Terjadi konfrontasi jet tempur beberapa negara di kawasan Asia Timur, yang melibatkan Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan China. Ketegangan dimulai dengan tembakan, berakhir dengan protes dan penolakan. Sejumlah pulau yang disengketakan berada di tengah dugaan pelanggaran wilayah udara.
(South China Morning Post)
Ketegangan di Asia Timur meningkat hari Selasa (23/7) setelah Rusia, Jepang, Korea Selatan, dan China mengerahkan jet tempur ke Laut Jepang, yang juga dikenal sebagai Laut Timur. Pengerahan itu mendorong Korsel untuk menembakkan ratusan tembakan peringatan di tengah protes dan penolakan di antara tiga negara yang terlibat.
Korea Selatan dan Jepang menuduh Rusia telah melanggar wilayah udara mereka setelah pesawat peringatan dini dan kontrol udara Rusia A-50 memasuki wilayah udara yang diklaim oleh Korsel dan Jepang. Rusia membantah tuduhan itu, mengatakan bahwa pihaknya hanya melakukan patroli pertamanya dengan China di atas Laut China Timur dan Laut Jepang.
Ketegangan regional dimulai hari Selasa (23/7) ketika Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan bahwa sejumlah pesawat jetnya telah menembakkan 360 tembakan peringatan setelah pesawat pengebom Rusia terbang di atas Pulau Dokdo, yang disebut Takeshima oleh Jepang, yang diklaim secara tumpang tindih oleh kedua negara.
Tiga pesawat militer Rusia, yakni dua pengebom Tu-95 dan satu pesawat A-50, awalnya memasuki zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan di lepas pantai timurnya sebelum pesawat A-50 memasuki wilayah udara negara itu, menurut Kementerian Pertahanan Korea Selatan.
Pesawat Rusia meninggalkan wilayah itu tetapi kemudian kembali, menurut Korea Selatan. Memperumit kompleksitas situasi, dua pengebom Tu-95 Rusia dan dua pesawat perang China juga memasuki zona identifikasi pertahanan udara Korea Selatan hari Selasa (23/7).
Sebagai tanggapan, Korea Selatan memanggil diplomat Rusia dan China untuk mengajukan protes.
Kementerian Luar Negeri China mengaku tidak memiliki informasi mengenai insiden itu, tetapi menambahkan bahwa zona identifikasi pertahanan udara bukanlah wilayah udara.
Beberapa jam setelah protes Korea Selatan, Jepang mengkritik Korsel, mengatakan bahwa seharusnya Jepang, bukan Korsel, yang mengambil tindakan terhadap Rusia. Jepang mengatakan telah mengajukan protes ke Korsel dan Rusia.
“Takeshima adalah wilayah Jepang,” ujar Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono. “Jepang yang seharusnya mengambil tindakan terhadap pesawat Rusia yang memasuki wilayah udaranya. Langkah yang telah diambil Korea Selatan tidak sesuai dengan posisi Jepang.”
Pasukan Bela Diri Jepang mengatakan telah meluncurkan jet tempur untuk menangani pengebom Tu-95 Rusia dan dua pengebom H-6 China lainnya, yang juga memasuki zona identifikasi pertahanan udara Jepang di atas Laut China Timur tetapi tidak memasuki wilayah udara yang diklaim oleh Jepang maupun Korea Selatan.
Kementerian Pertahanan Rusia membantah bahwa tindakan itu telah melanggar wilayah udara negara mana pun. Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa pesawat militer jarak jauh Rusia dan China telah melakukan patroli udara bersama pertama mereka di Laut Jepang dan Laut China Timur.
“Penerbangan terjadi melalui rute yang telah direncanakan sebelumnya, dan mereka tidak melanggar wilayah udara negara mana pun,” menurut pernyataan kementerian, menambahkan bahwa patroli itu terjadi dalam kerangka kerja sama militer Rusia-China dan tidak menargetkan negara mana pun.
