92 orang tewas di Bihar dilaporkan telah meninggal dunia di tengah gelombang panas ekstrem yang melanda negara bagian itu dan sebagian besar wilayah India |
Sedikitnya 92 orang tewas di Bihar dilaporkan telah meninggal dunia di tengah gelombang panas ekstrem yang melanda negara bagian itu dan sebagian besar wilayah India. Gelombang panas tersebut juga menyebabkan kekeringan dan ratusan kasus sengatan panas.
India telah mengalami gelombang panas yang parah sejak tiga pekan lalu dan curah hujan sebelum musim hujan di negara itu tercatat merupakan yang terendah dalam enam dekade terakhir. Gelombang panas kali ini ditetapkan sebagai yang terpanjang yang pernah tercatat.
Mayoritas kematian yang tercatat di Bihar sejak 15 Juni telah terjadi di Aurangabad, Gaya, dan Nawada, di mana suhu mencapai sekira 45 derajat Celcius. Sedikitnya 562 pasien telah dirawat di rumah sakit pemerintah karena sengatan panas, dan para pejabat khawatir jumlah kematian akan terus meningkat.
Jumlah korban sebenarnya tidak sepenuhnya diketahui karena beberapa kematian terkait panas tidak dapat dikonfirmasi secara resmi, di antaranya karena keputusan pihak keluarga.
"Keluarga mengambil mayat almarhum sebelum post-mortem," kata seorang pejabat pusat operasi darurat negara kepada Hindustan Times sebagaimana dilansir RT, Kamis (20/6/2019).
Pada Sabtu, 49 orang meninggal di Bihar dalam waktu 24 jam. Kepala Menteri Bihar Nitish Kumar mengumumkan bahwa keluarga para korban yang meninggal akan menerima kompensasi empat lakh (sekira Rp81 juta).
Orang-orang diberitahukan untuk tinggal di dalam rumah, dan sekolah-sekolah serta perguruan tinggi tetap tutup sampai Rabu. Pasar telah diperintahkan untuk ditutup antara jam 11 pagi dan jam 5 sore.
Wilayah Gaya dan Darbhanga telah mengaktifkan Pasal 144, yang melarang semua kegiatan publik pada siang hari.
Gelombang panas mempengaruhi hampir dua pertiga negara, dengan negara bagian barat Rajasthan mengalami suhu mencapai 50 derajat Celcius. Sementara itu Negara Bagian Maharashtra di barat India menderita kekeringan terburuk dalam 47 tahun terakhir.
Puluhan ribu orang di desa-desa yang dilanda kekeringan telah meninggalkan rumah mereka untuk mencari air.