Limapuluh Kota, --- Destinasi wisata Puncak Kayu Kolek semakin dipercantik penampilannya. Semenjak bulan Agustus 2018 lalu, Pemerintah Nagari Sikabukabu Tajuangharo Padangpanjang (Sitapa) bersama Pokdarwis mengagas ide cemerlang dengan menggabungkan destinasi wisata puncak Kayu Kolek dengan air terjun (sarasah, red) yang kawasannya saling berdampingan.
Walinagari Sikabukabu Tajuangharo Padangpanjang, Maskar Musdar dalam Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) bersama masyarakat nagari, sepakat sebagian Dana Desa (DD) tahun 2018 diperuntukkan untuk pengembangan destinasai pariwisata air terjun.
Lokasi air terjun yang disebut Sarasah Kayu Putih oleh warga sekitar, hanya berjarak sekitar 1,5 kilometer ke arah Selatan dari puncak panorama Kayu Kolek. Tak begitu jauh dari panorama terdapat empat(4) titik air terjun Sarasah Kayu Putih. Kini dikembangkan untuk tempat wisata alam guna untuk menunjang wisata Kayu Kolek.
Sejak akhir bulan Juli 2018 pemerintahan nagari melakukan perbaikan jalan menuju air terjun. Pengerjaan ini telah selesai pada Oktober 2018. Dengan memperkerjakan kaum ibu-ibu untuk penataan dengan sistem upah harian. Sebanyak 48 orang wanita kreatif dilibatkan yang dibagi menjadi 3 kelompok, serta 3 orang tim pelaksana (TPK), yang diketuai Pino Yuanda dibantu Sekretaris Dety Purnama Roza dengan anggota Alfitra Salam
Menurut keterangan TPK, Alfitra Salam,"untuk perbaikan jalan menelan biaya sekitar Rp 30 juta lebih. Sedangkan untuk pembangunan fasilitas di lokasi air terjun seperti pembangunan Mushalla, wc, kolam ikan, tempat bermain, tempat istirahat, tempat makan dan berbagai tempat pedukung lainnya telah dianggarkan sebanyak Rp 120 juta. Proses ini memperkejakan 15 orang dengan rincian tukang sebanyak 5 orang dengan 1 orang kepala tukang yaitu Emon Jekson dan anggota lainnya".
"Alhamdulillah November ini semua pekerjaan sudah selesai, tinggal finishing," kata TPK Afitra salam.
Keterangan serupa juga dikatakan Kepala Jorong Sikabu Kabu Nofrizal.
"Disetiap pengembangan wisata sekarang ini semuanya hampir rampung. Semua pekerjaannya sudah 80% siap. Tapi ada permasalahan yang harus jadi pemikiran kita bersama yaitu mengenai sampah yang masih berserakan di kawasan wisata. Baik itu sampah plastik dan apalagi sampah lainnya yang harus dibersihkan dari kawasan wisata dan tengah perkampungan," beber Nofrizal, Jumat (23/11/2018) siang.
Dikutip dari seorang warga masyarakat, Iye yang berjualan nasi goreng juga mengeluhkan tentang tidak adanya tempat pembuangan sampah.
"Sebetulnya saya mau membayar kalau ada petugas yang mengatur / membuang sampah yang ada di lapau (warung-red) saya. Kan tidak bagus kita berjualan kalau banyak sampah berserakan. Maleh urang membeli jualan kita,"ungkap Iye.(ul)