Wahyu Uliadi Putra |
IMPIANNEWS.COM
Perintah puasa ramadhan ini didasarkan pada firman Allah dalam Al Quran surah Al Baqarah ayat 183.
ÙŠَا Ø£َÙŠُّÙ‡َا الَّØ°ِينَ آمَÙ†ُوا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙŠْÙƒُÙ…ُ الصِّÙŠَامُ ÙƒَÙ…َا Ùƒُتِبَ عَÙ„َÙ‰ الَّØ°ِينَ Ù…ِÙ†ْ Ù‚َبْÙ„ِÙƒُÙ…ْ Ù„َعَÙ„َّÙƒُÙ…ْ تَتَّÙ‚ُونَ
‘Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa’
Puasa berasal dari Bahasa Arab (shaum), kalau dari segi bahasa bermakna menahan, semnatara dari segia istilah diri dari hawa nafsu, makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
Puasa tidak hanya dilakukan oleh umat muslim semata, tapi non muslim juga ada ajaran agamanya untuk berpuasa, sesuai dengan ajaran agama mereka.
Dalam ajaran agama islam, puasa telah ada sejak zaman Nabi Adam AS, pada masa nabi Daud AS, puasa dilaksanakan berselingan yaitu puasa satu hari dan berbuka satu hari. Pada zaman Nabi Muhammad SAW, puasa yang merupakan salah satu poin rukun islam dilaksanakan 1 bulan selama bulan Ramadhan, disamping ada puasa sunat lainnya sebagaimana yang ada dalam syariat islam.
Dari beberapa sumber bacaan yang kita baca, bahwa puasa di bulan Ramadhan pertama kali disyariatkan pada tanggal 10 Sya`ban tahun kedua Hijriah atau satu setengah tahun setelah umat islam berhijrah dari Mekah ke Madinah, atau setelah umat islam diperintahkan untuk memindahkan kiblatnya dari masjid Al Aqsa ke Masjidil Haram.
Dari ayat Surat Al Baqarah : 183, puasa Ramadhan menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat muslim selama satu bulan dengan memenuhi syarat dan dan rukun yang telah disyariatkan dalam islam. Insan yang berpuasa mampu menjaga dirinya dari hal yang membatalkan puasanya, hal yang merusak amalan puasanya. karena orang berpuasa takut dengan kifarat puasa, jika mereka melanggar yang membatalkan puasanya.
Pelaksanaan puasa yang diatur sedemikian rupa disiplinnya, baik pengaturan waktu sahur, pelaksanaan rangkaian ibadah, waktu berbuka dan pelaksanaan qiyamul lail (ibadah malam Ramadhan). Dalam menjalankan ibadah puasanya, Orang yang berpuasa diwajibkan menjaga dirinya sendiri dari hal hal yang merusak amalan puasanya, disamping syarat dan rukun. Dalam pelaksanaan puasa, waktu 24 jam sehari semalam kita dianjurkan untuk memperbanyak ibadah dan ber'ubudiyah kepada Allah SWT serta meningkatkan hubungan ukhuwah islamiyah. Hablul minallah wa hablul minan naas terjalin maksimal.
Orang berpuasa diajarkan menjadi seorang dermawa, walaupun kehidupannnya berada ditaraf ekonomi kurang mampu, sedekah satu buah korma saja kepada orang yang sedang berpuasa, nilai pahalanya sama dengan pahala orang yang berpuasa, asalkan lillahi ta'ala. Kondisi ini mengajarakan kita untuk tetap bertahan setelah Ramadhan. Karena puasa itu adalah untuk Allah, Allah juga menjaga kesehatan orang yang berpuasa dengan menjadikan ibadah puasa sebagai obat dari sakit yang dideritanya. Sangat jarang orang yang berpuasa, sakit.
Apa kaitan puasa dengan reformasi mental ?
