IMPIANNEWS.COM (Jakarta).
Duta Besar Kamboja untuk Indonesia, Hor Nom Bora, mengamuk saat partai oposisi, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP) menggelar konferensi pers di Jakarta, Rabu (6/11).
Konferensi pers itu terkait pelarangan dua kader CNRP, Sam Rainsy dan Mo Sochua, kembali ke Kamboja.
Kejadian itu berawal saat penyelenggara konpers sekaligus pengurus Yayasan Kurawal Darmawan Triwibowo menerima surat protes dari Kedutaan Kamboja.
Protes itu lalu lalu dibalas Darmawan dengan menyebut acara konpers itu tidak ilegal dan tidak memerlukan izin karena digelar tertutup dan hanya dihadiri media.
Saat acara digelar, Dubes Kamboja datang ke lokasi bersama polisi. Darmawan pun meminta Hor Nom Bora dan polisi memberikan bukti bahwa acara mereka ilegal.
Acara pun tetap berlangsung hingga akhir. Namun, di tengah acara, Hor Nom Bora geram saat wartawan Sydney Morning Herald, James Massola, mencoba bertanya.
Melansir Sydney Morning Herald, Kedutaan Kamboja untuk Indonesia sebenarnya menyayangkan keberadaan Mu Sochua. Mereka juga meminta agar pemerintah Indonesia menangkap dan mendeportasi Mu Sochua.
Namun, Mu Sochua baru ditangkap oleh petugas imigrasi Malaysia, Kamis (7/11) atau sehari setelah konferensi pers digelar. Selain Malaysia, Mu juga sempat dilarang masuk ke Thailand pada Oktober lalu.
Setelah insiden itu, akhirnya Hor Nam Bora meminta maaf karena sudah mengamuk di acara konferensi pers CNRP. Meski demikian, ia menilai, semua duta besar negara manapun pasti akan melakukan tindakan yang sama sepertinya.
“Pertama-tama, untuk intervensi yang saya lakukan kemarin saya meminta maaf. Tapi, setiap duta besar, baik untuk negara besar atau kecil, untuk kasus seperti ini akan bertindak sama dengan saya,” ujar Hor Nam Bora, usai bertemu dengan Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler Kemlu RI Andri Hadi, di Kemlu, Jakarta Pusat, Jumat (8/11).
Hor Nam Bora mengaku, sebenarnya ia tidak berniat bersikap kasar atau tidak sopan. Ia hanya ingin membela negaranya saja.
“Saya tidak kasar, saya adalah lelaki yang rendah hati. Tetapi terkadang, di situasi seperti ini saya hanya bertindak untuk kebijakan negara saya. Dubes Indonesia pun juga akan melakukan hal yang sama,” kata Hor Nam Bora.
Krisis politik di Kamboja terjadi jelang pemilu 2018 lalu. Kala itu, pemerintahan Perdana Menteri Hun Sen memerintahkan agar CNRP dibubarkan karena dituduh bekerjasama dengan pihak asing.
Selain membubarkan CNRP, pemerintahan Hun Sen juga menangkap Presiden CNRP Kem Sokha.
Sementara itu, eks pemimpin CNRP Sam Rainsy dicegat saat hendak pulang melalui Thailand. Berdasarkan rumor, ia akan kembali ke Kamboja melalui Jakarta jika tidak bisa ke Thailand.
Sam Rainsy sudah tinggal di Paris sejak 2015 lalu untuk mencegah penangkapannya di Kamboja.
Rencananya, ia akan tiba di kampung halamannya pada Sabtu (9/11), tepat pada hari kemerdekaan Kamboja.
Tak hanya Sam Rainsy, beberapa tokoh oposisi Kamboja juga berbondong-bondong pulang untuk menentang kepemimpinan Perdana Menteri Hun Sen.
Dicegah ke Thailand, Pemimpin Oposisi Kamboja Akan ke Jakarta?
Pemimpin oposisi Kamboja berencana kembali ke negara untuk menghadiri perayaan HUT kemerdekaan.
0 Comments