IMPIANNEWS.COM (Manado).
Banyak orang mencibir ketika melihat penampilan Allan Zefo Umboh. Itu karena bicaranya yang terbata, bahkan nyaris tak terdengar jelas. Dalam melangkah pun dia terlihat kesulitan.
Namun, keterbatasan fisik sebagai penyandang disabilitas tunadaksa itu tak menyurutkan niat Allan untuk maju sebagai calon legislatif DPR RI. Dalam Pileg 2019 ini, Allan maju dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sulawesi Utara (Sulut).Lihat juga: Jokowi Akui Dikomplain Kaum Difabel terkait Fasilitas MRT
Pria kelahiran 18 Januari 1983 tersebut diusung Partai Solidaritas Indonesia (PSI) untuk Pileg DPR RI 2019. cemooh dan cibiran banyak orang membuat motivasi dirinya dan kepercayaan dirinya tambah yakin dan sukses nantinya.
Pria dengan dua gelar sarjana ini--Sarjana Sastra dan Sarjana Pendidikan--memilih metode kampanye door to door. Allan saban pagi turun dari rumahnya di Talawaan, Minahasa Utara dan menyambangi rumah-rumah warga.
"Saya ingin menyapa langsung pemilih, menggugah mereka agar paham apa yang ingin saya perjuangkan," ujar Allan, Senin (25/3).
Dengan suaranya yang terbata-bata karena keterbatasannya tersebut, Allan justru penuh semangat menjelaskan ketidakadilan pemerintah yang dirasakan difabel. Padahal, sambungnya, sudah ada Undang-Undang nomor 8 tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.
Allan menyayangkan amanat dari undang-undang itu banyak yang tidak dilaksanakan, terutama di bidang pendidikan dan lapangan kerja yang merupakan hak dasar bagi seorang warga negara.
"Contohnya, undang-undang menjamin penyandang disabilitas bisa bersekolah di sekolah reguler, tapi nyatanya kaum kami banyak ditolak di sekolah reguler," ujar pengajar di Sekolah Luar Biasa Kasih Angelia, Bitung ini.
Begitu pula di sektor ketenagakerjaan formal, Allan memprotes ketidakadilan yang diterima penyandang disabilitas. Padahal menurut Allan, dengan segala keterbatasan yang dimiliki, banyak penyandang disabilitas mempunyai kelebihan lain.
"Ini menjadi perjuangan utama saya. Saya mau maju sebagai caleg, agar bisa memperjuangkan keadilan dan kesetaraan bagi penyandang disabilitas," kata Allan.
Allan menegaskan sebagai difabel, mereka pun warga negara yang memiliki hak termasuk dalam memilih maupun dipilih.
"Banyak orang memandang kami remeh. Saya harus membuktikan sebaliknya, bahwa kami juga bisa," ujar Allan.
Demi keinginannya itu, Allan tidak berhenti naik turun rumah terutama di kawasan tempat tinggalnya di Minahasa Utara. Allan mengakui sejauh ini, metode kampanye yang dipilihnya telah menjangkau lebih dari setengah dari dukungan yang diperlukan.
Persoalan lain yang ikut disorot pria yang telah menulis lima buku ini adalah pekerja kontrak atau outsourcing dan petani kopra. Menurut dia, perlindungan terhadap tenaga kerja meski diperkuat lagi.
Pembaca puisi dan peraih berbagai penghargaan ini juga menyayangkan pemerintah daerah Sulut yang abai dengan petani kopra. Padahal Sulut dikenal sebagai julukan 'Bumi Nyiur Melambai' karena komoditas kelapanya.
"Petani kopra harus mendapat penghasilan yang layak, bukan seperti sekarang, mereka menderita karena harga kopra yang terus anjlok, dan pemerintah tak bisa berbuat apa-apa," kata Allan.
(kid/kid)