Seorang pria di Kuwait meninggal akibat sengatan panas, karena gelombang panas ekstrem yang melanda negara-negara Arab.
Menurut surat kabar Al Ra, dikutip dari Gulfnews, polisi dan ambulans tiba di lokasi setelah mendapat laporan pada 11 Juni kemarin. Namun korban sudah meninggal ketika tim medis tiba. Pemeriksaan medis menyebut korban terpapar sinar matahari menyengat.
Pada Sabtu kemarin, suhu di Kuwait mencapai yang tertinggi di dunia dengan 52,2 derajat Celsius di tempat teduh, dan 63 derajat Celsius di bawah paparan sinar matahari langsung.
Gelombang panas diperkirakan akan terus berlanjut hingga musim panas, yang secara resmi akan dimulai pada 21 Juni.
Situs web Arabia Weather menyatakan bahwa gelombang panas juga telah melanda Qatar, Bahrain dan UEA, dengan panas disertai dengan tingkat kelembaban yang tinggi.
Pada 12 Juni kemarin, Pusat Meteorologi Nasional Uni Emirat Arab (NCM) telah memperkirakan suhu akan melonjak hingga 48 derajat Celcius di Al Al Ain dan Delma.
Suhu di Sharjah dan Fujairah akan menyentuh 43 derajat Celcius, sementara di Dubai cenderung naik hingga 42 derajat Celcius pada hari Rabu. Suhu di Abu Dhabi cenderung menyentuh 41 derajat Celcius.
Menurut NCM, cuaca diperkirakan merata, tetapi NCM memperingatkan cuaca akan berawan. Ada kemungkinan beberapa pembentukan awan ke arah Timur menjelang sore.
Daerah pantai di UAE akan mengalami lebih banyak kelembaban terutama pada pagi hari dan menjelang malam.
Angin ringan ke sedang akan bertiup Tenggara ke Timur Laut pada 20-30 km / jam, kadang-kadang mencapai 45 km / jam. Debu dan pasir diperkirakan akan berhembus ke seluruh wilayah Uni Emirat Arab.
BMKG Kuwait memperkirakan musim panas yang bergejolak tahun ini, mencatat bahwa suhu bisa mencapai 68 derajat Celcius di bawah matahari bulan depan.
Gelombang panas juga melanda belahan negara Arab lain termasuk Irak, di mana provinsi selatan Maysan mencatat suhu mencapai 55,6 derajat Celcius.
sumber : tempo.co