Ustad H. Mahyeldi Ansharullah, SP Datuk Marajo seumur hidup tidak akan pernah berhenti menempuh jalan dakwah. Terlebih saat ini menjabat Walikota Padang, tanggung jawab mendidik masyarakat dengan ilmu agama justru semakin besar.
Begitu diungkapkan Mahyeldi saat mengisi pengajian ba’da subuh bagi jamaah Masjid Baiturrahman Bukik Apit Puhun, Bukittinggi, Sabtu (12/10/2019).
“Dari dulu saya sebagai pedakwah dan tidak akan pensiun menempuh jalan dakwah. Apalagi mendapat amanah sebagai walikota, maka tanggung jawab mendidik ummat semakin besar,” kata Mahyeldi yang juga Ketua Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) Sumatera Barat.
Menurut Mahyeldi, pemerintah bukan hanya mengurusi birokrasi pemerintahan tetapi bertanggung jawab mendidik masyarakat agar lebih konsisten menjalankan agama. “Mendekatkan masyarakat kepada ajaran agamanya adalah tanggungjawab pemerintah. Tugas pemerintah bukan hanya mengurusi tata kelola pemerintahan, tetapi mendidik masyarakat dalam menjalankan agamanya,” ujar Mahyeldi.
Tentang Jalan yang Lurus
Pada kesempatan itu, kepala daerah yang akrab disapa Buya ini menyampaikan kajian terkait jalan yang lurus, yaitu jalan kebenaran yang didambakan manusia di dunia. Seperti di dalam Al Quran surat Al Fatihah ayat 5,6 dan 7 yaitu “tunjukilah kami jalan yang lurus !”
Mahyeldi mengatakan, permohonan untuk mendapatkan jalan lurus itu bukan hanya sekadar memohon tanpa ada tindakan untuk meraihnya. Upaya untuk meraihnya tidak lain harus istiqamah dengan keyakinan kepada Allah seperti yang sudah dicapai golongan sebelumnya. Golongan itu ada empat, yaitu nabiyin, sadikin, syuhada dan salihin.
“Para nabi, para sadikin, syuhada dan orang-orang salih adalah empat golongan yang sudah menempuh jalan yang lurus dan dijadikan contoh untuk seluruh umat,” ulas Mahyeldi.
Dalam pengajian ini, juga dibuka sesi tanya jawab. Beberapa pertanyaan dari jamaah, dijawab Mahyeldi dengan baik. Diantara pertanyaan itu terkait Islam yang lurus, karena belakangan adanya isu Islam Nusantara.
“Islam itu seperti yang telah difirmankan Allah. Tidak ada Islam Arab dan Islam segala macam karena hanya satu yang datang dari Allah,” tegas Mahyeldi.
Antusias jamaah untuk bertanya dibatasi waktu. Kajian itu ditutup dengan suasana akrab sembari menikmati kopi khas Bukik Apit, Bukittinggi. (ytd)
0 Comments