Kementerian Pertahanan Rusia juga mengatakan bahwa pesawat tempur Korea Selatan tidak menembakkan tembakan peringatan, tetapi menuduh dua pejuang F-16 Korea Selatan telah melakukan manuver “non-profesional,” melintasi jalur pembawa rudal strategis Rusia dan menciptakan ancaman bagi keamanan mereka.
Korea Selatan dan Jepang kini terjebak dalam perang dagang, dengan Jepang memberlakukan pembatasan ekspor terhadap tiga bahan kimia ke Korea Selatan. Kedua negara juga berselisih mengenai warisan pemerintahan kolonial Jepang atas semenanjung Korea sebelum akhir Perang Dunia II.
China telah lebih bersemangat untuk memamerkan kekuatan militernya di tengah meningkatnya konfrontasi dengan Amerika Serikat. China baru-baru ini bersumpah untuk meningkatkan hubungan militer dengan Rusia, sebagai penyeimbang kekuatan AS.
Ryo Hinata-Yamaguchi, profesor tamu di Universitas Nasional Pusan di Korea Selatan, mengatakan masih banyak yang tidak diketahui tentang patroli gabungan oleh China dan Rusia.
“Tapi itu bisa diartikan sebagai upaya bersama untuk mengimbangi AS dan sekutu-sekutunya di wilayah tersebut, sementara juga menguji reaksi Jepang dan Korea Selatan, terutama dengan memburuknya hubungan antara Korsel dan Jepang dan perselisihan atas pulau-pulau yang didekati oleh jalur penerbangan pesawat A-50 Rusia.”
Para pengamat mengatakan bahwa pesawat militer China dapat diperkirakan akan memasuki wilayah pertahanan udara Korea Selatan lebih sering ketika China memperkuat kehadirannya di Laut China Timur dan meningkatkan pengawasannya terhadap kegiatan AS. Tetapi para analis militer menambahkan bahwa konfrontasi antara China dan Korsel tidak mungkin terjadi.
Zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) tidak dicakup oleh perjanjian internasional tetapi dinyatakan oleh suatu negara sebagai identifikasi awal dan lokasi pesawat asing yang mendekati wilayah udara teritorialnya.
Dilansir dari South China Morning Post, Kamis (25/7), terdapat tumpang tindih antara zona yang diklaim Korea Selatan dan China atas Laut China Timur sejak tahun 2013, ketika Korsel memperluas ADIZ untuk mencakup zona yang baru dinyatakan oleh China, sebagai tanggapan atas meningkatnya ketegangan antara China dan Jepang, atas kedaulatan perairan yang disengketakan.
Yue Gang, pensiunan kolonel Tentara Pembebasan Rakyat China, mengatakan bahwa tumpang tindih ini pasti akan mengarah pada lebih banyak persinggungan antara pesawat tempur kedua negara.
“Kami memiliki misi kami di Laut China Timur dan Laut Jepang,” katanya.
“Pesawat militer kami akan melewati ADIZ ketika melakukan misi ini, tetapi tidak mungkin akan ada konfrontasi antara Korea Selatan dan China. ADIZ bukanlah wilayah udara.”
Komentator urusan militer yang bermarkas di Shanghai, Ni Lexiong mengatakan bahwa China tengah meningkatkan pemantauannya atas aktivitas militer Amerika Serikat di Laut China Timur.
“Ini juga merupakan pesan ke Korea Selatan, sekutu AS, bahwa kami ada di sini, jadi jangan terlalu dekat dengan AS, terutama di tengah perang dagang China-AS.”
Laporan tambahan oleh Associated Pressdan Reuters.
Keterangan foto utama: Para analis mengatakan kehadiran China yang semakin kuat di Laut China Timur akan menyebabkan persinggungan militer yang lebih sering antara pasukan China dan Korea Selatan, tetapi tidak mungkin terjadi konfrontasi. (Foto: EPA-EFE).
Konfrontasi Jet Tempur Rusia, Jepang, Korea Selatan, China di Pusaran Asia Timur.
Your email address will not be published. Required fields are marked *