Jika AS dengan sengaja memutuskan untuk meningkatkan ketegangan, kami akan berjuang hingga titik akhir |
Pemrintah China akan berjuang hingga titik akhir jika Amerika Serikag (AS) memutuskan mengintensifkan perang dagangnya di tengah ancaman baru Presiden Donald Trump untuk mengenakan tarif tambahan pada ekspor China.
"Jika AS dengan sengaja memutuskan untuk meningkatkan ketegangan, kami akan berjuang hingga titik akhir," kata juru bicara Kementerian Perdagangan China, Gao Feng dalam konferensi pers, Kamis (6/6).
Gao mengatakan, penggunaan tekanan pamungkas AS menyebabkan kemunduran serius dalam pembicaraan perdagangan bilateral dan arah masa depan perundingan akan berada di Washington.
"China tidak ingin berperang, tetapi juga tidak takut pada perang," kata Gao, menekankan bahwa Beijing akan menerapkan tindakan yang melindungi kepentingan China dan rakyatnya.
Di hari yang sama, Trump mengancam akan menaikkan tarif bea masuk China sebesar USD300 miliar setelah pertemuan ekonomi terbesar dunia akhir bulan ini.
"Saya akan membuat keputusan itu dalam dua minggu ke depan setelah G20. Saya akan bertemu dengan Presiden Xi dan kami akan melihat apa yang terjadi, kami mungkin merencanakannya setelah G20," kata Trump saat dalam kunjungan ke Prancis.
KTT G20 mendatang di Jepang pada 28-29 Juni akan menjadi kesempatan pertama bagi Trump dan rekannya, Presiden China Xi Jinping untuk bertemu sejak KTT G20 terakhir di Buenos Aires pada akhir 2018. Namun, pertemuan antara keduanya belum diatur.
"Pembicaraan kami dengan China, banyak hal menarik yang terjadi. Kami akan lihat apa yang terjadi, Saya bisa naik paling sedikit USD300 miliar dan saya akan melakukannya pada waktu yang tepat," kata presiden AS itu.
Trump menaikkan tarif menjadi 25 persen pada USD200 miliar produk Chinadan memerintahkan perwakilan perdagangannya untuk menyiapkan tarif atas USD300 miliar lainnya, yang mencakup hampir semua ekspor China ke AS.
Kementerian Perdagangan China merilis sebuah laporan yang menunjukkan AS mendapatkan keuntungan kersama antara Beijing dan Washington selama bertahun-tahun.
Karena itu, Negeri Tirai Bambu itu mengatakan, klaim Washington bahwa China mengambil keuntungan sepihak dari perdagangan bilateral kedua negara tidak berdasar.
sumber : jurnasnews