Mutasi membuatku semakin sadar bahwa aku serba kekurangan dan mesti menambah ilmu dan sumber daya manusia |
IMPIANNEWS.COM
Bukannya diriku seorang hebat dan berakademisi tinggi, namun secara pribadi diriku mengakui dan beranggapan bahwa diriku selama ini tidak ubah layaknya katak dalam tempurung, yang menjadi raja dalam kegelapan yang bertemankan tempurung.
Mutasi membuatku semakin sadar bahwa aku serba kekurangan dan mesti menambah ilmu dan sumber daya manusia, termasuk menguasai kompetensi - kompetensi lain.
Sejak diriku lulus sebagai seorang cpns tahun 2009 lalu dengan pegawai bergolongan II.a, pimpinan mempercayaiku melaksanakan tugas sebagai staf di Kankemenag Kota Payakumbuh hingga tanggal 31 Agustus 2018, bersamaan pensiunnya Kepala Kankemenag Asra Faber. Berbagai tanggapan pun aku terima dari rekan seprofesi, termasuk rekan dari lintas sektoral dan ormas. Namun aku harus pahami dan komit dengan pernyataanku bahwa ASN bersedia ditempatkan dimana saja di wilayah NKRI.
"Jadikan mutasi untuk menambah ilmu dan keluarga," pesan Asra Faber kepadaku kala itu.
Di kankemenag sendiri, diriku juga telah pernah menjalani tugas bagian umum, bagian haji, bagian pendidikan, bagian kepegawaian, pengelola barang dan terakhir jabatan adalah pengelola humas.
Saat menjabat Pengelola Humas sekitar 2,5 tahun, di jabatan inilah yang paling berkesan bagiku. Jabatan ini membuatku kembali mengeksplore hobi menulisku yang sudah lama kutinggalkan. Jabatan ini membuat silaturahimku semakin luas, baik lintas sektoral, lintas daerah. Karena berbagai rekan awak media / wartawan selalu memberiku motivasi untuk menulis baik sesuai aturan jurnalistik
Secara pribadi diriku dan kelauragaku akui, mutasi tersebut bukan tepat dengan kondisi keluarga. Berhubung tempat kerja baru berjarak sekitar 10 - 11 Km dari Kankemenag Kota Payakumbuh. Bukan itu saja, kondisi anak paling tua yang swdang menjalani pendidikan sebagai siswa kelas VI di salah satu SD di Payakumbuh, serta adiknya yang masih kelas I SD dan harus antar jemput setiap hari. Berhubung sekolah berjarak sekitar 1,5 km dari rumdin kemenag yang telah kami huni selama 5 tahun. Kondisi ini sempat menjadi pemikiran berat bagi keluargaku. Syukur tidak mutasi ke luar kota, pikirku kala itu.
Namun motivasi diri, doa dan dukungan keluarga membuatku harus kuat sebagai seorang laki-laki. Selama bertugas di Kankemenag diriku selalu bergaul dengan orang-orang hebat, dewasa dan orangtua. Dan sangat jarak melayani siswa atau anak remaja. Dalam masa itulah aku menjalani sebuah proses pembelajaran pemberian pelayanan dengan pendekatan andragogik (orang dewasa).
Berbagai suka dan duka, pahit dan manis, sedih dan tawa, bahagia dan derita kami lalui bersama keluarga kecilku dengan istri seorang petugas kebersihan. Yang membuat kami selalu bergelut dengan berbagai jenis sampah dan duka lainnya. Namun rasa syukur adalah hal yang wajib kami ucap dan amalkan. Karena kami yakin, Allah SWT memberikan yang terbaik bagi kami. Masih banyak warga yang lebih susah dari kami.
Akhir jabatanku sebagai Pengelola Humas dan Protokol di Kankemenag, diriku merasa bahagia menerima sebuah penghargaan dari pimpinan atas keberhasilanku melahirkan berita positif lembaga. Namun diriku sempat kaget, dibalik sehelai kertas penghargaan itu terselip sebuah SK Mutasi. Diriku di mutasi ke jabatan Pengolah Data di Satker MTsN Payakumbuh.
Perasaan shok dan kecewa pun sempat aku rasakan. Diriku harus kembali memulai kerja dari nol. Bagaimana tidak, aku harus berinteraksi dengan rekan baru di madrasah termasuk siswa, walimurid serta warga sekitar lingkungan madrasah. Diriku dituntut harus bisa beradabtasi dengan keluarga baruku, meskipun sebagian dari mereka sudah aku kenal.
Tempat kerja baru menuntutku untuk berubah drastis
Tanggal 1 September 2018 merupakan hari perdanaku masuk di tempat tugas baruku. Awal hadirku di mtsn 2 payakumbuh sekitar pukul 07.00 pada sabtu pagi itu berbarengan dengan ratuaan siswa membuat langkah kakiku kaku melewati gerbang madarasah yang dijaga seorang security.
"Apa yang bisa kami bantu, Pak ? Bapak mau urus apa di sini ?, tanya security kepadaku pagi itu.
Diriku pun menjawab singkat, "aku mau bertemu kepala madrasah. Beliau menyuruhku menghadap hari ini, Pak. Mohon izin masuk," balasku.
"Silahkan menunggu di waiting door Pak, sebentar lagi Kepala Madrasah dan Kaur TU, hadir Pak," sebutnya.
"Terima kasih," pungkasku.
