Denting kecapi begitu syahdu didengar, seiring pula dengan kerukunan kehidupan yang terjaga selalu di ranah Pasundan. Keberagaman etnis maupun agama yang menghiasi kehidupan, semakin menjadikan kota Kembang itu menarik untuk dikunjungi.
Kota Bandung Provinsi Jawa Barat, menjadi pilihan pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Pasaman Provinsi Sumatera Barat sebagai objek studi kooperatif.
Sebanyak 13 orang pengurus termasuk Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Pasaman H.Dedi Wandra dan Kepala Kantor Kesatuan Bangsa (Kesbangpol) Kabupaten Pasaman Afridansyah berangkat membawa visi merintis kerukuan dan melihat dari dekat warna warni kehidupan umat di ranah itu (12-16 Desember).
Wakil Ketua FKUB Rizal didampingi Sekretaris M Yusuf mengatakan, studi banding sebagai langkah meningkatkan wawasan, menggali informasi-informasi kerukunan intra dan antar umat beragama yang terpupuk sekaligus bersilaturrahmi dengan para pengurus FKUB Kota Bandung.
Rombongan disambut hangat dan penuh keramahtamahan oleh pengurus FKUB Bandung yang dikomandoi H.Ahmad di sekretariatnya di gedung Korpri jalan Sicendok Kota Bandung.
Dalam pertemuan itu, Dedi Wandra menyampaikan maksud dan tujuan seraya menggambarkan kehidupan antar dan intra umat beragama di ranah Pasaman yang memiliki kemajemukan suku, budaya, bahasa dan agama.
Dedi menyebutkan, antara mayoritas pemeluk agama Islam dengan moniritas umat Katolik dan Protestan yang secara keseluruhan berjumlah 278.480 jiwa(BPS Sumbar Tahun 2018) tetap bersinergi dalam bingkai sosial, begitu membantu terwujudnya visi Pemerintah Daerah dan Kemenag Pasaman.
Tetapi, Dedi mengatakan keharmonisan dan toleransi antar pemeluk agama yang begitu komplit di bumi Parahyangan menggelitik hati untuk dikunjungi, dengan tujuan menggali sebanyak mungkin kiat-kiat FKUB Kota Bandung merintis dan melestarikan kerukunan dan sinergitasnya dengan Pemerintah Kota yang dipimpin Ridwan Kamil alias Kang Emil itu.
Ahmad dalam paparannya, kota Bandung dipadati oleh 2.378.627 penduduk yang tersebar di 30 kecamatan dan 151 kelurahan yang mayoritas penduduk beragama Islam sebesar 2.179.359 atau 91.6 persen. Kemudian beragama Kristen 130.305 (5.4%), beragama Katolik 54.307 (2.3%), Buddha 12.471 (0.5%), Hindu 1.937 (0.07%), Konghucu 156 (0.006%) dan Kepercayaan 92 (0.004%).
Ahmad menerangkan, sebelum dibentuknya FKUB terlebih dahulu dimunculkan Forum Silaturahmi Antar Umat Beragama (FSAB) Kodya Bandung tepatnya pada 2 Juni 1999 diresmikan oleh Wali Kota pada waktu itu. Dan FKUB baru ada pada tahun 2006.
Ia menjelaskan FKUB Bandung memiliki cita-cita luhur yang tertuang dalam visinya adalah terwujudnya masyarakat yang mampu mensinergikan Trilogi kerukunan hidup umat beragama PLUS menuju Bandung kota Juara.
Dihadapan pengurus FKUB Pasaman, Ahmad juga menggambarkan program strategi FKUB kota kembang itu. Pertama adalah pengendalian agar terhindarnya perilaku radikal, ekstrim, tidak toleran dan eksklusif dalam kehidupan beragama, sehingga terwujud masyarakat yang rukun, damai dalam kebersamaan dan ketentraman.
Kemudian pencegahan dengan mengidentifikasi dan menemukan metode yang tepat untuk pemecahan masalah melalui pendekatan nuansa keagamaan, di samping menemukan langkah-langkah yang efektif guna mencegah dampak negatif globalisasi terutama yang berkaitan dengan fenomena demoralisasi. Dilanjutkan dengan Pendekatan dan pembinaan serta pemantapan.
Selain itu, dalam peranannya FKUB terhitung sampai tahun 2018 ini telah menerbitkan sebanyak 51 rekomendasi pendirian rumah ibadah, 14 mesjid, 32 gereja protestan, 2 gereja Katolik dan 3 Vihara.
Juga disebutkan Ahmad, FKUB juga telah sukses membentuk sejumlah desa toleransi yang dihuni oleh umat enam agama yang diakui.
“Alhamdulillah semua hidup rukun dan bertoleransi serta saling menghargai satu sama lainnya”, urainya.
Begitu banyak catatan berharga yang menjadi ole-ole dibawa ke ranah Pasaman. FKUB kota perjuangan itu telah banyak berkiprah dalam hal KUB dan sangat bersinergi dengan pemerintah kotanya.
Dari perjalanan yang jauh ini, FKUB Pasaman hendaknya bisa memetik pelajaran, melakukan pembenahan dan evaluasi kerja para pengurus guna mewujudkan masyarakat Pasaman yang rukun meski berada dalam bingkai kemajemukan etnis, bahasa dan agama.(suf78)