masa depan kami dan anak-anak kami," tegas Bassam Taleb, seorang pembuat sepatu yang ikut berunjuk rasa.
"Negara ini sudah membeku. Pemerintah tidak melakukan apa-apa. Mereka hanya sekelompok pencuri," lanjutnya, dikutip dari Al Jazeera, Senin 20 Januari 2020.
Media National News
Agency (NNA) melaporkan, dua jurnalis terkena peluru karet, salah satunya merupakan juru kamera dari saluran televisi Al Jadeed.
Presiden Michel Aoun telah menyerukan digelarnya "pertemuan keamanan" hari ini bersama Menteri Dalam Negeri dan juga Pertahanan untuk membahas krisis terbaru di Beirut.
Inti dari aksi protes di Lebanon adalah membongkar sistem politik dan keuangan yang dinilai sudah terlalu tua.
Pemerintah terakhir di Lebanon mengundurkan diri di bawah tekanan unjuk rasa pada 29 Oktober lalu. Saat ini, pemerintahan di Lebanon hanya bersifat sementara hingga kabinet baru terbentuk.
Bank Dunia memperingatkan bahwa angka rata-rata kemiskinan di Lebanon dapat meningkat dari sepertiga ke separuh total populasi jika krisis politik saat ini tidak segera diselesaikan.
0 Comments