Reaksi 6 Negara Timur Tengah terhadap Ancaman Perang AS-Iran

IMPIANNEWS.COM (Iran). 

Ketegangan AS-Iran kian meningkat, setelah Iran disalahkan atas serangan terhadap empat kapal tanker minyak di wilayah Teluk.

AS pun telah mengerahkan armada militer ke wilayah Timur Tengah, yang semakin menimbulkan kewaspadaan oleh berbagai pihak bahwa perang akan segera terjadi. Berikut adalah bagaimana enam negara Timur Tengah bereaksi terhadap ancaman perang AS-Iran.

Oleh: Middle East Eye
Dengan ketegangan yang sekali lagi bergejolak di wilayah Teluk, komunitas internasional dilanda kecemasan ketika konflik yang lama ditakuti antara Amerika Serikat (AS) dan Iran tampaknya semakin dekat.

AS telah menyalahkan Iran atas serangan terhadap kapal tanker minyak di wilayah Teluk, dan Presiden AS Donald Trump pada Senin (13/5) memperingatkan bahwa jika Iran

 “melakukan sesuatu, itu akan menjadi kesalahan yang sangat buruk… jika mereka melakukan sesuatu mereka akan sangat menderita.”

Namun pada Kamis (16/5), Trump menanggapi pertanyaan wartawan tentang apakah AS akan menuju perang habis-habisan dengan Iran dengan jawaban: “Saya harap tidak.”

Sementara itu, Uni Eropa menyerukan “penahanan diri maksimum” pada Senin (13/5), setelah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo.

“Selalu lebih baik untuk berbicara daripada tidak melakukannya, terutama ketika ketegangan muncul,” kata Federica Mogherini, Kepala Diplomatik Uni Eropa.

“Mike Pompeo mendengar hal itu dengan sangat jelas dari kami hari ini, tidak hanya dari diri saya sendiri, tetapi juga dari negara-negara anggota Uni Eropa lainnya, bahwa kita hidup di saat sulit yang krusial di mana sikap paling bertanggung jawab yang harus diambil adalah penahanan diri maksimum.”

Di Timur Tengah, seruan dari sebagian besar pemerintah adalah untuk melakukan de-eskalasi, terutama dari negara-negara yang cenderung terseret ke dalam pertempuran:

Uni Emirat Arab

Menteri Luar Negeri Uni Emirat Arab (UEA) mengatakan kepada Bloomberg pada Rabu (15/5), bahwa negaranya tidak akan “melakukan sesuatu sebelum waktunya”, dan menyalahkan Iran atas serangan terhadap kapal di lepas pantai.

Dalam sebuah pengarahan, Anwar Gargash mengatakan bahwa negaranya “sangat berkomitmen untuk melakukan de-eskalasi” dan akan melakukan “kehati-hatian dan kewaspadaan” di tengah situasi yang “rapuh dan sulit ini.”

Israel

Menurut Channel 13, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu—yang biasanya bersikap paling agresif terhadap Iran—mengatakan kepada kepala keamanannya untuk “mengambil langkah-langkah untuk mengisolasi Israel dari perkembangan apa pun, dan memastikan bahwa Israel tidak terseret ke dalam eskalasi ini.”

Saluran berita tersebut melaporkan pada Rabu (15/5) bahwa pertemuan tersebut menyimpulkan bahwa Teheran bukan “masalah yang diprioritaskan.”

Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif berbicara selama Munich Security Conference tahunan di Munich, Jerman, 17 Februari 2019. (Foto: Reuters/Andreas Gebert)

Arab Saudi

Saingan lama Iran, Arab Saudi, mengeluarkan salah satu kecaman paling keras atas serangan terhadap kapal tanker minyak pada Senin (13/5).

“Ini adalah tindakan sabotase yang memengaruhi keselamatan navigasi internasional dan keamanan pasokan minyak dunia,” kata perwakilan tetap Arab Saudi untuk PBB Abdallah al-Mouallimi dalam sebuah surat kepada Dewan Keamanan PBB pada Rabu (15/5).

“Konsekuensinya, Kerajaan Arab Saudi mengecam dengan sangat kuat serangan teroris ini, dan menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengambil sikap tegas terhadap mereka yang bertanggung jawab atas operasi provokatif dan subversif seperti itu.”

Sebuah editorial yang terbit di Arab News pada Kamis (16/5) melangkah lebih jauh, dan menyerukan serangan terhadap Iran.

“Iran tidak boleh dibiarkan begitu saja… menurut pandangan kami, harus ada tindakan pencegahan dan hukuman agar Iran tahu bahwa tidak ada tindakan jahat yang tidak dihukum, tindakan itu, menurut pendapat kami, harus merupakan serangan yang diperhitungkan.”

Suriah

Pemerintah Suriah—sekutu lama Iran yang pasukannya berpihak pada Presiden Bashar al-Assad dalam perang delapan tahun negara itu—pada Jumat (17/5) meminta semua pihak untuk melakukan “penahanan diri” di wilayah Teluk.

“Pemerintah Suriah meminta semua pihak untuk menahan diri, karena meningkatnya ketegangan di wilayah Teluk tidak akan menguntungkan negara-negara di kawasan itu,” kata kantor berita milik pemerintah SANA mengutip sumber Kementerian Luar Negeri Suriah.

Qatar

Seorang sumber mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa Menteri Luar Negeri Qatar telah mengunjungi Teheran awal pekan ini, dengan maksud untuk meredakan situasi di Teluk.

Sumber itu—yang digambarkan memiliki posisi tinggi dan memiliki pengetahuan mendalam tentang diskusi itu—mengatakan bahwa “Menteri Luar Negeri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani telah mengunjungi Iran dalam beberapa hari terakhir dan bertemu dengan Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif di Teheran.”

Dia mengatakan bahwa dia “tidak tahu” apakah Menteri Luar Negeri itu membawa pesan dari AS.

Irak

Irak kemungkinan akan menanggung beban dalam perang AS-Iran, dan pemerintah ingin mendorong ketenangan.

Pada Rabu (15/5), sehubungan dengan ancaman oleh AS untuk menyerang kelompok-kelompok yang didukung Iran di Irak, Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi mengatakan kepada para wartawan bahwa Irak tidak mendukung “langkah yang merupakan ancaman bagi pihak mana pun.”

“Kami mengklarifikasi kepada Amerika—bahwa pemerintah akan melakukan tugasnya untuk melindungi semua pihak.”

Keterangan foto utama: Kapal Induk USS Abraham Lincoln mendekati Jembatan Perdamaian Mubarak saat melakukan transit di Kanal Suez, Mesir, 9 Mei 2019. (Foto: Dan Snow/Angkatan Laut AS via Reuters)

Reaksi 6 Negara Timur Tengah terhadap Ancaman Perang AS-Iran
Your email address will not be published. Required fields are marked *
Name *