Lurah Rawang Inisiasi Tingkatkan Kualitas Guru Mengaji

ÃŒMPIANNEWS.COM (Padang). 

Agar guru mengaji memiliki kualitas yang baik dalam menerapkan ilmunya, sepatutnya mereka diberi pelatihan. Hal itu yang dilakukan Lurah Rawang Andi Amir dalam meningkatkan kapasitas SDM Taman Pendidikan Alqur’an (TPQ) dan Madrasah Diniyah Takmiliyah Awwaliyah (MDTA).

Sebanyak 60 guru TPQ/MDTA dari 9 masjid dan mushalla di Kelurahan Rawang, Kecamatan Padang Selatan diberi pelatihan dan pembinaan teknis. Untuk pelatihan tersebut didatangkan nara sumber yang kompeten, yaitu Dr. Muhammad Kosim dari UIN Imam Bonjol dan Bakri SIQ, MPd.I dari STAI-PIQ.

“Kegiatan peningkatan kapasitas SDM TPQ/MDTA ini kami inisiasi karena memang suatu yang patut diperhatikan. Hampir semua guru mengaji di Kelurahan Rawang ini belum pernah diberi pelatihan. Rata-rata mengandalkan ilmu dasar yang dimiliki,” kata Lurah Andi Amir di sela kegiatan pelatihan yang diadakan di aula kelurahan setempat, Ahad (04/08/2019).

Menurut Andi Amir, pihaknya memikirkan supaya para guru mengaji itu mendapatkan pelatihan secara intensif dan berkelanjutan. Sampai nantinya, pengajar di TPQ dan MDTA tidak lagi menerapkan ilmu yang sekadarnya.

“Keinginan itu baru bisa dilaksanakan satu kali ini yang dialokasikan dari dana kelurahan. Jika memungkinkan tahun depan akan dilaksanakan beberapa kali lagi,” ujarnya.

Andi Amir menambahkan, peningkatan kapasitas SDM TPQ/MDTA ini dalam rangka membentuk generasi berkarakter yang bersumber dari Alquran.

“Kegiatan ini sejalan dengan visi madani Kota Padang dan Kelurahan Rawang sendiri,” imbuhnya.

Dari pemateri, Dr. M. Kosim menyebut, banyak guru yang mengaku belum pernah mendapatkan pelatihan. Padahal sebagai penyelenggara pendidikan diniyah nonformal, mereka berhak mendapatkan pembinaan.

“Pengakuan guru TPQ/TQA dan MDTA di Rawang mereka belum pernah diakomodir untuk mendapatkan pelatihan seperti sekarang,” kata M. Kosim.

Dosen UIN itu menyampaikan apresiasi terhadap Lurah Rawang yang sudah berinisiatif menyelenggarakan pelatihan. Menurutnya, membina guru TPQ-TQA berarti Lurah meningkatkan kualitas pendidikan dan meningkatkan sikap keberagamaan masyarakat,

“Lurah sudah sekaligus mengembangkan pendidikan karakter, sebab Alquran merupakan sumber utama dalam membentuk karakter masyarakat termasuk usia anak-anak di TPQ,” ujarnya.

Dia menambahkan, karena keterbatasan waktu dalam kegiatan ini, para guru yidak mendapatkan materi yang detil terkait strategi pembelajaran TPQ-TQA-MDTA. Harusnya materi itu bisa diserap guru masa kini. Pasalnya tantangan guru hari ini berbeda dengan masa lalu.

“Tantangan guru hari ini berbeda dengan guru masa lalu. Murid di era digital cenderung lebih aktif, banyak bersentuhan dengan sumber belajar, sehingga membutuhkan kreatifitas guru dalam mengajar. Sementara guru-guru kurang memiliki pemahaman dan pengalaman untuk mengemas metode pembelajaran yang aktif dan menyenangkan,” paparnya.

Lebih lanjut Qosim menuturkan, guru-guru TPQ-TQA patut instropeksi. Kenapa masyarakat kurang mendukung pelaksanaan TPQ-TQA secara finansial ? Apalagi jika dibandingkan dengan pendidikan nonformal lainnya, seperti BIMBEL. Boleh jadi, faktor yang turut mempengaruhi adalah cara pengelolaan pembelajaran. Di Bimbel, para instruktur menyajikan materi dengan metode yang menyenangkan dan bervariasi, dengan dukungan fasilitas. Sementara TPQ-TQA dikelola secara tradisional, metodenya monoton, dan kurang kreatif.

“Guru TPQ harus merasa sangat penting untuk memahami metode-metode pembelajaran yang kreatif,” tegasnya.

Setelah kegiatan ini, kata Kosim, beberapa guru merencanakan akan melakukan kegiatan di Kelurahan untuk simulasi model-model pembelajaran. Kegiatan hari ini mereka rasakan belum tuntas, mengingat waktu dan tempat yang terbatas.

“Antusiasme para guru ini harus disambut dengan memfasilitasi mereka untuk melakukan kegiatan pelatihan,” tukasnya.