Susi Suzanna anggota IKW RI |
WAKTU kecil saya mengaji di Mesjid Jihad yang berada di Jalan Jhoni Anwar Lapai Padang. Nama guru mengaji saya Amrizal, kuliah di IAIN Imam Bonjol Padang. Pak Am suka bercerita tentang sejarah dari zaman Nabi Adam AS hingga nabi Muhammad SAW.
Diantaranya Pak Am bercerita kisah Nabi Musa AS dan Firaun. Kisah tentang Raja Mesir yang kejam, sombong dan mengaku sebagai Tuhan sampai akhirnya tenggelam di laut merah ketika mengejar Nabi Musa dan Bani Israil.
Kisah ini begitu banyak menyimpan hikmah bagi setiap muslim dan umat manusia secara umum. Terutama karena jasad Firaun yang Allah SWT selamatkan dan telah diawetkan hingga saat ini. Semua orang bisa melihat mumi Firaun ini di museum Mesir.
Sejumlah keterangan menyebutkan setelah Firaun tenggelam, mayatnya terdampar di pantai dan ditemukan oleh orang-orang Mesir untuk diawetkan (dibalsem) hingga utuh. Tradisi mengawetkan orang yang sudah meninggal sendiri memang sudah dilakukan bangsa Mesir kuno sejak 3000 tahun sebelum masehi (SM).
Menurut cerita yang ada, bangsa Mesir kuno percaya bahwa jiwa atau roh orang yang sudah meninggal suatu hari akan kembali lagi ke dunia. Karena itu, tubuh mereka diawetkan agar jiwa yang akan kembali itu dapat menempati tubuhnya yang telah ditinggalkan dulu.
Pada masa itu, mayat yang diawetkan bisa bertahan sampai ratusan, bahkan ribuan tahun.
Salah satu mumi Firaun yang terkenal dan bertahan sampai sekarang adalah Tuthankhamen (King Tut) yang ditemukan oleh Howard Carter pada tahun 1922 di dekat makam Ramses VI di Mesir.
Tentang Firaun dan Penelitian Jasadnya ditinjau dari ilmu pengetahuan.
Firaun sendiri bukanlah nama, melainkan gelar bagi raja-raja Mesir pada masa itu. Ada beberapa pendapat mengenai Firaun yang mengaku Tuhan. Sebagian menyebut Firaun yang jasadnya diselamatkan adalah Ramses II. Namun sebagian lain menyebut Firaun di masa Nabi Musa adalah Merneptah (1232-1224 SM), putra dari Ramses II.
Terlepas dari semua itu, kisah tentang Firaun yang jasadnya masih utuh ini ternyata menarik perhatian banyak pihak, terutama dari kalangan ilmuwan. Salah satunya Profesor Michel Durigon yang mengambil sampel organ Firaun pada 1975 di Kairo.
Setelah penelitian, sang profesor menemukan bahwa kondisi tubuh Firaun masih utuh meskipun sudah tenggelam di laut selama waktu yang lama. Bantuan penelitian pun ditawarkan oleh Eropa untuk menganalisis mumi Firaun. Prof. Dr. MauriceBucaille kemudian menjadi pemimpin ahli bedah sekaligus penanggung jawab utama dalam penelitian mumi tersebut.
Bucaille bersama anggota tim berhasil mengungkapkan penyebab kematian Firaun dan pengawetannya. Menurut dia, dalam sebuah penelitian medis yang dilakukan dengan mengambil sampel organ tertentu dari jasad mumi yang ditemukan, pada tahun 1975, melalui bantuan Prof Michfl Durigon dan pemeriksaan yang detail dengan menggunakan mikroskop, bagian terkecil dalam organ itu masih dalam kondisi terpelihara secara sempurna.
Ini menunjukkan bahwa keterpeliharaan secara sempurna itu tidak mungkin terjadi andaikata jasad tersebut sempat tinggal beberapa lama dalam air atau berada lama di luar air sebelum terjadi proses pengawetan pertama.
Dr. Bucaille menyebutkan dirinya bersama tim telah melakukan banyak penelitian, di antaranya untuk mengetahui dugaan sebab kematian Firaun. Penelitian yang dilakukannya berjalan legal karena dibantu Direktur Laboratorium Satelit di Paris, Ceccaldi, dan Prof Durigan. Objek penelitian dititikberatkan pada salah satu orang di tengkorak kepala.