Di ruang tunggu, aku dijumpai salah seorang pegawai tu senior dan mengajakku masuk dan mengenalku dengan salah seorang operator finger print. Akupun melakukan record diri pagi itu.
Di MTsN 2 Payakumbuh diriku juga bersua dengan ASN senior yang sebelumnya menjabat pengolah data, yang kini aku gantikan. Pegawai senior itu pun mengenalkan kerja yang biasa dia kerjakan. Kesempatan itu si pegawai senior itu juga menyerahkan berkas dan dokumen kerjanya kepada diriku. Pegawai senior itu juga menasehati dan membinaku sembari mengajakku berputar sekitar madrasah.
Karena sudah hobi menulis dan mempublikasikan kejadian, diriku menyempatkan diri merekam kegiatan senam pramuka Sabtu Ceria pagi itu. Sekaligus menulis dan mengirim kegiatan senam pagi itu ke Web Kanwil. Alhamdulillah berita yang kukirim disetujui untuk dipublish. Karena berdasarkan dataku, madarasah ini jarang terespose, sementara banyak potensi tulisan tersimpan di madrasah ini, untuk setiap harinya.
Mampukah diriku berdiri di perpaduan andragogik dan paedagogik yang kutemui di tempat kerja baruku ?
Selama ini ditempat kerja lama, diriku hanya bergelut dengan pelayanan adragogik. Namun di madrasah aku mesti berubah 180 derjat. Karena 180 derjat lainnya aku harus mampu memberikan layanan paedagogik (pola pendidikan pada anak-anak). Ini adalah tantangan baru bagiku, bagaimana siswa senang berurusan dengan layananku. Akupun memcoba membolik - balik buku pola pembelajaran terhadap anak-anak, termasuk browsing di google.
Dari pembelajaran tersebut, aku pun mengambil inti bahwa proses pembelajaran ini sebelumnya sudah digagas Kihajar Dewantara dalam tulisannya ing ngarso sungtulodo, ing madyo mangunkarso tut wuri handayani. Inilah inti pembelajaran, menurutku.
Ing ngarso sungtulodo
Ing Ngarso Sung Tulodo, diriku dituntut bagaimana kehadiranku di MTsN 2 Payakumbuh bisa memiliki arti memberikan tauladan di depan dengan kompetensi dan potensi diri yang aku miliki. Bak kecek urang minang, sarupo mamandian kudo. Awak tajun dulu. Indak sarupo mamandian baruak, baruak diambuan masuak tabek nan awak tingga dipematang.
Ing Madya Mangun Karso, bagaimana kehadiranku memiliki arti, memberikan kesejukan ditengah membangun semangat dan motivasi bagi keluarga besar madrasah ini, termasuk mengajak warga dan walimurid untuk ikut berkonstribusi dalam membangun dunia pendidikan melalui MTsN 2 Payakumbuh. Tut Wuri Handayani, bagaimana kehadiranku di madrasah itu mampu memberi arti, memberikan dorongan dari belakang untuk maju secara bersama menuju prestasi bersama keluarga besar MTsN 2 Payakumbuh
Pada hari kedua dan ketiga diriku mulai beradaptasi. Kepala madrasah dan kaur tu pun mulai memberikan arahan tugas dan pembinaan kepada diriku dan seorang rekanku. Bagaimana kami bisa bersinergi positif dengan rekan kerja lainnya, termasuk tenaga pendidik dan kependidikan yang ada di madrasah ini.
"Yang penting adalah beretika, datang tampak muko pai tampak pungguang. Terkait disiplin kerja kita sudah diatur regulasi, tinggal menjalani. Aturan itu juga kan tidak monoton, karena kita juga manusia yang punya aral dan rintangan dalam keluarga". Begitulah pesan pimpinan kepada kami siang itu.
Kepala madrasah pun mulai mempercayai kami dalam mengkoordinir siswa untuk shalat Dhuha dan Dzuhur setiap harinya. Pimpinan juga mengharapkan kami ikut aktif dalam kegiatan sekolah sore dan ekskul.
Kepercayaan ini adalah amanah yang harus kami jalankan sebagai wujud kepatuhan pada atasan. Amanah ini sekaligus merupakan motovasi bagaimana kami untuk semakin lebih baik. Memotivasi kami untuk semakin hebat dibandingkan siswa apalagi ditengah kemajuan zaman yang serba canggih.
Bagaimana kita mau mengajar seseorang sementara kita tidak mengerti. Yang mulia itu adalah dikala kita mampu mengajarkan apa yang bermanfaat kepada yang lain. Amanah ini menuntut kami untuk belajar dan mengajarkan kepada yang belum tau.
Kondisi mutasi yang kualami mendapatkan apresiasi dari tokoh tua yang sering nongkrong di warung kopi dan anggota kelompok salawat yang sudah puas dengan asam garam dunia birokrasi.
"Mutasi jika kita jalani dengan ikhlas akan menjadi wadah penambah ilmu. Disana kita akan lebih luas mengenal perbedaan etika, mutasi melahirkan kedewasaan jiwa untuk bisa menjadi pelayan terbaik. Disamping pimpinan menguji kesabaran kita, mutasi memperluas silaturahim dengan masyarakat. Kita lebih mengetahui banyak karakter orang banyak. Tentunya kita akan puas dikala kita bisa menyelesaikan masalah umat. Bagaimana membangun tim kerja dan koordinasi secara berjenjang secara maksimal," nasehat para senior birokrasi.(ul).