Kisah Nyata, Anak Tukang Cuci Piring Lolos CPNS di Kemenag

Milda Muliati (tidak berkacamata) usai menerima SK di Padang
IMPIANNEWS.COM.


Payakumbuh, --- Sebuah nikmat besar diterima oleh Milda Muliati (warga Koto Baru Kecamatan Payakumbuh) dan keluarga dipenghujung bulan Juni 2019. Anak seorang tukang cuci piring di berbagai pesta di Kabupaten Limapuluh Kota dan Payakumbuh ini lolos sebagai CPNS Guru.

Pasalnya, pada Senin (24/06/2019) Guru Bahasa Arab yang puas dengan pengabdiannya sebagai Guru Honorer di MTSN 2 Payakumbuh ini lolos sebagai CPNS Guru Bahasa Arab yang diangkat Menteri Agama TMT 1 Maret 2019 melalui Kepala Kanwil Kemenag Sumbar dan ditempatkan disalah satu madrasah di jajaran Kanwil Kemenag Sumbar.

Saat diwawancarai melalui akun pribadinya, Selasa (25/06/2019) Milda Muliati sampaikan rasa bahagianya. 

"Bismillahirrahmaanirrahiim. Terima kasih Ya Rahmaan, Ya Rahiim, semua ini adalah karunia dan nikmatMu. Terima kasih untuk semua yg selalu mendo'akanku. Hari ini ku terima hadiah dari Allah, untukmu Mak, malaikatku. Allah telah menjawab do'a-do'amu. Tentu Allah menyaksikan bagaimana perjuanganmu untuk tetap menghidupi anak-anakmu selama ini,"ungkap guru yang akrab disapa Emil.

"Saya adalah anak seorang tukang cuci piring,"tegasnya

"Mengapa adinda bilang demikian ?", tanya media.

Diterangkan Milda Muliati, "orangtua saya bekerja sebgai tukang cuci piring di rumah-rumah orang berpesta. Begitu berat pekerjaan yang Amak jalani. Pulang tengah malam, kadang kehujanan, Padahal usiamu sudah senja. Tanpa harta benda, hanya ragamu, hanya dengan raga amak jalani semua dengan penuh keikhlasan. 

"Pernah aku pegang telapak kakimu ketika engkau tertidur. Ya Allah, pingir-pinggir telapak kaki Amak  mengeras, pecah -pecah karena selalu berjalan mencari nafkah. Wajahmu selalu tampak sangat lelah ketika tidur,"kenangnya.

"Ketika aku masih kecil dulu, tidak jarang juga kita makan nasi hanya ditaburi dengan gula / garam + lalapan bawang merah mentah,"ungkap Emil sapu air matanya.

"Masih segar diingatanku, ketika itu kita hanya punya sedikit sekali beras untuk dimasak, nasinya dibagi-bagi dan Amak mengambil bagian paling sedikit dan berkata 'amak lah makan cako, kini Amak masih konyang, jadi saketek se lah dek Amak nasi'. Padahal sebenarnya amak belum makan apa-apa,"ulasnya.

"Entah terbuat dari apa hatimu Mak, malaikatku. Tidak sedikit juga kita menerima cacian dan hinaan, karena kita bukan orang berada. Itu semua yang membuat tekadku sangat kuat untuk melanjutkan pendidikan,"ungkapnya lagi.

"Berjuang tanpa kenal lelah, segala macam kisah duka aku lalui, bekerja, bahkan menjadi Pelayan Toko dan NGOJEK pun aku lakoni sambil kuliah. Untuk bertahan agar tetap bisa kuliah. Tak peduli apa kata teman-temanku,"katanya.

"Semua demi Amak, malaikatku. Terima kasih Mak, jangan pernah bosan mendoakanku. Dan untuk suamiku Eki CharLie,  terima kasih sayang untuk semua doa-doa dan dukungan kanda selama ini. Suami hebatku, yang selalu membimbing dalam suka maupun duka. Serta bidadari-bidadariku, Syahida dan Elzira. Ini semua karena karunia Allah, karna do'a dan perjuangan kita semua,"ungkapnya penuh.

"Semoga selembar kertas ini membawa keberkahan untuk kita. Mudah-mudahan kita termasuk orang-orang yang selalu bersyukur,"pungkas Emil sembari mempeelihatkan SK CPNS dari Menteri Agama RI bernomor : 686/Kw.03/1-b/KP.00.3/04/2019 tertanggal 11 Maret 2019.(ul)