Catatan Muhammad Yusuf Aunur Sabri, SH. "Jangan Diurai Benang Yang Sudah Dipintal"

Muhammad Yusuf
Aunur Sabri, SH
IMPIANNEWS.COM 

Puasa Ramadhan telah berakhir. Amat disayangkan, ibadah yang telah dilakukan tiada arti dan tidak menjadikan kita semakin baik, shaleh  dan beriman kepadaAllah SWT, ibarat telah berjerih payah memintal erat benang tetapi justru diurai kembali.

Allah SWT telah mengingatkan di dalam Al quran surat An Nahl ayat ke 92 “ dan jangan kamu seperti perempuan yang menguraikan benangnya yang sudah dipintal dengan kuat menjadi cerai berai kembali”.

Diwajibkannya untuk berpuasa pada bulan ramadhan (Q.S.Al Baqarah : 183), memiliki tujuan yang baik adalah mewujudkan hamba Allah yang bertaqwa. Selama ramadhan, muslimin dan muslimat ditempa dengan melaksanakan berbagai amal ibadah, seperti berpuasa dengan menahan diri dari yang halal, juga dididik untuk menahan nafsu, emosional, pandangan. 

Serta dilatih untuk meningkatkan kuantitas amal ibadah seperti tarawih, witir, beri’tikaf, dan membaca al quran.

Kesemuanya adalah berorientasi menjadikan diri sebagai mukmin/mukmiat yang sejati, semua yang dilakukan di bulan ramadhan terus berlanjut bahkan semakin bertambah kuantitas dan kualitasnya.

Namun sangat disayangkan ketika pasca ramadhan, setelah mengikuti pendidikan dan pelatihan selama satu bulan penuh di bulan tarbiyah, bukannya menjadi insan yang beriman dan bertaqwa, malah menjadi pribadi yang tidak beriman atau bisa saja semakin parah dengan kembali menentang arus dan melanggar rambu-rambu Allah SWT. Seolah-olah, selama satu bulan merasa terkekang dan merdeka dengan berakhirnya ramadhan.

Inilah, yang patut ditangisi. Lihat saja, saat bulan suci masjid dan mushalla ramai memadati, setiap malam terdengar ummat membaca al quran baik sendiri-sendiri maupun secara tadarus, para kaum perempuan kelihatan menutup auratnya dengan berbusana syar’I sesuai tuntunan Islam. 

Tetapi coba lihat pasca ramadhan, semuanya bak pelita yang semula menerangi kembali redup. Manusia-manusia seperti kembali kehabitatnya, masjid tampak kembali lebih banyak tonggak daripada jemaahnya. 

Bacaan al quran sudah berangsur-angsur sepi dan para kaum hawa sudah mulai kembali mengenakan busana yang mengumbar aurat yang mungkin selama ramadhan disimpan sementara di dalam lemarinya.

Sudah sepatutnya seorang muslim menjadikan bulan ramadhan sebagai lembaran baru bagi pertaubatannya, menjadi muslim yang taat, berakhlak, berkuaitas dunia dan akhirat. 

Apalagi belum tentu dapat terus menerus berpuasa di bulan ramadhan. Bisa saja, ramadhan tahun ini yang terakhir baginya karena ajal adalah rahasia, ketentuan dan kuasa Allah SWT. 

Sebagaimana firman Nya dalam surat Al A’raf ayat 34 “tiap-tiap umat mempunyai batas waktu, maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak dapat pula memajukannya”, juga di dalam QS.Al Ankabut ayat 57 “tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kamu kami kembali”.

Ada beberapa pelajaran yang bisa dipetik dan diaplikasikan :
Pertama, jauhi harta haram karena mengkonsumsi yang haram berakibat kehancuran. 

Harta yang haram adalah alkhabits (kotoran yang menjijikkan) dan seandainya Allah memperlihatkannya niscaya orang berimandan berakal pasti tidak akan mau mengkonsumsinya.
Dan di dalam bulan ramadhan, ummat telah diajarkan untuk mengkonsumsi yang halal dan menjauhkan yang bathil dan haram.
Kedua, kendalikan hawa nafsu. 

Manusia adalah makhluk berfikir yang seharusnya menggunakan akalnya untuk beriman dan bertaqwa dan mengendalikan diri dari berbuat maksiat dan nafsu syahwat. Ramadhan telah mendidik untuk bisa memanej akal dengan baik.
Ketiga, tundukkan syaithan. 

Syaithan adalah musuh yang  nyata yang tdak boleh diikuti langkah-langkahnya nota bene mejerumuskan manusia ke neraka dan menerima azab nan pedih dari Sang Khaliq.

Keempat, bersungguh-sungguh mengikuti tuntunan Allah SWT. Selama ramadhan ummat  begitu patuh dan aktif mengikut regulasi, maka perlu dilestarikan dan ditingkatkan.seperti halnya ASN yang patuh dengan kebijakan, aturan yang ditetapkan.

 Justru wajib hukumnya lebih patuh terhadap aturan Allah. Dan menjadikan al quran dan hadtis Rasulullah sebagai tuntunan atau pedoman kehidupan guna mendapat ridha dan hidayah Nya.

Ingatlah, ketaatan dan kesungguhan mengikuti tuntunan dapat meghantaran kepada kecintaan Allah SWT.
Da pelajaran kelima adalah tinggalkan dosa-dosa. Bulan ramadhan penuh dengan perjuangan untuk menjauhi dosa.

 Ibnu Qayyim Al Jauziyah dalam bukunya Al Jawaabul Kaafil Iman Sa’ala ‘Anid Dawaaisy Syaafil mengemukakan tentang beberapa bahaya dosa yakni :
1. Dapat melemahkan kesadaran akan keagungan Allah SWT dalam hati, ia tidak lagi bersungguh-sungguh mengagungkan Allah SWT.

2. Dapat menghilangkan ruh kecemburuan, artinya mengangap lumrah segala perbuatan bernilai dosa dilakukan, atau bahkan dianggap sebagai hal yang modern dilakukan.

3. Tidak lagi memiliki rasa malu.

4. Dapat menjauhkan diri dari berbuat ihsan

5. Dapat menghilangkan nikmat dan menggantinya dengan bencana.

Semoga kita bukan tergolong orang yang mengurai kembali benang yang sudah dipintal erat. (mengutip berbagai sumber).

Tulisan Sederhana : 
Muhammad Yusuf Aunur Sabri, SH
(Penyusun Bahan Siaran Kankemenag Kab.Pasaman)