Sekretaris LKAAN Kota Padang Suardi.Z. Rajo Bagindo memaparkan penting ABS-SBK di aula kantor Camat Koto Tangah, Kota Padang, K |
Lomba kelurahan pengimplementasi Adat Basandi Syara’ Sayara’ Basandi Kitabullah (ABS-SBK) tingkat Kota Padang disosialisasikan tahapannya serta indikator yang akan dinilai oleh tim penilai di aula kantor camat Koto Tangah, Kamis (26/7).
Pertama dijelaskan Ketua Bundo Kanduang Sumatera Barat Prof.Dr. Ir. Hj. Puti Reno Raudhah Thaib, M.Si yang juga ketua tim penilai. Ia menjelaskan tentang banyak ketimpangan yang terjadi hingga saat ini. Mulai dari prilaku anak perempuan, penggunaan bahasa Minang, hingga lebih menyukai kuliner daerah lain dari pada masakan daerahnya sendiri. Semua itu bukan salah dari mereka, tetapi orang tua yang tidak memperkenalkannya.
Untuk itu tak ada cerita lagi, harus kembali pada budaya Minangkanbau, mencintai ABS-SBK, adat mangato, syara’ mamakai, alam takambang jadi guru. “Dulu setiap laki-laki dewasa di Minangkabau berfungsi sebagai mamak. “Anak dipangku, kamanakan dibimbiang”. Jadi dalam keluarga ia berkewajiban membimbing kemenakannya. Membimbing berarti mendidik dalam hidup secara individu dan sebagai anggota masyarakat.
Tapi kini cara seperti itu telah berubah, mama ketika memarahi keponakannya jika melihat kelakuan yang tidak baik, maka orang tuanya yang marah. Awak nan maagih makan anak awak diberangi. Hal ini yang terjadi saat ini. Padahal mamak adalah pelanjut pendidikan dari orang tua anak, “ ungkap Puti Reno Raudhah Thaib.
“Setelah itu, dulu anak siapa saja kelihatan berbuat yang tidak baik, pasti ditegur. Tapi kini yang terjadi bukan sperti itu lagi, melihat kenakalan remaja, dibiarkan saja, bukan anak kita. Selanjutnya cara berpakain anak anak perempuan dan banyak hal lainnya. Semua itu harus dibenahi dimulai dari akhlak, moral dan etika juga sama-sama menentukan nilai baik dan buruk seseorang. Bedanya akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan sunnah Rasul, moral, etika berasal dari ilmu pengtahuan, atau kebiasaan,” kata Bundo Puti reno Raudhah Thaib menjelaskannya.
Sedangkan H. M. Ratmil, MP.d dari Dinas Pendidikan Sumbar juga seorang juri menyampaikan, semua kita harus takut kepada Allah swt meninggalkan generasi dalam keadaan lemah. Lemah segala-galanya, lemah akhlak, iman, dan apalagi ekonominya. Hal ini juga terdapat dalam Alqur’an, dan hendaklah orang-orang takut kepada Allah, bila seandainya mereka meninggalkan anak-anaknya, yang dalam keadaan lemah, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan mengucapkan perkataan yang benar.” Jadi, mulai lah membenahi untuk kembali ke budaya Minangkabau, ABS-SBK.
Sejalan dengan itu Dr. Yulizar Yunus dari UIN Padang, Syafwan Diran dan Z. Suadi Rajo Bagindo Sekretaris LKAAM Kota Padang menyampaikan, tiang kembali ke adat adalah Agama Islam, sebab kalau lah agama tidak faham, maka semua menjadi sulit. Setelah itu saat ini yang menjadi panutan juga sudah susah dilihat anak-anak. Contohnya saja, pada kegiatan didikan subuh, sang anak telah bangun, tapi kedua orang tuanya masih tidur. Anak minta diantar ke masjid sama orang tuanya, anak sampai di masjid, sedangkan orang tua kembali pulang untuk kembali pula melanjutkan tidurnya. Artinya yang menjadi contoh itu sudah sulit dilihat anak-anak. (ir)