Inggris dan Jerman cemas atas sikap Iran akan Mundur dari Kesepakatan Nuklir

Wakil Menlu Inggris, Mark Field, menyatakan di depan parlemen tidak senang dengan sikap Iran

IMPIANNEWS.COM (Jakarta).

Pemerintah Inggris dan Jerman cemas atas sikap Iran yang mengancam akan mundur dari kesepakatan nuklir jika Amerika Serikat terus menekan dengan sejumlah sanksi. Sebab, mereka juga turut meneken kesepakatan itu.

"Kami sangat prihatin atas pernyataan itu dan mendesak Iran untuk tetap menaati janji dalam kesepakatan dan tidak mengambil langkah yang bertentangan," kata Perdana Menteri Inggris Theresa May melalui juru bicaranya.

Dilansir Reuters, Kamis (9/5), May menyatakan kesepakatan ini sangat penting untuk membuat dunia tetap aman. Hanya saja May menyatakan Inggris akan mendukung penuh asal Iran tetap mematuhi, tetapi tidak menyinggung soal sikap Amerika Serikat yang turut memantik kemelut itu.

Wakil Menlu Inggris, Mark Field, menyatakan di depan parlemen tidak senang dengan sikap Iran.

Sedangkan Menteri Luar Negeri Jerman, Heiko Maas, menyatakan mereka juga ingin supaya Iran tidak mundur dari kesepakatan nuklir. Dia sempat menyinggung dugaan keterlibatan Iran dalam konflik di Timur Tengah juga menyulitkan banyak pihak.

"Menurut kami peran Iran dalam konflik Suriah dan Yaman serta program peluru kendali juga menjadi masalah," kata Maas.

Senada dengan Inggris, Maas mengimbau supaya Iran tetap menaati perjanjian nuklir itu.

Presiden Iran, Hasan Rouhani, mengancam bakal melanjutkan pengayaan uranium jika pihak-pihak penandatangan kesepakatan nuklir pada 2015 lalu tak membela negara tersebut dari dera sanksi Amerika Serikat.

Rouhani memberikan waktu 60 hari bagi Inggris, Prancis, Jerman, China, dan Rusia untuk berjanji melindungi sektor minyak dan perbankan Iran di tengah sanksi AS.

Rouhani kembali mengancam akan memberikan respons keras jika isu ini kembali dibawa ke Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. Rouhani menyatakan Iran tetap siap untuk bernegosiasi.

Perjanjian yang diteken pada 2015 lalu itu menyepakati bahwa negara Barat akan mencabut serangkaian sanksi terhadap Teheran.

Sebagai balasan, Iran harus menyetop segala bentuk pengembangan senjata rudal dan nuklirnya, termasuk pengayaan uranium.

Namun, AS menarik diri secara sepihak dari perjanjian nuklir itu pada Mei 2018 lalu dan kembali menerapkan sanksi atas Iran. Yakni mengancam akan menjatuhi sanksi kepada negara-negara yang membeli minyak dari Iran. Mereka juga menjatuhkan sanksi untuk produk tambang dan baja Iran.

AS juga memasukkan pasukan elit Iran, Korps Garda Revolusi, ke dalam daftar teroris. (ayp)