Payakumbuh, --- Sejak diberlakukannya kurikulum 2013 membuat Pendidikan Agama Islam mengerucut meskipun dalam satu mata pelajaran berbaur didalamnya berbagai materi. Namun realitanya pendidikan agama punya porsi berkurang, kecuali di sekolah berlatarbelakang keagamaan, ponpes dan boarding school.
Mengingat kondisi tersebut kami mengharap adanya sinergitas antara sekolah sebagai lembaga pendidikan Formal dengan MDTA / TPQ dan TPSQ selaku pendidikan Non Formal. Karena kedua model pendidikan tersebut sudah didanai pemerintah.
Kita berharap adanya sinergitas pelajaran PAI di sekolah dengan MDA dan TPQ. Dari kegiatan Didik Shubuh bisa tergambar penguasaan pelajaran PAI oleh siswa / santri di TPQ / MDA. Kapan perlu ada semacam MoU atau konstribusi partisipatif dari pihak sekolah dalam mensukseskan terwujudnya pendidikan karakter akhlak mulia sebagai modal dasar hidup di dunia dan akhirat. Terkait praktek pembelajaran PAI, itu bisa terlihat dalam kegiatan LDS setiap satu kali seminggu di TPQ dan MDTA.
Kita tiada bosan menghimbau agar pengurus dan tenaga pengajar di MDA dan TPQ untuk senantiasa membuat program inovasi dengan mengintegrasikan PAI dalam program di TPQ dan MDTA baik di mesjid, mushalla atau sekolah yang melaksanakan kegiatan keagamaan. Lebih baik lagi apabila Guru PAI ikut memonev siswanya di kegiatan didikan Shubuh.
Intinya santri hadir di TPQ atau MDTA bukan sekadar untuk membaca al quran. Dulu istilah mangaji itu sangat dalam implementasinya, Kami berharap kekinian semakin lebih dioptimalkan. Peran pemerintahan, masyarakat dan orangtua sangat penting. Kami bisa menyaksikan partisipatif tersebut saat Penilaian LDS tergiat tingkat Kota Payakumbuh tahun 2019.
Kami tidak ingin lagi sebuah seremonial yang sengaja dikondisikan, tapi mari kita tingkatkan partisipatif, karena semua demi anak cucu kita kedepannya. Mereka shaleh, tergantung dari lingkungan masyarakat dan keluarganya.
Ungkapan tersebut disampaikan Walikota Payakumbuh melalui Kabag Kesra Ul Fakhri usai melakukan penilaian terakhir Lomba LDS tergiat tingkat kota Payakumbuh tahun 2019, Ahad (10/12/2019) di Mesjid Al Mukarramah kelurahan Padang Tinggi Piliang kecamatan Payakumbuh Barat.
"Kita berharap kedepan adanya sebuah sinkronisasi data. Sebagai contoh, si Pulan bersekolah di SD dengan NISN atau NIS pasti dari Dapodiknya. Dan si Pulan juga terdaftar di TPQ atau MDTA di lokasinya, dibuktikan dengan Nomor Induk Santri nya. Data itulah yang kita ingin sinkron kan, "harap Ul Fakhri.
Diterangkan Ul Fakhri melalui selulernya, bahwa Bagian Kesra Sekdako bersama Kankemenag dan Pengurus LDS Kota Payakumbuh setiap tahunnya menggelar penilaian LDS tergiat. Hasil tingkat kota selanjutnya akan menjadi utusan Payakumbuh ke tingkat Sumbar.
"Tim Penilai LDS tergiat tahun 2019 telah melakukan penilaian terhadap 5 LDS utusan kecamatannya. Penilaian awal kita laksanakan di TPQ Nurul Mubarak di Koto panjang Padang Kec. Latina, minggu kedua di TPQ Nurul Ikhlas Koto Baru Payobasung Kec. Payakumbuh Timur, minggu ketiga TPQ Mesjid Istiqamah Limbukan Kec. Payakumbuh Selatan. Pada minggu keempat tim penilai mengunjungi MDA mesjid Muhsinin Tarok kelurahan Tigo Koto Diateh Kec. Payakumbuh Utara. Dan terakhir kita menilai LDS TPQ mesjid Al Mukarramah kelurahan Padang Tinggi Piliang Kec. Payakumbuh Barat,beber Ul Fakhri.
"Kita berharap kedepannya penilaian ini bukan lagi sebuah seremonial, yaitu mengejar nilai tertinggi saat tim penilai datang menilai dengan bermacam aspek penilaiannya, tapi aksi nyata kepedulian kita terhadap syiar dan kemajuan islam. Di LDS disamping tilawah, ada penampilan kompetensi santri, penguasaan shalat fardhu ('ain dan kifayah) , dan penguasaan serangkaian kegiatan didikan Shubuh. Dengan didikan shubuh kita ciptakan generasi shaleh dan shalehah melalui managemen shubuh. Mari Kita menjadi umat terbaik diakhir zaman,"pungkasnya. (014)
0 Comments