Oleh : H Saiful Guci |
CATATAN, --- Agusman mantan mahasiswa saya di STIT Payakumbuh yang telah mendapat dua mata kuliah dari saya “Kewirausahaan” dan “Keminangkabauan” datang bertamu keruangan saya, setelah panjang lebar kami berbicara dia bertanya “ karena Pak Saiful menjabat sebagai Kabag di Sekretariat DPRD Limapuluh Kota ini, Siapa tokoh Limapuluh Kota yang dapat sebagai calon Kepala daerah ?” Tanya Agusman
“ Untuk calon Kepala Daerah masa Jabatan 2021-2026 dengan situasi politik sekarang ini sulit kita menentukan tokoh, karena untuk jadi kepala daerah harus punya 6 persyaratan yang disingkat dengan BUPATI :
(1).Basis suara, (2).Uang untuk Kampanye, (3).Partai pengusung, (4).Andalan tokoh untuk tim sukses, (5).Tokoh dikenal masyarakat, (6). Ilmu memimpin dan berjiwa entrepreneur.
Dan Agusman masih ingat apa yang saya ajarkan pada mata kuliah Kewirausahaan. Disebutkan bahwa, perekonomian bangsa atau daerah ini tidak cepat maju oleh karena prosentase orang yang bekerja sebagai entrepreneur masih sangat rendah. Keadaan yang ada selama ini jika dibandingkan dengan jumlah wirausaha di beberapa negara maju, masih sangat kecil. Itulah sebabnya, gerakan membangun jiwa entrepreneurshif digalakkan di mana-mana. Melalui strategi itu diharapkan mampu mengatasi jumlah pengangguran yang semakin meningkat.
“melihat dari jendela” mengenal potensi dan peluang-peluang itulah orang yang berhasil.
Dan bagi partai pengusung untuk calon kepala daerah sudah pasti di cari tokoh/orang yang punya uang sebab ongkos politik itu sangat mahal.” Ujar saya.
Kemudian ditimpali Agusman “ jadi menurut pendapat pak Saiful harus ditetapkan kreterianya dulu baru dicari orangnya ?” Tanya Agusman.
“ Benar sekali, kita tetapkan kreterianya dulu, baru kita cari orang atau tokoh yang cocok untuk itu, bukan dicari orang yang banyak uang tetapi tidak mempunyai jiwa pemimpin, manajemen tak punya jiwa entrepreneur sulit membuat daerah maju dan hanya mengandalkan APBD yang ada dan tidak punya strategi untuk berinovasi meningkatkan pendapatan daerah (PAD)
Menjadi pemimpin, manajer dan jiwa entrepreneur pada saat yang sama adalah kombinasi yang hebat dan luar biasa. Pemimpin itu muncul dengan ide-ide baru dan memulai pergeseran atau transisi membawa daerah Limapuluh Kota ini ke fase berpikiran maju. Seorang pemimpin selalu memiliki pandangan jauh ke depan, mengembangkan teknik dan strategi baru untuk organisasi. Seorang pemimpin memiliki database potensi daerahnya, pengetahuan luas tentang semua tren, kemajuan, keterampilan masa kini, dan memiliki kejelasan tujuan dan visi.
Sebaliknya, seorang manajer adalah seseorang yang umumnya hanya mempertahankan apa yang sudah ditetapkan. Seorang manajer biasanya memberikan pengawasan sambil mengendalikan karyawan serta alur kerja dalam organisasi dan mencegah segala jenis kekacauan.
Kondisi sekarang kepala organisa perangkat daerah (OPD) masih berpikiran birokratis. Akibatnya, penyerapan anggaran pemerintah dirasakan menjadi lambat. Diduga, penyebab keterlambatan itu adalah karena semua pejabat merasa takut dan harus berhati-hati dalam mencairkan anggaran. Sebab jika dianggap menyimpang atau menyalahi prosedur maka resikonya sedemikian berat, yaitu dianggap korupsi dan akhirnya dipenjara.
Pengertian korupsi ternyata juga sedemikian luas. Penggunaan anggaran yang tidak sesuai dengan prosedur yang ditetapkan, maka dianggap melakukan kesalahan dan bisa dituntut di pengadilan. Sekalipun seorang pejabat tidak mengambil uang negara, akan tetapi jika apa yang dilakukan itu menyalahi prosedur dan ternyata menguntungkan orang lain atau lembaga, maka yang bersangkutan dianggap korupsi dan harus dipenjarakan.