Mengenai hasilnya, ia mengungkapkan ”Dari situ, diketahui bahwa semua penelitian itu sesuai dengan kisah-kisah yang terdapat dalam kitab-kitab suci yang menyiratkan bahwa Firaun tewas ketika digulung gelombang.”
Bagaimana jasad mumi yang sudah tenggelam lama di dalam laut ini masih lebih baik kondisinya dibanding mumi-mumi lainnya? Bucaille kemudian dibantu oleh Ceccaldi dan Durigon. Tim medis akhirnya menemukan bahwa kematian cepat Firaun bukan karena tenggelam melainkan hantaman keras di bagian tengkoraknya.
Bucaille kemudian merilis laporannya yang berjudul Mumi Fir’aun: Sebuah Penelitian Perobatan Moden (judul asalnya; Les Momies Des Pharaons Et La Midecine). Atas penerbitan laporan itu, Dr Bucaille dianugerah penghargaan tertinggi kerajaan yaitu Penghargaan Dalam Sejarah (Le Prix Diane Potier-Boes) oleh Academie Frantaise dan anugerah Prix General daripada AcademieNationale De Medicine, Perancis.
Kisah Firaun dalam Alquran diceritakan guru mengaji asal Bukittinggi ini sbb :
Alquran sebenarnya telah mengisahkan cerita tenggelamnya Firaun dan bala tentaranya dalam beberapa ayat. Allah SWT berfirman “Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering di laut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. (QS. Ta-Ha ayat 77)
“Maka Fir’aun dan bala tentaranya dapat menyusuli mereka di waktu matahari terbit. Maka setelah kedua golongan itu saling melihat, berkatalah pengikut-pengikut Musa:
“Sesungguhnya kita benar-benar akan tersusul”. Musa menjawab: ”Sekali-kali tidak akan tersusul; sesungguhnya Rabbku besertaku, kelak Dia akan memberi petunjuk kepadaku”. (QS: Asy-Syu’ara ayat 60-62)
“Lalu Kami wahyukan kepada Musa: ‘Pukullah lautan itu dengan tongkatmu’. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti gunung yang besar. (QS. Asy-Syu’ara ayat 63)
“Dan Kami selamatkan Musa dan orang-orang yang besertanya semuanya. Dan Kami tenggelamkan golongan yang itu”. (QS. Asy-Syu’ara ayat 65-66).
“Dan Kami selamatkan Bani Israil melintasi laut, kemudian Firaun dan bala tentaranya mengikuti mereka untuk menzalimi dan menindas (mereka). Sehingga ketika Fir’aun itu hampir tenggelam dia berkata: “Saya percaya bahwa tidak ada Tuhan melainkan Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil, dan saya termasuk orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”. (QS. Yunus ayat 90)
Kemudian dalam Surah Yunus ayat 92 yang artinya:
“Maka pada hari ini kami selamatkan badanmu supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan Kami.”
Ayat ini pun mengejutkan Bucaille. Bagaimana mungkin Alquran sangat detail dalam menjelaskan sesuatu, termasuk cerita dan proses pengawetan Firaun. Hal ini tidak disebutkan dalam kitab lainnya.
Bucaille mengatakan ”Di zaman di mana Alquransampai kepada manusia melalui Muhammad SAW, jasad-jasad para Firaun yang diragukan orang di zaman kontemporer ini, apakah benar atau tidak, ada kaitannya dengan saat keluarnya Musa yang sudah lama terpendam di pekuburan Lembah Raja di Thoba di pinggir lain dari sungai Nil di depan Kota al-Aqshar saat ini.
Pada masa Nabi Muhammad SAW, segala sesuatu mengenai hal ini masih kabur. Jasad-jasad tersebut belum terungkap, kecuali pada pengujung abad ke-19.”
Sementara itu, dalam kitab Taurat, dijelaskan bahwa jasad Firaun ditelan laut dan tidak memberikan perincian mengenai apa yang terjadi terhadapnya setelah itu.
Akhirnya beliau berjaya menerbitkan buku yang sangat mengejutkan seluruh dunia dan sehingga kini telah diterjemahkan dalam pelbagai bahasa pada tahun 1976, yaitu The Bible, the Qur’an, and Science : The Holy Scriptures Examined in the Light of Modern Knowledge.
Demikianlah salah satu isi kandungan Alquranyang sejalan dengan sains modern. Semoga ini memberikan hikmah besar bagi umat Islam untuk semakin menguatkan keyakinan bahwa Alquranbetul-betul kitab suci dari Allah SWT, bukan karangan manusia. (Penulis anggota IKW)