Perang dagang antara Beijing dan Washington kian memanas. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald John Trump mengancam akan menaikkan pengenaan tarif retribusi barang-barang China hingga USD300 miliar.
Namun, Trump berharap bisa membuat kesepakatan dengan Beijing. "Pembicaraan kami dengan China, banyak hal menarik sedang terjadi," kata Trump kepada wartawan pada hari Kamis (6/6/2019).
"Kita akan lihat apa yang terjadi...Saya bisa naikkan paling sedikit USD300 miliar dan saya akan melakukannya pada waktu yang tepat," ancam Trump, seperti dikutip Reuters.
Presiden Amerika itu tidak merinci barang China apa saja yang jadi target kenaikan tarif retribusi.
Trump mengatakan dia berpikir bahwa China dan negara lain terlibat dalam pertikaian dagang dengan AS, seperti Meksiko, ingin membuat kesepakatan. Sebelumnya, Trump mengancam akan mengenakan retribusi lima persen pada semua barang Meksiko yang masuk Amerika Serikat mulai minggu depan.
"Saya pikir China ingin membuat kesepakatan dan saya pikir Meksiko ingin membuat kesepakatan dengan buruk," katanya sebelum naik Air Force One dalam perjalanan ke Prancis untuk peringatan D-Day.
Perang dagang yang mendidih antara dua kekuatan ekonomi terbesar di dunia telah diwarnai dengan aksi saling menaikkan tarif terhadap barang-barang yang masuk.
Hampir satu tahun yang lalu, pada Juli 2018, Trump memulai pertikaian dengan menampar Beijing dengan tarif 25 persen pada barang teknologi China senilai USD50 miliar. Tindakan itu dibalas serupa oleh China.
AS pada awalnya ingin meningkatkan tarif hingga 25 persen, tetapi menunda ketika kedua negara mengadakan pembicaraan perdagangan yang panjang. Namun, upaya untuk mencapai kesepakatan gagal pada Mei tahun ini. Administrasi Trump pada akhirnya meningkatkan tarif untuk barang-barang China menjadi 25 persen.
Beijing tidak butuh waktu lama untuk membalas. Pada 1 Juni, China menaikkan tarif menjadi 25 persen pada 5.000 produk AS senilai USD60 miliar. Beijing juga mengancam akan menggunakan keunggulannya dalam produksi logam tanah jarang (LTJ) sebagai "senjata pamungkas" dalam perang perdagangan.
Media pemerintah China melaporkan Beijing setiap saat bisa melarang ekspor LTJ-nya. Bahan-bahan tersebut sangat penting untuk berbagai industri, terutama di bidang militer dan teknologi tinggi yang dibutuhkan Washington.
sumber : sindonews