Cegah 'Perang dari Neraka', PM Irak Jadi Mediator AS-Iran

IMPIANNEWS.COM (Baghdad).

Mediasi yang dilakukan Perdana Menteri Irak Adil Abdul-Mahdi antara Amerika Serikat (AS) dan Iran di tengah ketegangan militer saat ini mendapat kredit tersendiri. 

Pasalnya, hal itu diyakini dapat mencegah "perang dari neraka," sebutan untuk konflik militer Iran-AS.

Dua penasihat Abdul-Mahdi mengatakan bahwa beberapa minggu terakhir Perdana Menteri Irak itu bertindak sebagai "tukang pos" untuk Washington dan Teheran.

"(Menteri Luar Negeri AS Mike) Pompeo meminta Adel Abdul-Mahdi untuk menjadi saluran komunikasi antara mereka (AS) dan Iran untuk menyampaikan beberapa pesan, dan Iran setuju untuk itu," kata salah satu penasihat perdana menteri Irak.

“Kami tidak akan menunggu sampai gerbang Neraka terbuka. Mentransfer pesan antara kedua pihak dan memainkan peran mediasi, adalah keputusan yang diambil oleh kepemimpinan Irak untuk menghindari pecahnya perang antara kedua belah pihak. 

Iran juga setuju untuk mengizinkan Irak menjadi perantara di antara kedua pihak,” tambah penasihat itu seperti dikutip dari Arab News, Minggu (19/5/2019).

Pompeo melakukan kunjungan singkat ke Baghdad dua minggu lalu, di mana ia menyampaikan pesan pertama AS kepada Iran.

Penasihat kedua Abdul-Mahdi mengatakan: "Pompeo meminta Abdul-Mahdi untuk mengambil kembali roket dari faksi-faksi bersenjata dan memberitahu Iran untuk meninggalkan pangkalan dan kamp AS di Irak dari perhitungan mereka dan menjauhkan mereka dari apa yang terjadi di Teluk.

 Pompeo mengatakan bahwa menargetkan salah satu kepentingan Amerika di Irak akan dijawab (dengan mencapai sasaran) jauh di dalam Iran."
Namun, para pemimpin Syiah dan komandan dua faksi bersenjata yang terkait dengan Iran mengatakan kepada Arab News bahwa roket jarak pendek telah diserahkan kepada dua kelompok Irak selama dua minggu terakhir untuk bersiap menyerang sasaran AS di Irak jika negara adidaya itu ingin menyerang Iran.

Mereka menambahkan bahwa daftar target strategis AS di Irak dan kawasan telah dipersiapkan untuk berada dalam jangkauan roket dari faksi-faksi ini ketika dibutuhkan.

"Pesan yang dibawa oleh Abdul-Mahdi ke pihak Iran untuk sementara waktu mengubah arah pertempuran," ucap seorang komandan faksi bersenjata yang terkait dengan Iran.

Dia mengatakan para pejuang telah diperintahkan untuk tetap tenang, menunjukkan pengendalian diri, dan untuk tidak mencapai target asing di Irak sampai pemberitahuan lebih lanjut.

Para komandan mengungkapkan bahwa Jenderal Qassem Soleimani, komandan Korps Pengawal Revolusi Iran, bertemu dengan sejumlah pemimpin faksi Syiah di Baghdad dua hari sebelum dimulainya bulan Ramadhan. 

Saat itu diskusi difokuskan pada perkembangan terbaru di wilayah tersebut dan opsi yang tersedia untuk menangani tekanan AS terhadap Iran.

"Kami akan mengandalkan rudal jarak pendek untuk menyerang kepentingan AS di Irak jika Amerika Serikat memulai perang, ini adalah arahan," kata komandan lain.

"Faksi-faksi belum menerima rudal jarak jauh dari Iran," imbuhnya.

Komandan itu menyatakan kelompok bersenjata Syiah Kata'ib Hezbollah-Irak dan Harakat Hezbollah Al-Nujaba (HHN), sebuah cabang dari Asa'ib Ahl Al-Haq (AAH), akan "menjadi ujung tombak" setiap serangan yang dilakukan oleh Iran pada kepentingan AS di Irak dan Suriah jika terjadi perang.

 Kata'ib Hezbollah-Irak adalah salah satu kelompok bersenjata Syiah yang paling anti-AS, yang melakukan serangan mematikan terhadap pasukan Amerika di Irak pada 2007-2011.

"Roket diserahkan kepada kedua kelompok, tetapi AAH dan paramiliter lain yang terkait dengan Iran hanya akan digunakan sebagai cadangan selama konfrontasi apa pun," tukas komandan itu.

Ketegangan antara Amerika dan Iran telah meningkat sejak AS menarik diri dari perjanjian nuklir dan memberlakukan sanksi ekonomi yang keras terhadap Iran, langkah-langkah yang mendorong ancaman Iran untuk menutup jalur pelayaran di wilayah tersebut.

Perselisihan ini mencapai puncaknya dalam beberapa hari terakhir. AS mengirimkan kelompok tempur laut USS Abraham Lincoln dan satu skuadron pembom B-52 ke kawasan itu, sebagai tanggapan atas ancaman yang dirasakan meningkat.

Washington juga menyetujui penyebaran tambahan sistem pertahanan rudal Patriot dan kapal perang amfibi USS Arlington ke wilayah tersebut. 

Iran pun telah berulang kali menyatakan kesiapannya untuk membalas jika terjadi konflik militer.

Menghadapi manuver AS, Iran berulang kali menyatakan siap menghadapi pertempuran jika terjadi konflik militer.