Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Aceh yang dipimpin oleh Jamaluddin, M.Si kembali meraih penghargaan sebagai stand pameran pariwisata terbaik pada penyelenggaraan even Gebyar Wisata dan Budaya Nusantara (GWBN) 2019 yang digelar bersamaan dengan Halal Travel and Expo Forum 2019, di Gedung Jakarta Convention Center (JCC) dari 27 hingga 30 Juni 2019 lalu.
"Sudah sepatutnya masyarakat dan Pemerintah Aceh, khususnya pelaku industri pariwisata Aceh merasa bangga dengan penghargaan sebagai Stand Terbaik Kedua pada even GWBN 2019, " kata Jamal.
Menurut Jamal, award ini menjadi sebuah pengakuan bahwa stand Aceh melalui branding The Light of Aceh atau Cahaya Aceh, semakin mempesona, dicintai, dikenal, dan melekat pada masyarakat luas.
Selain itu, kata Jamal, penghargaan yang berhasil diperoleh menjadi motivasi bagi pelaku industri pariwisata Aceh untuk terus bangkit dan berkiprah lebih baik.
"Stand terbaik pertama berhasil diraih oleh Provinsi Banten dan terbaik ketiga diperoleh oleh Provinsi Jawa Tengah," sebut Jamal.
Lanjutnya, penghargaan demi penghargaan yang diperoleh oleh Pemerintah Aceh dalam berbagai capaian di sektor industri pariwisata Aceh sudah seharusnya menjadi penyemangat dan percaya diri bagi masyarakat dan pelaku industri pariwisata Aceh untuk terus memajukan Aceh sebagai Destinasi Wisata Halal yang aman, nyaman, dan menawan bagi setiap wisatawan, dan sekaligus bersiap menghadapi tantangan global yang semakin kompetitif dan berat dalam industri jasa kepariwisataan.
Kepala Bidang Pemasaran, Rahmadhani, M.Bus menambahkan, bahwa beberapa kriteria menjadi indikator utama terpilihnya Aceh sebagai stand terbaik oleh tim penilai, antaranya dekorasi, bahan promosi, pengunjung, informasi, kebersihan, pelibatan stakeholder, atraksi, dan penjaga stand.
"Terpilihnya Aceh sebagai stand terbaik kedua pada even GWBN 2019, tidaklah tanpa tantangan, melainkan adanya beberapa kriteria utama yang menjadi keharusan, antara lain dekorasi stand Aceh yang di-desain unik dan atraktif sesuai dengan karakter daerah dan masyarakat Aceh yang Islami dan jumlah bahan promosi wisata yang cukup beragam, sebagai bahan informasi bagi pengunjung," ujar Dhani.
Dia juga mengatakan, penyediaan ragam paket wisata yang bersifat tematis, sehingga stand Aceh ramai dikunjungi oleh pengunjung dan pelaku industri pariwisata yang ingin melakukan kerjasama penjualan paket wisata bersama.
"Kebersihan stand adalah sebuah keniscayaan, dimana semua tim promosi Aceh harus menjaga kebersihan stand, sehingga nyaman bagi siapapun yang berkunjung, termasuk juga pelibatan stakeholder, khususnya IKM dan tour operator yang menjual ragam souvenir dan paket wisata, termasuk juga penampilan tim tari Aceh (Tari Ratoeh Jaroe dan Meulaot) yang tampil meriah saat pembukaan, " kata Dhani.
Penghargaan dalam industri pariwisata, khususnya industri pariwisata Aceh yang sedang berkembang adalah penting. Pertama, jelas Dhani, untuk calibration atau pengukuran, apakah yang dilakukan selama ini sudah berada di track yang tepat atau belum.
Kedua, jelasnya lagi, penghargaan ini sudah seharusnya menjadi self confidence atau percaya diri untuk berbuat lebih baik lagi dengan segala sumber daya yang dimiliki.
Sedangkan ketiga, jelasnya, untuk membangun credibility atau kredibilitas, yaitu kepercayaan terhadap industri pariwisata Aceh yang terus bersinerji dengan stakeholder pariwisata di daerah. (nz)