Meri : Alhamdulillah, dulu saya menghuni pondok orang, sekarang kami sudah punya rumah |
Payakumbuh -- Berdasarkan imformasi dari Lurah Payolansek dalam momen buka bersama antara Wawako Erwin Yunaz dengan perangkat pemerintah di rumah kediaman wawako di Jalan Pahlawan Kelurahan Labuah Basilang pada Minggu (27/05/2018), kepada Wawako Erwin Yunaz, Lurah Payolansek Budi Kurniawan melaporkan bahwa ada salah seorang warganya yang bernama Meri mengundurkan diri sebagai penerima bantuan Program Keluarga harapan, dengan penuh kesadaran tampa ada paksaan dari pihak manapun.
"Pengunduran diri Meri ini telah disampaikannya secara lisan kepada faskel PKH kelurahan Payolansek, dan faskel pun melaporkannnya kepada kami, Pak," lapor Budi Kurniawan kala itu.
Menangggapi laporan Lurah Payolansek ini, Wawako Erwin Yunaz mengharapkan kepala kelurahan untuk melakukan evaluasi terhadap pendistribusian PKH.
" Secara pribadi kami sangat mengapresiasi yang bersangkutan, ini adalah sebuah bukti kesadarannya. Kami pesankankepada kepala kelurahan agar melakukan evaluasi terhadap penerima manfaat bantuan PKH. Kalau seandainya ada warga kita yang mengundurkan diri sebagai penerima manfaat PKH, otomatis ada kekosongan dari kuota yang telah ditetapkan. Untuk itu silahkan sisip sesuai aturan yang berlaku. Jangan lupa membuat berita acara dari yang mengundurkan diri sebagai penerima bantuan ini. Atas nama pemerintah, kita mengimpikan adanya pemerataan kesejahteraan warga di Kota Payakumbuh. Supaya jangan ada penerima bantuan abadi, sementara ada yang lain yang lebih layak," Wawako Erwin Yunaz menanggapi.
Mengundurkan diri sebagai penerima bantuan PKH, Apa alasan Meri ?
Pada Jumat sore (01/06/2018) kami mencoba mendatangi keluarga Meri yang tinggal di daerah Baliak Kelurahan Payolansek Kec. Payakumbuh Barat. Di rumahnya yang sudah hampir di perbatasan Kota Payakumbuh dengan Kab. 50 Kota, Meri kami jumpai bersama 2 orang anaknya, Zakirman (14) yang berprofesi sebagai buruh cuci mobil disebuah doorsmir di kawasan Payolansek dan adiknya Riki (11) yang masih SD di kawasan Goduang Kelurahan Kubu Gadang. Dilokasi kami tidak menjumpai suami Meri, Syafril (67) yang akrab disapa Etek Pincang.
Diterangkan Meri," Dengan penuh kesadaran saya mengundurkan diri sebagai penerima bantuan PKH, Pak. Bukan dipaksa ataupun mendapat tekanan, ini murni kami yang mengundurkan diri dan kami sudah melaporkannya kepada faskel (Ina), dulu. Alasan kami mengundurkan diri adalah karena posisi saya saat ini boleh disebut kepala rumahtangga, karena suami saya hanya bisa bertani dan menyabitkan rumput untuk 3 ekor sapi yang kami miliki. Itu sapi kami Pak. Saya bekerja sebagai buruh cuci dan gosokan (strerika). Alhamdulillah, saya punya langganan 5 rumah dan setiap hari saya harus melakukan kerjaan ini. Kalau saya tidak hadir, mereka sangat mengharapkan saya. Saat saya masih menerima bantuan PKH, saya sering menghadiri pertemuan dan rapat-rapat masalah PKH. Sehingga saya sering lalai menjalankan amanah dari 5 keluarga ini. Untuk itulah saya mengundurkan diri sebagai penerima PKH. Saya tidak ingin melukai dan mengecewakan mereka," terang Meri didampingi Riki.
" Sejak menikah dengan uda Syafril, kami hidup selalu menumpang Pak, ada seorang tokoh agama dari Bukittinggi yang kami akrab menyapanya Pak Haji yang sangat peduli dengan keadaan keluarga kami. Sejak tahun 2005 kami menunggui pondok yang dibuatkan Pak Haji di kawasan Solok Batuang Kabun Limau Bukik Panjang. Disana kami selalu merawat kebun Pak Haji dan beberapa ekor ternak sapi yang dibelikan Pak Haji. Bertahun tahun kami bertahan bersama Pak haji, hingga lahir putra pertama kami Zakirman. Kami mencoba menabung sedikit demi sedikit, sampai kami punya sapi sendiri. Saat itu suami saya masih kuat bekerja sebagai tukang bangunan," papar Meri usap air matanya.
" Alhamdulillah, 4 tahun lalu kami mencoba membeli (beli minta) sebuah lahan milik Pak RT (Anuh) dengan ukuran 30 x 13 meter seharga Rp 12 juta, kala itu masih semak belukar. Dan kami mencoba membangun rumah permanen yang berukuran 5x7 meter ini secara bertahap. Untuk penimbunan pondasi kami mencoba menggali tanah ini, sehingga menjadi sebuah kolam ikan, hingga kini. Berkat ketabahan kami memelihara ternak paroan ini, saat ini kami sudah miliki 2 ekaor sapi, yang satunya sedang beranak. Itu sapi kami, Pak," terang Meri sambil menunjukkan sapinya.
" Dari hati yang dalam, saya tidak menyesal apabila kami menolak bantuan PKH. Ini sudah kami mufakati sekeluarga sebelumnya. Kami akan menyesal apabila warga yang telah mempercayai kami, meninggalkan kami. Dulu rumah kami belum ada penerangan, kami tetap bahagia. Alhamdulilah saat ini sudah ada penerangan dari PLN, walaupun kabelnya masih sambung menyambung, karena belum ada tiang induk. Saat ini yang kami impikan adalah bagaimana kami bisa mendapatkan fasilitas air bersih, karena saat ini kami mengkonsumsi air dari bukit itu, Pak," tukuk Meri.
Berdasarkan kunjungan kami ke rumah keluarga Meri, dapat kami gambarkan bahwa Meri sudah menyatakan komitmennya untuk mundur sebagai penerima bantuan PKH. Apakah Meri dan keluarganya bisa bertahan tampa bantuan PKH ? Allahu a'lam. Kawasan Baliak Payolansek termasuk kawasan yang belum terjamah aspal hitam, baru sekitar 1 Km saja sekitar yang baru diaspal hitam, selepas surau suluk adalah jalan tanah dengan pengerasan. Menurut sebagian warga yang tinggal di kawasan Baliak Payolansek, pemko Payakumbuh sudah berencana melakukan pengerasan hingga batas kota. Bahkan sudah ditinjau langsung Walikota Payakumbuh.ul