Oleh : Yal Aziz
Berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri, yang telah menyerahkan data Penduduk Potensial Pemilu (DP4) kepada Komisi Pemihan Umum (KPU), 15 Desember 2017 lalu, tercatat 196,5 juta orang yang dipastikan memiliki hak memilih dalam Pemilu 2019. Meski demikian, masih ada data ganda dan perekaman kartu tanda penduduk elektronik (e-KTP) yang harus dituntaskan agar tidak ada hak pilih yang hilang.
Data pemilih 2019 tersebut terdiri atas pemilih laki-laki 98.657.761 orang dan perempuan 97.887.875 orang. Sementara itu, daerah dengan pemilih terbanyak antara lain Jawa Barat dengan 33.138.630 pemilih. Disusul Jawa Timur dengan 31.312.285 pemilih, Jawa tengah 27.555.487 pemilih, Sumatera Utara 10.763.893 pemilih, dan DKI Jakarta dengan 7.925.279 pemilih.
Kemudian Direktur Jenderal (Dirjen) Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) Kemendagri Zudan Arif Falkrulloh mengatakan, ada penambahan data pemilih sebanyak 7 juta dari data yang sekarang ada, di mana data pemilih saat ini 189 juta jiwa. Katanya, kalau yang pemilih kita DP4-nya ada 196.545.636. Berarti sampai ke 2019 bertambah 7 juta pemilih baru."
Pemilihan presidennya sendiri akan digelar, 17 April 2019, bersamaan dengan pemilihan anggota dewan yang terhormat dengan istilah pemilu serentak. Untuk calon presiden, hanya dua orang putra bangsa yang punya nyali dan berani untuk maji di Pilpres, yakni Joko Widodo-Makruf Amin dan Prabowo Subianto dengan Sandiago Uno.
Saat ini ada sembilan parpol yang akan mendukung Jokowi pada pemilu 2019. Parpol-parpol itu adalah PDIP, PKB, Gokkar, Perindo, NasDem, Hanura, PKPI, PSI, dan PPP. Kemudian disusul dua partai baru, yakni Perindo dan PSI.
Sedangkan pasangan Prabowo-Sandiaga Uno didukung Partai Gerindra, PKS, PAN dan Demokrat yang dipimpin mantan Presien Susilo Bambang Yudhoyono. Yang menariknya, Prabowo-Sandi juga didukung partai anak penguasa orde baru, Speharto melalui Partai Berkarya yang lagi gencar-gencar mengkampanyekan Prabowo Sandi di media online melalui kerjasama dengan Serikat Media Siber Indonesia (SMSI).
Kemudian, juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Andre Rosiade di Liputan Enam menyambut baik hasil survei Litbang Kompas yang menyatakan selisih antara Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf semakin tipis. Menurut politisi dari Ranah Minang ini, hasil survei itu semakin menguatkan bahwa Prabowo-Sandi akan memenangkan Pilpres 2019. Katanya, intinya survei Litbang Kompas memberikan sinyal kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa 17 April 2019, Prabowo akan menjadi Presiden Republik Indonesia.
Selanjutnya Andre menilai elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini bisa jadi semakin merosot. Mengingat Ketua Umum PPP Romahurmuziy, salah satu partai koalisi Jokowi-Ma'ruf, baru saja ditangkap KPK karena terlibat kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Kasus itu, jelas bisa mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.
Survei Pilpres 2019 yang diadakan Litbang Kompas memotret loyalitas pemilih partai politik kepada calon presiden yang didukung parpol itu. Hasilnya, tidak semuanya loyal.
Seperti diketahui, Joko Widodo (Jokowi) di Pilpres 2019 didukung oleh PDIP, Golkar, PKB, PPP, NasDem, Hanura, PKPI, PBB, Perindo, dan PSI. Sementara pendukung Prabowo Subianto adalah Gerindra, PKS, Demokrat, PAN, dan Berkarya.
Mayoritas pemilih partai politik akan mendukung capres yang diusung parpolnya. Seperti terlihat pada 95% pemilih PDIP yang mendukung Jokowi dan hanya 3% yang mendukung Prabowo. Hal yang sama terjadi pada pemilih Gerindra. Sebanyak 92,4% pemilih Gerindra mendukung Prabowo dan hanya 6,2% yang memilih Jokowi.
Tetapi, masih ada pula pemilih parpol yang mendukung capres lawan, seperti 41,7% pemilih Golkar yang ternyata memilih Prabowo hingga 35,1% pemilih PAN yang memberi dukungan ke Prabowo dan 31,5% pemilih Partai Demokrat yang ternyata mendukung Jokowi.
Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengatakan perlu strategi khusus untuk memenangkan pasangan calon presiden dan calon wakil presiden Jokowi-Ma'ruf Amin, di Sumatera Barat (Sumbar). Srategi khusus tersebut melalui melalui unsur partai, relawan, serta simpatisan sehingga suara yang diperoleh Jokowi-Ma'ruf bisa melebihi perolehan Pilpres 2014 lalu. Waktu itu, Jokowi yang saat itu berpasangan dengan Jusuf Kalla hanya memperoleh suara sekitar 23 persen di Sumbar.
Sementara Ketua Dewan Pimpinan Daerah Projo Sumatera Barat, Mhd Husni Nahar mengatakan, berdasarkan hasil dari debat kedua, Prabowo kalah telak dari Jokowi. Katanya, Jokowi lebih baik dalam memberikan paparan serta jawaban, hal itu karena Jokowi telah berbuat sementara Prabowo akan ke akan saja.
Yang jelas, kemenangan Jokowi dalam debat akan menjadi penyemangat bagi Projo Sumbar untuk lebih gentol menyuarakan masyarakat Sumbar untuk memilih Jokowi. Serta mematahkan persepsi yang selama ini beranggapan bahwa Jokowi tidak memiliki kemampuan debat.
Kini terlepas dari calon presiden mana yang akan menang, apakah Jokowi atau Prabowo yang jelas, Pilpres di Ranah Minang harus damai dan badunsanak. Kepala bolee panas, tetapi hati jangan. Mari kita kawal pilpres agar damai dan badunsanak di Ranah Minang. (penulis wartawan tabloidbijak.com)