Catatan Mahyeldi Ansharullah, "Membangkitkan Kejayaan Pasar Raya Padang"

H.Mahyeldi Ansharullah, SP
Berselang sehari setelah resmi dilantik sebagai wali kota, saya mengunjungi Pasar Raya Padang. Bersama dengan jajaran SKPD terkait, kami tidak lagi dalam kapasitas untuk menggali permasalahan atas semrawutnya Pasar Raya Padang. Karena akar persoalan tersebut telah saya peroleh semasa kampanye dahulu.

Keluhan, harapan, aspirasi para pembeli dan penjual telah dalam agenda saya. Kunjungan kali ini merupakan langkah awal untuk membangkit kejayaan Pasar Raya Padang.

Pasar Raya Padang pernah mengalami masa-masa kejayaan. Berkembang seiring dengan dibangunnya Balai Kota Padang yakni tahun 1931-1936 oleh arsitek Ir Thomas Karsten, Pasar Raya Padang maju pesat.

Semula hanya sebuah tanah lapang yang dijejali para pedagang kaki lima, lambat laun tumbuhlah di sana bangunan-bangunan permanen di tahun 1970-an. Pemerintah membangun beberapa pasar inpres.

Di era tahun 1980 sampai tahun 1990-an, Pasar Raya Padang menjadi primadona. Tidak saja dalam kawasan Sumatera Barat, namun juga daerah-daerah tetangga seperti Bengkulu, Riau, Jambi hingga negeri Jiran, Malaysia pun tak tertinggal, turut bertransaksi di Pasar Raya.

Kala itu, Pasar Raya Padang telah menjelma menjadi "supermarket" serba ada. Macam ragam barang dagangan dijajakan. Mulai dari kopi hingga daging sapi. Dari penjual makanan sampai penjahit pakaian. Penjual perkakas sampai tukang pangkas. Dari pedagang pernak-pernik sampai elektronik. Penjual perhiasan hingga buah-buahan. Singkat kata, semua ada di Pasar Raya Padang.

Malam harinya, pasar semakin hidup akibat adanya pertunjukan rakyat yang dipertontonkan layaknya pasar malam. Semarak benar Pasar Raya Padang di masa itu.

Kejayaan Pasar Raya Padang tersebut tidak terlepas dari posisi strategisnya. Letaknya mudah dijangkau, dan dekat ke mana-mana. Hanya dengan berjalan kaki, atau berbendi-bendi, para pelancong dapat menikmati pantai padang setelah berbelanja. Para pegawai, usai pulang kantor bisa singgah ke pasar menjelang pulang. Para pedagang juga tak kesulitan mengangkut barang dagangan, karena toko mereka tak jauh dari tempat produksi.

Tapi tengoklah sekarang, mengenang kejayaan Pasar Raya Padang hanya membuat hati terenyuh. Para pedagang tumpah ke jalan, kendaraan merangkak pelan-pelan, suara klakson beradu keras dengan suara speaker oto angkot.

Memang kita akui, centang perenang Pasar Raya Padang kini bermula ketika negeri kita dilanda gempa dahsyat, 7,9 SR pada 30 September 2009. Musibah lima tahun lalu tersebut telah membuat saudara-saudara kita, baik para pedagang dan pengunjung pasar menjadi tidak lagi nyaman berjual beli. Toko hancur, sejumlah sarana prasarana pendukung pun banyak rusak.

Pascagempa tersebut, Pemko Padang terus berupaya untuk mempercepat pulihnya Pasar Raya Padang. Sejumlah kios penampungan darurat didirikan. Lalu pada tahun 2011, Pasar Raya blok I yang menelan anggaran Rp 42,3 miliar telah berhasil dibangun. Upaya-upaya tersebut harus dilanjutkan dan dikebut lebih cepat lagi.

Harus lebih cepat, karena selain merupakan janji saya dan Pak Emzalmi sewaktu kampanye, juga karena kurang dari setahun lagi kita akan menghadapi pasar tunggal ASEAN.

Siap tidak siap, tahun 2015, ASEAN Economic Community atau Masyarakat Ekonomi ASEAN diberlakukan. Liberalisasi pasar di seluruh negara dalam kawasan Asia Tenggara dimulai. Arus perdagangan baik berupa barang, jasa, tenaga kerja menjadi lebih bebas.

Agar Padang tidak tertinggal jauh dalam persaingan dagang ini, pembenahan Pasar Raya Padang merupakan hal pokok kita.

Untuk itu, di tahun 2014 ini, akan difokuskan pada penyelesaian pembangunan Pasar Inpres II. Adapun dana telah tersedia sebesar Rp 5 miliar. Bila telah rampung, maka lantai 3 dan 4 dapat digunakan sebagai lahan parkir, sehingga dapat mengurai sumber kemacetan akibat parkir sembarangan. Sedangkan pasar Inpres III dan IV, akan diselesaikan pada tahun 2016.

Dalam jangka pendek, saya telah instruksikan kepada SKPD terkait untuk segera melakukan pembangunan drainase sekaligus memperbaikinya.

Agar ketika hujan tiba, tak ada lagi jalan pasar yang becek dan menimbulkan bau tak sedap. Selain itu, akses jalan menuju dan ke luar pasar bagaimana dibuat lancar, agar kendaraan bisa ke luar masuk dengan mudah. Salah satunya, dengan para pedagang PKL juga telah disepakati, jadwal membuka lapak adalah di atas pukul 15.00 WIB. Sehingga masyarakat yang berbelanja pagi hingga siang tidak lagi merasa waktunya terbuang sia-sia lantaran terjebak macet.

Untuk jangka panjang, setelah seluruh target pembangunan Pasar Raya Padang berhasil dicapai, maka langkah selanjutnya adalah melakukan pembinaan dan pelatihan untuk para pedagang. Seperti untuk menyikapi Masyarakat Ekonomi Asean 2015, kita akan fasilitasi para pedagang untuk dilatih berbahasa Inggris dan internet.

Di samping itu, Pasar Raya Padang akan dilengkapi peta, papan petunjuk arah lokasi para pedagang dua bahasa, Indonesia dan Inggris. Taman-taman kecil juga akan dibangun dengan memanfaatkan ruang yang ada guna memberikan kesan pasar yang teduh dan sejuk.

Saya yakin, bahwa antara pemerintah, pedagang, pembeli hingga masyarakat tidak seorang pun berkeinginan untuk membiarkan Pasar Raya yang kita banggakan ini semakin terbengkalai.

Kita semua pasti ingin berdagang dengan aman, berbelanja dengan nyaman atau sekadar menikmati kondisi pasar yang sehat, bersih dan indah. Oleh sebab itu, marilah kita luruskan niat, bekerja sama dengan baik, agar Pasar Raya Padang dapat segera bangkit dan mampu meraih kembali kejayaannya. (*)