Iran: Sanksi Baru AS Buktikan Tawaran Perundingan Trump ‘Kosong’


Tehran mengatakan, sanksi baru dari Amerika Serikat terhadap industri petrokimianya menunjukkan tawaran perundingan dari Washington tidak tulus. Washington menerapkan sanksi kepada grup petrokimia terbesar Iran pada hari Jumat karena secara tidak langsung telah mendukung Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang telah ditetapkan sebagai “organisasi teroris” oleh AS pada bulan April lalu. Pada bulan Mei, Washington mengambil langkah untuk memangkas produksi minyak Iran sampai ke titik nol, dengan menerapkan sanksi terhadap negara-negara yang membeli minyak mentah Iran.

Oleh: Al Jazeera

Iran telah mengutuk sanksi baru yang diterapkan Amerika Serikat terhadap industri petrokimianya. Iran mengatakan, sanksi baru itu membuktikan bahwa Presiden Amerika Serikat Donald Trump tidaklah bersungguh-sungguh ingin bernegosiasi.

Abbas Mousavi, seorang juru bicara untuk kementerian luar negeri Iran, mengatakan pada hari Sabtu (8/6) bahwa tindakan AS ini bisa ditetapkan sebagai “terorisme ekonomi” dan lanjutan dari “permusuhan” AS terhadap Iran.

Washington menerapkan sanksi kepada grup petrokimia terbesar Iran pada hari Jumat karena secara tidak langsung telah mendukung Korps Garda Revolusi Islam Iran (IRGC), yang telah ditetapkan sebagai “organisasi teroris” oleh AS pada bulan April lalu.

Di tengah meningkatnya ketegangan antara dua negara ini, bulan ini Trump sebelumnya mengatakan bahwa ia akan bersedia berunding dengan republik Islam ini.

Dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada hari Sabtu, Mousavi mengatakan, sanksi baru menunjukkan tawaran perundingan dari Trump “kosong.”

“Kebijakan tekanan maksimum Amerika adalah kebijakan pecundang,” ujarnya, menambahkan: “Ini adalah jalur yang salah dan pemerintah AS boleh percaya bahwa hal ini tidak akan membawa mereka mencapai target yang telah ditetapkan untuk kebijakan ini.”

Trump telah meningkatkan sanksi-sanksi AS terhadap Iran sejak ia menarik Amerika keluar dari kesepakatan nuklir 2015. Berdasarkan kesepakatan itu, Tehran akan membatasi program nuklirnya sebagai balasan dari pelonggaran sebagian besar sanksi internasional.

Pada bulan Mei, Washington mengambil langkah untuk memangkas produksi minyak Iran sampai ke titik nol, dengan menerapkan sanksi terhadap negara-negara yang membeli minyak mentah Iran.

Tindakan yang berbasis hukuman itu telah menyebabkan pengiriman minyak Iran menurun drastis menjadi 750,000 barel per hari di bulan April, dibandingkan ddengan 1,5 juta barel pada bulan Oktober, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.

“Cara-cara tidak biasa”

Sementara itu, dalam sebuah wawancara yang diterbitkan hari Sabtu, Menteri Perminyakan Iran Bijan Namdar Zanganeh mengatakan, Iran mempertahankan penjualan minyaknya menggunakan cara-cara “tidak biasa” untuk mengakali sanksi AS.

“Kami memiliki penjualan tidak resmi dan tidak biasa, semuanya rahasia, karena jika hal ini diketahui Amerika akan langsung menghentikan mereka,” ujarnya, yang dikutip oleh kantor berita kementerian perminyakan, SHANA.

Zanganeh menolak untuk memberikan detil tentang ekspor minyak Iran, mengatakan ia tidak akan membocorkan angka-angkanya sampai sanksi diangkat. Ia menambahkan: “Sanksi tertata yang paling berat dalam sejarah saat ini sedang dijatuhkan terhadap Iran.”

Dalam wawancara rahasia yang diterbitkan oleh kantor berita parlemen ICANA, Zanganeh mengatakan Iran tidak berencana untuk meninggalkan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) walaupun ada tekanan dari Amerika Serikat dan para sekutunya di wilayah itu—Arab Saudi dan Uni Emirat Arab.

Riyadh dan Abu Dhabi mengatakan, mereka akan meningkatkan produksi minyak untuk mengimbangi pemangkasan minyak mentah Iran dari pasar sehubungan sanksi AS.
“Kedua negara itu telah menunjukkan permusuhan terhadap kami (di OPEC),” ujar Zanganeh. 

“Kami bukanlah musuh mereka tapi mereka menunjukkan permusuhan terhadap kami … dan (mereka) menggunakan minyak sebagai senjata melawan kami di pasar global dan dunia.”

AS telah mengatakan tujuan mereka adalah untuk mengintensifkan tekanan ekonomi dan militer terhadap Iran karena program nuklir dan rudal balistiknya dan juga karena dukungannya terhadap kelompok-kelompok proksi di Suriah, Irak, Libanon, dan Yaman.
Pada hari Kamis (6/6), Trump mengatakan Iran “gagal sebagai negara” di bawah tekanan sanksi-sanksinya.

Washington juga mengirimkan kekuatan mililter ke Timur Tengah, termasuk kapal induk, pesawat pengebom B-52 dan rudal Patriot, sebagai upaya memamerkan kekuatan terhadap ancaman dari Iran yang tidak dirinci.

Sejauh ini, tidak ada bukti ditemukan bahwa Iran telah melanggar syarat-syarat yang ditetapkan dalam kesepakatan nuklir 2015, tapi pada bulan Mei Tehran telah mengancam akan melanjutkan upaya pengumpulan uranium tingkat-tingginya jiwa kekuatan utama dunia tidak memegang janji mereka dalam kesepakatan nuklir tersebut.

Keterangan foto utama: Platform minyak lepas pantai Balal Iran di perairan Teluk.

 (Foto: AFP)

Iran: Sanksi Baru AS Buktikan Tawaran Perundingan Trump ‘Kosong’