Anggota Dharmawanita Kemenag Kota Bukittinggi
(Dosen STIKes Fort de Kock Bukittinggi)
Kecerdasan merupakan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang digunakan terutama pada saat menghadapi tantangan atau masalah sampai pada akhirnya seseorang itu menemukan situasi yang menyenangkan.
Cerdas itu bermacam-macam jenisnya sesuai dengan situasi yang dihadapi; diantaranya; (a) Cerdas emosional. Ini dimiliki oleh seseorang yang mampu menghadapi situasi dengan tenang dan tetap mempertahankan kestabilan emosional, walau pada saat itu situasi memancingnya ke emosi sedih, kecewa, marah, dsb. Pada akhirnya, dia mampu untuk tidak ekstrem mengekpresikan.
(b) Cerdas intelektual. Kecerdasan ini ditunjukan pada pemikiran, analisa yang tepat dalam memahami sesuatu atau mendapatkan solusi dari problem yang tepat.
(c) Cerdas spiritual. Kecerdasan ini ditunjukan dengan kemampuan untuk mengamalkan ajaran agama dengan baik dan benar, serta selalu melakukan manajemen yang baik terhadap kestabilan keyakinan agama dijalan yang benar.
(d) Cerdas berkomunikasi. Kemampuan berbahasa yang tepat, sesuai pembicaraan dengan situasi dan kebutuhan saat yang tepat.
Kecerdasan-kecerdasan tersebut tidak datang dengan sendirinya, namun perlu dilatih dan didukung oleh wawasan dan pengalaman yang terasah dengan baik melalui pembelajaran, training, diskusi, membaca dan melakukan instropeksi untuk berubah ke arah yang lebih baik.
Kecerdasan yang dimiliki, akan lebih ditunjang dengan puasa. Puasa berarti menahan diri dari rasa haus dan lapar dan dari segala yang membatalkannya. Pada saat puasa, kita melakukan latihan yang membutuhkan keseriusan dan berkomitmen untuk mampu menghindari hal-hal yang membatalkan.
Upaya untuk mampu bertahan di koridor atau rel yang ditentukan, akan menuntun diri untuk mengelola emosional, menata tutur bahasa, menjaga waktu-waktu beribadah dengan baik, dan berupaya untuk menambah ilmu serta wawasan, sehingga kita beramal dengan ilmu, tidak sekedar ikut-ikutan tanpa ilmu.
Kecerdasan semakin terasah ketika kita merasakan lapar saat puasa, hal ini disebabkan oleh pengeluaran zat yang disebut "Brain Derived Neurotrophic Factor". Brain Derived Neorutropic Factor (BDNF) pada saat di keluarkan berpengaruh pada pembentukan neurogenesis hipokampus atau pembentukan neuron (sel syaraf) otak yang baru. Artinya, semakin banyak BDNF terbentuk, semakin terbentuk neuron2 yang baru dengan maksimal.
Saat neuron (syaraf) yang baru semakin maksimal terbentuk, maka akan semakin maksimal juga terbentuknya dendrit dari masing2 sel otak. Jika masing2 dendrit (cabang) terhubung dengan baik melalui sinapsis dan saat sinaps berpijar dengan baik, saat itulah otak juga akan berfungsi secara maksimal.
Barangkali, disinilah peran dari BDNF yang diharapkan dapat memaksimalkan kecerdasan seseorang yakni ketika otak berfungsi dengan baik. (Sy)