Payakumbuh, --- Selama 2 hari, Senin - Selasa, 12 hingga 13 November 2018, Kota Payakumbuh akan menjadi pusat perhatian pesilek Minang di Nusantara ini. Pasalnya, ratusan pesilek tuo-tuo Minangkabau berkumpul di Kota ini dalam memeriahkan Payakumbuh Alek Silek.
Payakumbuh Alek Silek yang dirangkum dalam bagian Festival Art Silek (FAS) ini resmi ditabuh oleh Walikota Payakumbuh yang diwakili oleh Sekdako, Amriul Dt Karayiang, Senin (12/11/2018) di halaman rumah Gadang Salo, Kelurahan Limbukan, Payakumbuh Selatan.
Acara yang dirangkum bersama Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI ini akan dibagi dua sisi ini mengangkat silek tradisi, bukan silek fisik. Artinya, seluruh peserta tidak ada yang bertarung. Setiap paguruan, akan mengutus pesileknya baik secara individu maupun kelompok untuk menampilkan gerakan, pengetahuan serta trik untuk memperindah dan memperkuat setiap ayunan anggota tubuh dalam bela diri silek.
Dalam festival ini, peserta asal Sumbar akan dinilai oleh dewan juri. Sedangkan peserta dari Luar negeri dan Provinsi luar Sumbar akan melakukan eksibisi.
Ketua panitia Payakumbuh Alek Silek, Rothman Silitonga mengatakan festival ini dalam rangkaian mempertahankan silek dikalangan generasi muda. Pasalnya, saat ini generasi muda sudah mulai meninggalkan silek. Padahal dulu, silek adalah bela diri yang wajib dikuasai anak muda, khususnya anak laki-laki.
"Selain memperagakan gerakan, Festival ini kami kemas untuk pencerdasan dari sisi filosofi dan pengetahuan. Agar pesilek muda bisa tetap pada koridor etika pesilek. Disamping itu, membantu generasi muda kembali kepada prilaku anak minang yang taat beragama dan tidak salah jalan," kata Rothman.
Pembina Pahimpunan Perkumpulan Tuo-Tuo Silek Minangkabau, Datuak Katumangguangan memastikan, silek Minangkabau tidak akan pernah hilang di tengah-tengah masyarakat selama niniak mamak atau penghulu masih ada di Ranah Minang.
"Silek tidak akan pernah hilang di Minangkabau selama masih ada niniak mamak dan penghulu," jelasnya.
Ia menerangkan, silek harus dibedakan dengan silat. Karena silek adalah budaya asli Minangkabau.
"Dalam basilek tidak ada yang saling bersentuhan. Kalau kata orang-orang dahulu, jajak ditikam mati juo," terangnya.
Ketua DPRD Kota Payakumbuh, YB Datuak Parmato Alam menyebut, esensi dari kegiatan ini adalah bagaimana menumbuh kembangkan budaya silek di tengah-tengah masyarakat.
"Esensinya adalah mambangkik batang tarandam silek tradisional di setiap nagari. Kami dari DPRD akan berusaha menganggarkan dana untuk pengembangn ini. Karena itu perlu dilakukan inventarisasi silek-silek tradisional di Kenagarian supaya ini teroganisir," urainya.
Sementara itu, Sekretaris Kota Payakumbuh, Amriul Datuak Karayiang menerangkan, melalui Payakumbuh Alek Silek ini ia berharap perkembangan silek tradisi akan semakin baik.
"Kalau sekarang surau tuo-tuo
Ini dimana? Sekarang sudah mulai hilang karena itu perlu pengembangan," terangnya.
Untuk Payakumbuh Alek Silek ini, sebanyak 164 lebih pandeka silek ikut ambil bagian. (ul)