Di lapau, Duduak surang ba lapang lapang, tapi kiro kiro jo pangana, sampik. Duduak basamo basampik sampik, tapi pemikiran lapang, batuka pangana saroto basuo jalan kalua. Di lapau kita bisa curhat dan memecahkan masalah non rahasia.
Istilah malapau (warung kopi tradisional) adalah bahasa yang dipakai urang (masyarakat) Minang. Kegiatan ini adalah tradisinya orang Minangkabau dimana saja berada. Baik di kampung ataupun di rantau. Bersilaturahmi di kadai kopi adalah satulah satu kebiasaan masyarakat minang yang laki laki, bergurau sambil meneguk secangkir kopi atau teh danmkepulan asap rokok. Rata rata penggemar lapau adalah warga yang berusia 30 tahun keatas.
Biasanya, waktu yang dimanfaatkan untuk malapau adalah usai shalat shubuh dan usai shalat isya. Walau tak dipungkiri, malapau sering menelan waktu hingga tengah malam. Tapi bagi penggemar lapau itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Walau terkadang ada yang berhutang. Itu hal biasa jelang ada uang pembayar.
Jangan pandang sisnis dulu, karena memang ada sebagian lapau menyediakan permaianan domino dan kartu koa (ceki) tapi bago penggemar lapau itu bukan arena judi. Karena palapau beda penjudi. Main domino dan main ceki bagi palapau adalah hiburan malam jelang mata mengantuk sambil menonton TV. Main domino dengan hukuman pindah tempat, dan bakan ada yang sandang botol bagi yang kalah. Hukuman itu pun disepakati bersama. Sedangkan, kalau main ceki, kertas dibayar bersama. Permainan lapau dimulai usai shalat isya.
Selain minum kopi dan teh, di lapau kita bisa jumpai kuliner kreasi warga. Kita bisa jumpai goreng pisang, goreng ubi, ketan, bubur kacang ijo dan bubua itam, paniaram, tapai dan kreasi kuliner lainnya.
Selain minum kopi dan teh, di lapau kita bisa jumpai kuliner kreasi warga. Kita bisa jumpai goreng pisang, goreng ubi, ketan, bubur kacang ijo dan bubua itam, paniaram, tapai dan kreasi kuliner lainnya.
Meskipun sebagian orang pintar menganggap malapau adalah membuang buang waktu, tapi bagi penggemar lapau adalah sebuah sarana untuk menghilangkan sakik utak (pusing). Memang tak dipungkiri, di lapau ada semua ilmu. Ilmu dan pelajaran yang baik, ada di lapau. Demikian sebaliknya, juga ada di lapau. Tergantung dimana bagaimana kita memakaikannya.
Tapi coba lihat realita, mana yang banyak masuk rumah sakit, masyarakat palapau dibanding orang rumahan ?. Di lapau setidaknya ada sekitar 10 orang penggemar dengan latar belakang yang bervariatif, ada yang buruh, petani, wiraswasta, pegawai dan pengusaha. Setiap malam ada saja cerita yang diumbar dan dibicarakan. Mulai dari syariah, muamalah dan kondisi sosial ekonomi serta politik. Semua bisa diselesaikan di lapau ataupun di surau
Sementara orang rumahan hanya bergelut dengan barang mewah dan kesibukannya, secara pribadi, keluarga ataupun kesibukan di dunia birokrasi.
Bicara tentang kegiatan syariah di palanta lapau, sangat banyak yang telah dilakukan. Mulai dari membicarakan rencana goro rumah ibadah dan kampung, muamalah dengan terbentuknya kelompok salawat, yasinan kaum muslim, kongsi keagamaan, kongsi sosial serta kongsi seni. Jadi disamping bisa dibahas di mesjid dan mushalla, di lapau juga bisa diputuskan semua yang baik-baik.
Disebuah Lapau di Latina, Walikota Payakumbuh Riza Falepi bersilaturahim dengan warganya |
Terkait pembangunan ekonomi sosial dan kemasyarakatan, tak jarang di lapau kopi bisa dicarikan solusinya. Banyak warung kopi yang jadi solusi pemecahan masalah pengangguran. Di saat salah seorang penggemar lapau butuh kerja, ternyata ada penggemar lainnya yang sedang butuh pekerja. Di saat ada penggemar lapau sedang sakit atau tertimpa bencana, di lapau bisa dicarikan solusinya dengan adanya tradisi badoncek atau iyuran. Pokonya lapau juga bisa jadi arena musyawarah mencari solusi bersama. Di lapau juga bisa lahir kelompok tani.
Dengan secangkir kopi yang dihargai Rp 2,000 hingga Rp 4,000, penggemar lapau juga bisa berdampak positif, termasuk dalam masa politik belakangan ini. Sangat banyak caleg yang menitik beratkan rapat dengan pendukungnya di lapau kopi. Bahkan sampai larut malam para caleg bersilaturahim dengan penggemar lapau dalam rangka mencari simpatisan. Bagaimana dengan caleg yang tidak palapau, tentunya mereka hanya tau kalangan elit. Selain itu warga lapau juga merasa asing dengan mereka. Mungkinkah caleg yang tidak dikenal warga lapau akan dapat suara dari lapau ?. Mungkin bisa, tapi tipis.
Lapau juga bisa sebagai Sekretariat keamanan. Rata rata palapau tidur larut malam, sehingga kondisi kantibmas sering terjaga dan diketahui lebih dulu oleh mereka palapau. Dikala yang lain tertidur lelap, palapau masih bergurau di warung kopi. Kebakaran dan kemalingan sering diketahui lebih dulu oleh penggemar lapau. Termasuk ikut dalam memadamkan api serta mengejar sang maling.
Selain itu, warga lapau lebih teliti terhadap pendatang baru. Mereka sering menginterogasi tamu yang jarang tampak datang ke daerah mereka, apalagi pendatang haram yang ingin menebar maksiat. Rata-rata pelaku maksiat sering diketahui warga palapau.
Urang palapau adalah warga yang cinta silaturahim. Soekarno saja mengakui, bahwa ada ilmu di lapau kopi. Sangat banyak ilmu yang bisa didapat di lapau. Ilmu politik dan strategi bisa disusun di lapau. Di lapau tiada jurang pemisah.
Di lapau juga bisa menjadi wadah tumbuhnya seni budaya. Sangat banyak seni dan budaya lokal yang tumbuh, berawal dari carito lapau, seperti mendirikan randai, batalempong, barandai, barundiang, barabab serta seni budaya lainnya.
Di lapau juga bisa menjadi wadah tumbuhnya seni budaya. Sangat banyak seni dan budaya lokal yang tumbuh, berawal dari carito lapau, seperti mendirikan randai, batalempong, barandai, barundiang, barabab serta seni budaya lainnya.
Pastinya simana saja kita berada orang Minang pasti cinta surau, suko balapau dan basilek (beladiri dan silat lidah). Namun filter diri harus tetap dijaga sehingga akidah tetap terjaga ditengah silaturahim.(ul)