AS Tambah 1.000 Tentera ke Timur Tengah

IMPIANNEWS.COM (WASHINGTON). 

Pentagon mengerahkan 1.000 tentara tambahan Amerika Serikat (AS) ke Timur Tengah. Langkah ini sebagai respons atas serangan terhadap kapal tanker minyak di Teluk, yang menurut Washington dilakukan oleh Iran.

Pelaksana Tugas (Plt) Menteri Pertahanan Patrick Shanahan menyetujui pengerahan pasukan tambahan itu dengan mengutip informasi intelijen yang dia sebut "dapat dipercaya dan kredibel" bahwa Teheran terlibat dalam serangan baru-baru ini terhadap kapal tanker minyak di Teluk.

Dalam sebuah pernyataan hari Senin, Shanahan mengatakan dia menyetujui permintaan Komando Sentral (CENTCOM) AS sebelumnya untuk meningkatkan jumlah pasukan. "Untuk mengatasi ancaman udara, laut, dan darat di Timur Tengah," katanya.

"Menanggapi permintaan dari CENTCOM untuk pasukan tambahan dan dengan saran dari Kepala Staf Gabungan dan dalam konsultasi dengan Gedung Putih, saya telah mengesahkan sekitar 1.000 pasukan tambahan," lanjut dia dalam pernyataan yang dikutip Selasa (18/6/2019).

AS sejatinya telah meningkatkan pasukannya di kawasan itu sejak awal Mei, ketika Washington mengirim baterai sistem rudal Patriot, pesawat pengebom berkemampuan nuklir, dan sebuah kelompok tempur kapal induk ke kawasan tersebut. Saat ini, Pentagon sudah menempatkan 1.500 tentara di Timur Tengah.

Washington menggunakan dalih ancaman yang tumbuh dari Teheran sebagai pembenaran untuk peningkatan jumlah pasukan. Washington menyalahkan Iran atas sejumlah insiden di kawasan itu selama dua bulan terakhir. Namun, Teheran menyangkal keterlibatannya.

Sebuah laporan baru-baru ini, mengutip sumber-sumber PBB di New York, menuduh bahwa Washington sedang mempertimbangkan untuk meluncurkan serangan taktis terhadap Iran sebagai pembalasan atas serangan 13 Juni terhadap dua kapal tanker asing di Teluk Oman.

Pernyataan itu sendiri datang hanya beberapa jam setelah Pentagon merilis rekaman gambar terbaru yang dimaksudkan untuk membuktikan kesalahan Iran dalam insiden yang merusak kapal tanker milik Jepang; Kokuka Courageous, dan milik Norwegia; Front Altair. Namun, dalam rekaman gambar terbaru itu tidak ada lambang, bendera atau nama kapal yang dapat dilihat.

Iran telah membantah semua tuduhan tentang keterlibatannya dalam insiden tersebut. Teheran menunjuk balik catatan besar operasi "bendera palsu" yang dilakukan oleh AS untuk mendukung kepentingannya di seluruh dunia.