Iran menyerang Amerika Serikat (AS) karena menyebabkan ketegangan di Timur Tengah. Pernyataan itu muncul setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pemerintahannya tidak berusaha menggulingkan rezim Teheran dan ia akan menyambut baik pembicaraan dengan Negeri Mullah itu.
Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan, pemerintahan Trump melukai rakyat Iran dan menyebabkan ketegangan di kawasan Timur Tengah. Hal itu dikatakan Zarif lewat akun Twitternya.
"Tindakan - bukan kata-kata - akan menunjukkan apakah itu maksud dari @realDonaldTrump atau tidak," tambah Zarif, merujuk pada Twitter presiden AS seperti dilansir dari CGTN, Selasa (28/5/2019).
Zarif juga membantah Iran mencari senjata nuklir, setelah Trump mengatakan dalam kunjungannya ke Jepang bahwa AS tidak inggin menggulingkan rezim Teheran dan tidak mencari senjata nuklir.
"Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei sejak lama mengatakan kami tidak mencari senjata nuklir - dengan mengeluarkan fatwa (larangan) yang melarang mereka," kata Zarif dalam cuitannya.
Khamenei dikatakan telah mengeluarkan fatwa terhadap senjata nuklir pada tahun 2003 dan telah mengulanginya beberapa kali sejak itu.
Pada hari Sabtu, Zarif menyebut pengiriman pasukan tambahan AS ke kawasan Timur Tengah sangat berbahaya dan ancaman bagi perdamaian dan keamanan internasional.
Pengiriman pasukan tambahan ini mengikuti keputusan AS awal bulan ini untuk mengirim kelompok tempur kapal induk dan pembom B-52 dalam unjuk kekuatan terhadap apa yang para pemimpin Washington katakan sebagai ancaman Iran untuk menyerang aset AS.
Washington mengatakan bala bantuan terbaru sebagai tanggapan atas "kampanye" serangan baru-baru ini termasuk roket yang diluncurkan ke Zona Hijau di Baghdad, perangkat peledak yang merusak empat kapal tanker di dekat pintu masuk ke Teluk, dan serangan pesawat tak berawak oleh pemberontak Yaman pada pipa minyak Saudi.
Namun Iran dengan tegas membantah terlibat dalam serangan itu.
sumber : sindonews