Perang dagang antara AS-China menyebabkan gejolak di pasar saham domestik selama lebih dari setahun. Kondisi ini pun menyebabkan investor melarikan dananya dari negara- negara berkembang.
Dilansir dari Business Insider, Selasa (4/6/2019), aliran modal asing keluar sebesar 14,6 miliar dollar AS atau setara sekira Rp 208,1 triliun sepanjang bulan Mei 2019.
Ini adalah aliran modal asing keluar terbesar secara bulanan sejak Juni 2013. Hal tersebut berdasarkan laporan yang dirilis Institute of International Finance (IIF).
"Ketegangan perdagangan antara AS dan China menyebabkan penurunan tajam aliran modal asing ke negara berkembang," tulis ekonom IIF Jonathan Fortun dan Greg Basile.
Penemuan tersebut tidak hanya menggarisbawahi ketegangan perdagangan antara AS dan mitra-mitra dagangnya, namun juga gejolak secara meluas yang terasa di pasar finansial global dalam beberapa bulan terakhir.
Laporan tersebut pun dirilis bersamaan dengan pengumuman Presiden AS Donald Trump beberapa waktu lalu terkait rencana penerapan tarif sebesar hingga 25 persen terhadap barang-barang dari Meksiko. Tarif tersebut dikenakan hingga permasalahan imigrasi ilegal diselesaikan.
Para ekonom IIF juga mencatat perbedaan yang sangat kontras pada aliran ekuitas dan utang ke negara-negara berkembang sepanjang bulan Mei 2019.
IIF menyatakan, aliran modal asing keluar dari pasar saham global meluas dan tidak terbatas hanya pada negara-negara tertentu.
"Terlihat dana asing keluar dari negara-negara berkembang di luar China mencapai 7,4 miliar dollar AS (atau setara sekira Rp 105,5 triliun), sementara aliran modal asing keluar dari pasar ekuitas China mencapai 7,2 miliar dollar AS (setara sekira Rp 102,6 triliun), menunjukkan secara umum terjadi aliran modal asing keluar dari keseluruhan negara berkembang," kata para ekonom IIF. (Kompas.com/Sakina Rakhma Diah Setiawan)