Presiden Turki Recep Tayyep Erdogan turut menghadiri salat gaib untuk Presiden Mesir yang digulingkan Mohamed Morsi. Morsi menghembuskan nafas terakhirnya saat mengikuti sidang di pengadilan Mesir.
Saat diberikan kesempatan untuk berbicara mengenai Morsi, Erdogan mengungkapkan kecurigaan atas kematiannya.
"Apakah itu kematian normal, atau ada beberapa elemen lain yang terlibat, ini (kematian Morsi) mencurigakan.
Secara pribadi, saya tidak percaya bahwa itu adalah kematian normal," kata Erdogan di Masjid Fatih, Istanbul seperti disitir dari laman The Peninsula, Rabu (19/6/2019).
Sejumlah masjid-masjid di seluruh Turki mengadakan salat gaib untuk Morsi, termasuk di dekat Kedutaan Besar Mesir di Ibu Kota Ankara.
Aktivis masyarakat sipil, warga negara dan Muslim dari Mesir, Ethiopia, Somalia, Palestina, Suriah, dan wilayah otonom Xinjiang Uighur di China menghadiri pertemuan yang diselenggarakan oleh berbagai organisasi non-pemerintah untuk memberi penghormatan kepada mendiang presiden Mesir itu.
Para peserta membawa tanda Rabia dan poster mengecam pemerintah Mesir dan foto-foto Morsi.
Poster bertuliskan slogan, "Kudeta akan dikalahkan, gerakan Islam akan menang", "Sebab Islam itu abadi" dan "Naikkan suaramu untuk kemanusiaan".
"Hari ini kita telah memenangkan seorang martir di jalan Tuhan," seorang mahasiswa Mesir Mumin Esref mengatakan kepada wartawan atas nama berbagai organisasi setelah salat gaib.
"Tiran menguburnya diam-diam di dini hari, tetapi dia menang," kata Esref.
"Ratapan para underdog yang mati syahid dan diperbudak di ruang bawah tanah Mesir akan menjadi tentara dan sekali lagi menggulingkan otoritas kudeta di Mesir," imbuhnya.
Serikat pekerja dan organisasi masyarakat sipil juga hadir dalam pertemuan tersebut.
Morsi, anggota terkemuka Ikhwanul Muslimin, memenangkan pemilihan presiden secara demokratis pertama Mesir pada 2012.
Namun, setelah hanya satu tahun menjabat, ia digulingkan dan dipenjara dalam kudeta militer berdarah yang dipimpin oleh Menteri Pertahanan saat itu dan saat ini menjadi Presiden, Abdel Fattah el-Sisi.
Pada saat kematiannya, Morsi menghadapi sejumlah tuntutan hukum, yang menurutnya, bersama sejumlah kelompok hak asasi manusia dan pengamat independen, bermotivasi politis.