Jembatan Ratapan Ibu |
Payakumbuh -- Peringatan HUT RI Ke 73 Tahun 2018 di Kota Payakumbuh pada tanggal 17 Agustus mendatang akan dilaksanakan serangkaian kegiatan dan seremonial kepatriotan warga Payakumbuh dalam melawan kolonial Belanda di Jembatan Ratapan Ibu. Seremonial ini akan dilaksanakan usai Upacara Bendera di Lapangan Kubu Gadang.
Direncanakan Pemko Payakumbuh bersama forkopimda akan mengibarkan Bendera Merah Putih Raksasa di Jembatan Ratapan Ibu kelurahan ibuh Kec. Payakumbuh Barat. Berbagai kenangan perjuangan anak negeri, baik sebelum dan mempertahankan kemerdekaan menjadi ukiran tersendiri bagi sejarah bangsa ini.
Daerah yang berjarak sekitar 120-an Km dari Kota Padang ibukota provinsi Sumatera Barat ini memiliki kenangan akan pahitnya masa masa melawan penjajahan. Salah satunya yang melekat yaitu peristiwa Jembatan Ratapan Ibu.
Di jembatan ini puluhan pemuda pejuang masa agresi Belanda ke II di eksekusi tentara Belanda pada malam hari. Dengan mata tertutup, tangan terikat, para pejuang yang ditangkap Belanda digiring tengah malam buta ke jembatan penghubung Pasar Payakumbuh dengan Labuah Basilang tersebut.
Dari atas jembatan, para pejuang dijejer sepanjang jembatan. Eksekutor tentara Belanda membidik dari tembing kiri bawah jembatan. Satu persatu jasad bersimbah darah para suhada berjatuhan kedalam Batang Agam.
Kejadian di atas jembatan ini dikenang dan diabadikan sebagai nama jembatan Ratapan Ibu. Yang mana menggambarkan kesedihan orang tua (ibu) yang kehilangan anaknya akibat kekejaman penjajah.
Rata rata pejuang yang gugur pada masa itu masih berusia muda. Tangisan kaum ibu yang anaknya tewas sebagai suhada dalam mempertahankan kemerdekaan inilah diabadikan menjadi nama Jembatan Ratapan Ibu.
Sekitar tahun 1980 sebuah monumen perempuan menunjuk ke dalam aliran Batang Agam dibangun. Monumen ini dibangun atas inisiatif Alm Guru Mardisoen komandan Gerilya Antara dan Alm. H Marlius pemuda pejuang.
Monumen ini dibangun untuk mengenang perjuangan rekan rekan saya yang gugur di jembatan ini," tulis Mardisoen di salah satu catatannya yang berjudul Pemuda Gerilya Antara Koto Nan Gadang Payakumbuh.
Yang mana tulisan ini awalnya dibuat tahun 1980 dan di ulang pada tahun 1995.
Selain monumen Ratapan Ibu, pada tahun 1980 tersebut juga dilakukan pemindahan makam para pejuang Antara. Sebuah komplek makam yang diberi nama Makam Pejuang 45 dibangun di Balai Jariang Koto Nan Gadang Kelurahan Balai Tongah Koto. Disini disemayamkan 41 pejuang yang gugur pada masa PDRI di Front Utara Payakumbuh.
Makam yang dulunya bertebaran dimana mereka gugur dan ditanam, dipindahkan ke Makam Pejuang 45 tersebut.
Selain sebagai penghubung warga dari pusat Kota Payakumbuh dan Pasar Ibuh serta Labuah Basilang, lokasi ini juga berfungsi sebagai bendungan irigasinya. Air dari bawah Jembatan Ibu ini memiliki sebuah pintu pembagi air. Yang mana air tersebut mengaliri sawah petani di Nagari Koto Nan Gadang Kec. Payakumbuh dan Kenagarian Tiakar Kec. Payakumbuh Timur, tepatnya seberang Batang Agam.(ul)
Dari berbagai sumber.