Sudah menjadi rumus bahwa, kehati-hatian yang berlebihan sekedar memenuhi prosedur, pasti mengakibatkan gerak tidak cepat, tidak lincah, tidak efisen, dan bahkan biayanya menjadi sangat mahal karena sibuk untuk konsultasi dan koordinasi.
Sangat berbeda dengan tuntutan cara kerja birokrat berjiwa entrepreneur , maka kepala daerah dituntut untuk harus mempunyai jiwa entrepreneur yang kaya strategi, siasat, dan atau terobosan. Dengan menempuh kebiasaan seperti itu, maka kepala daerah yang punya jiwa entrepreneur menjadi lebih lincah dan cepat dalam mengambil tindakan. Bermodalkan kelincahannya itu seorang kepala daerah berjiwa entrepreneur, manakala ada peluang potensi daerah yang menguntungkan, maka dengan tidak mengenal waktu dan keadaan, kepala daerah segera manfaatkan peluang itu dan mendorong OPD untuk bekerja mencari terobosan terobosan atau inovasi baru agar dapat meningkatkan PAD yang mempunyai dampak untuk mensejahterakan masyarakat, apabila masyarakat telah sejahtera , masyarakat sangat mudah untuk diajak pada pembangunan sosial.
Hal tersebut tidak mungkin dilakukan oleh para birokrat pemerintah. Sekalipun ada peluang yang sebenarnya sangat menguntungkan, sebagai birokrat yang baik, maka harus melihat-lihat terlebih dahulu, yaitu apakah aturannya memungkinkan, waktunya cukup, dan masih harus mengadakan rapat berkali-kali. Akibatnya, momentumnya sudah lewat, sementara itu keputusannya belum berhasil dibuat. Sebagai akibat lainnya lagi, anggarannya menjadi hangus. Itulah gambaran cara kerja birokrasi pemerintah sekarang.
Untuk itu kedepannya baik untuk Gubernur/ Bupati/ Walikota harus kita cari tokoh yang mempunyai jiwa pemimpin, manajer dan punya jiwa entrepreneur untuk mengubah mental birokrasi agar bisa berjiwa entrepreneur birokrasi supaya pembangunan bisa berjalan cepat, maka peluang maju daerah ini terbuka luas. “ tutur saya.
“ Ohya, sekarang telah ada yang memberanikan diri sebagai calon kepala daerah dengan isu pengembangan tanaman Jagung, Gambir, dan Bandara Piobang. Apa pendapat Pak Saiful ?” Tanya Agusman.
“ itu sah-sah saja, mereka mengemukan ide-ide yang mereka sebut cemerlang, itu baru dalam tataran potensi daerah belum mengemukankan peluang dan solusinya , karena mereka belum melihat data bahwa tanaman Jagung selama 20 tahun terahir belum ada yang luas panennya melebihi 5.000 ha, dan begitu juga tanaman Gambir tidak ada masalah terhadap luas tanam dan teknologi produksi hanya belum ada gagasan terhadap terkoneksi pasar selain yang ada sekarang ini. Terhadap lapangan terbang, ini isu telah empat kali Pilkada dan perlu kajian terhadap moda transportasi dan insfratruktur jalan untuk menuju lokasi dan kebutuhan listrik.
Daerah yang maju sekarang telah membicarakan konsep “Smart City” melalui pemanfaat teknologi informasi dan komunikasi, yakni dengan tiga sasaran, yakni: terkontrol, terkoneksi dan teramati setiap peristiwa kejadian. Selain itu, setiap daerah kedepannya harus ada program populis yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan dan partisipasi dari masyarakat seperti update harga pasar atau pengawasan pembangunan yang sedang berjalan. Dari daerah terpencil di Limapuluh Kota masyarakat dapat memasrkan produknya. Bagaimanpun juga untuk kemajuan pembangunan kedepan konsep Smart City ini perlu kita jalankan.” Balas saya.(ul)
Saiful Guci- Sarilamak 19 Agustus 2019.
0 Comments