Jadi bukan karena terpisah dari orangtua saat eksodus pengungsi, seperti yang selama ini dikira. |
Separuh dari anak-anak Rohingya yang mengungsi ke Bangladesh tanpa orangtua mereka, ternyata telah menjadi yatim piatu akibat kekerasan di Myanmar. Jadi bukan karena terpisah dari orangtua saat eksodus pengungsi, seperti yang selama ini dikira.
Fakta menyedihkan itu merupakan hasil temuan dari organisasi kemanusiaan internasional, Save the Children. Temuan ini menghapus keyakinan bahwa ribuan anak-anak di kamp pengungsi terbesar di dunia, Bangladesh itu akan bersatu kembali dengan orangtua mereka suatu hari nanti.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (23/8/2018), para pekerja kemanusiaan di Bangladesh mengetahui ada lebih dari 6 ribu anak yang tak pernah bertemu orangtua mereka setelah mereka kabur dari kekerasan di Myanmar.
Menurut badan-badan kemanusiaan, angka sebenarnya mustahil untuk diketahui, namun diperkirakan angka sebenarnya lebih tinggi, karena banyak anak-anak yang menghilang di kamp-kamp pengungsi, mungkin telah tinggal bersama kerabat atau para tetangga.
Upaya-upaya untuk menghubungkan kembali anak-anak tersebut dengan orangtua mereka telah berlangsung sejak 700 ribu warga muslim Rohingya terusir dari Myanmar setahun lalu.
Namun data terbaru menunjukkan bahwa separuh dari 6 ribu lebih anak-anak Rohingya tersebut telah menjadi yatim piatu, bahkan sebelum mereka tiba di kamp-kamp pengungsian Bangladesh. Banyak dari anak-anak Rohingya itu yang telah menyaksikan pembunuhan keji orangtua mereka.
“Kami tahu itu buruk, tapi tidak seburuk ini. Bahkan para manajer perlindungan anak yang berpengalaman pun terkejut akan temuan tersebut,” ujar Beatriz Ochoa, manajer advokasi kemanusiaan untuk Save the Children di Cox’s Bazar, Bangladesh.
“Ini akan memiliki implikasi yang mendalam pada pekerjaan kami. Beberapa dari anak-anak ini menyaksikan orangtua mereka meninggal. Dapatkah Anda bayangkan?” imbuhnya. (Detik.com)