SIKAP UMMAT ISLAM MENYAMBUT HARI NATAL

'Jangan Sampai Pemancing
Dibawa Lari Ikan'

Catatan : 

Awaluddin Kahar
Wartawan Madya dan Humas Baznas Padang

APA sikap kita ketika meliput acara natal? Lalu apa boleh  kita menghadiri penyelenggaraan jenazah tetangga tapi non muslim? 

Setidaknya itu dua dari sejumlah pertanyaan yang disampaikan karyawan TVRI Sumbar pada wirid rutin di Mushalla TVRI Sumbar, Jalan Bay Pass Kecamatan Koto Tangan kota Padang,  Jumat, 13 Desember 2019.

Pertanyaan tersebut ditujukan kepada Pimpinan Baznas Padang, Haji Syafriadi Autid yang diminta tampil menyampaikan tauziyah dalam wirid Jumatan di lembaga publik penyiaran milik pemerintah ini.

Bila dilihat dengan kondisi, pertanyaan ini sangat relven sekali.

Penduduk Indonesia mayoritas muslim. Begitu halnya di Ranah Minang warganya lebih banyak beragama Islam.

Namun kita heran yang ramai turun ke jalan pada malam natal dan pergantian tahun baru masehi juga ummat Islam.

Karena itu keresahan sebagian orang terhadap situasi itu, patut kita apresiasi. Sebab kalau bukan kita yang mengamalkan dan menjaga agama kita (Islam) siapa lagi?

Sebagaia tokoh masyarakat, Haji Syafriadi Autid menjelaskan dengan gamblang dan lugas.

Berdasarkan Alquran dan Hadist Rasulullah Saw bagaimana sebaiknya ummat Islam bersikap disaat diundang atau ditugaskan meliput acara natal.

"Satu hal yang penting kita yakini bahwa Islam adalah agama Rahmatan Lil'alamin. Islam Rahmat untuk sekalian alam," timpal Pak Haji begitu panggilan akrab Haji Syafriadi Autid.

Agama Islam sangat sempurna. Islam mengatur dengan apik cara  menghormati tamu. Bagaimana membangun hubungan ummat Islam bertetangga dengan sesama muslim dan bagaimana pula sikap ummat Islam bertetangga dengan  non muslim.

"Dalam menjalankan agama atau ibadah, Islam sangat toleran. Islam tidak memaksa non muslim masuk Islam," timpal Wakil Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kota Padang.

Ummat Islam menghormati keyakinan agama lain. "Namun ummat Islam mesti istiqomah dengan keyakinannya," ulas Pak Haji.

Pak Haji mencontohkan kharismatik dan istiqomah seorang ulama besar yang dihormati yakni Haji Abdul Malik Karim Amrullah yang dikenal dengan Buya Hamka.

Buya Hamka punya pendirian terhadap keyakinannya. 

Selama hidup ulama asal Meninjau Sumatra Barat ini, hubungan silaturahimnya baik dengan banyak orang. Apa pun agama dan suku mereka. 

"Akan tetapi ketika Buya Hamka sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang notabenenya MUI mengatur urusan ummat Islam, maka Buya Hamka tegas memperlihatkan prinsipnya," ujar mantan anggota DPRD Padang.

Artinya, ummat Islam harus menghormati umat lain, tapi jangan sampai seperti kata pepatah 'Tukang Pancing dibawa Lari dan Hanyut oleh Ikan'.

Pak Haji Syafriadi Autid menyebutkan, Indonesia diisi beragam suku dan agama. Ini sesuatu yang luar biasa bagi bangsa sebesar Indonesia. Kita syukuri fakta ini.

"Agar kita ummat Islam tidak hilang identitas, kita pahami dan amalkan ajaran agama kita dengan benar. Maka selamatkan kita," sebut Pak Haji.

Terkait sikap seorang wartawan muslim yang menjalankan tugas liputan pada waktu perayaan natal, wartawan muslim atau muslimah harus tetap istiqamah.

Datang hanya untuk meliput. Menjalankan tugas profesi. 

"Niat tetap lurus. Jangan terbawa larut suasana natal. Apa lagi ikut ikutan dalam hati perayaan natal," katanya.

Begitu pula sikap seorang muslim bertetangga dengan non muslim. Sebagai tetangga dalam kontek kemanusiaan, kata Pak Haji tidak salah kita datang ke rumah tetangga non muslim yang sedang kemalangan. Berduka.

"Sekali lagi, luruskan niat. Bahwa kita datang sekedar hadir toleransi sesama manusia," kata Pak Haji mengingatkan.

Ceramah yang berlangsung satu jam lebih mendapat antusias dari keluarga besar TVRI Sumbar.

"Terima kasih atas kehadiran Pak Haji mau datang berbagi ilmu dengan kelurga besar TVRI Sumbar," kata Kepala Pemberitaan TVRI Sumbar, Mahyar Jamal. *

Post a Comment

0 Comments