Ibadah puasa Ramadhan yang dijalankan dengan sungguh-sungguh, akan melahirkan insan yang berhati dermawan dan berakhlak mulia. Menahan perut kosong yang keroncongan adalah salah satu aplikasi bagaimana kita juga merasakan laparnya orang yang berada ditaraf kemiskinan. Merasakan apa yang dirasakan orang miskin yang makannya hanya satu hingga dua kali sehari. Di dalam keseharian kita yang terbiasa makan, minum dan merokok, seenaknya. Semua serba instan dan tinggal pesan bahkan diantar hingga ke pintu rumah, sesuai selera yang kita inginkan. Dalam bulan Ramadhan semua itu dibatasi, namun bernilai ibadah.
Selain itu, puasa ramadhan yang mengajarkan kita untuk saling memperbanyak ibadah dan saling berbagi dengan sesama serta peduli terhadap tumbuh kembangnya pengamalan syariat islam, kita diajarkan untuk saling memberi maaf, saling berbagi, sehingga jiwa sosial kita tumbuh dengan baik. Dalam dunia kesehatan pun, penyakit banyak terjadi diakibatkan kurang bijaksananya kita mengontrol apa yang akan kita isikan ke dalam lambung yang ada di dalam rongga perut, terkadang tidak memikirkan halal dan haram, semuanya masuk dan dilibas. Dalam berpuasa semua itu dibatasi, baik dalam sahur dengan secukupnya, termasuk berbuka yang orang berpuasa dianjurkan untuk berbuka dengan yangmanis. Bukan dengan memakan segalanya sehingga tidak sanggup atau malas dan lalai untuk mendirikan shalat Magrib. Puasa mengajarkan kita disiplin dan bijaksana mengatur waktu, termasuk waktu hubungan suami istri. Sehingga orang yang melaksanakan puasa dengan penuh keimanan dan perhitungan akan menjadi orang yang disiplin dalam segala hal, baik sebagai hamba maupun sebagai makhluk sosial.
Puasa mampu menjadi wadah reformasi mental, karena puasa mengajarkan kita menjadi insan yang disiplin, insan yang peduli dan tahu tanggungjawab baik sebagai hamba maupun sebagai makhluk sosial. Kalau semua ilmu yang terkandung dalam ibadah puasa dapat diamalkan, dipastikan puasa mampu mebawa perubahan positif bagi yang menjalankannnya. Otomatis insan yang berpuasa ini akan tumbuh menjadi orang yang baik dalam segala hal, meskipun tidak ada manusia yang tidak berdosa. Setiap hari kita mampu memaafkan kesalahan orang lain, itulah manusia mulia.Dan banyak lagi nilai-nilai ibadah puasa yang mengajarkan insan untuk menjadi manusia yang baik. Karena syariat islam untuk berpuasa tidak mengajarkan insanya untuk tumbuh menjadi insan yang anarkis, apalagi yang suka melaksanakan hal yang munkar, termasuk mengambil yang bukan hak kita.
Apa kaitan puasa dengan Reforamsi birokrasi ?
Puasa yang telah mengajarkan insan berpusa untuk senantiasa meningkatkan kualitasdan kuantitas ibadah dengan penuh keimanan, perhitungan dan kedisiplinan, akan melahirkan generasi yang bersih. Generasi yang bersih ini jika kita dipercayakan memimpin akan melaksanakan amanat rakyatnya dengan baik. Karena dia sudah terbiasa mampu melaksanakan amanah Yang Maha Pencipta. Birokrasi bersih akan terwujud jika dikelola oleh orang yang mampu amanah dan menjalankan amanah. Orang yang berpuasa terbiasa dan terlatih menahan nafsunya, sehingga insan ini mampu mengkonsumsi apa yang menjadi haknya. Bukan mengambil yang bukan haknya.
Orang yang berpuasa mampu menjalankan mengaplikasikan ibadahnya dengan menjalankan birokrasi dengan baik, meraka sudah terbiasa disiplin dari sebelum shubuh hingga tidur menjelang. Mereka mampu memelihara diri dari hal-hal yang merusak ibadah puasa. Puasa yang telah mengajarkan insan untuk memelihara semua anggota tubuh dan jiwa akan berdampak besar kepada insan pengelola birokrasi. Penyelenggara birokrasi yang pandai menahan hawa nafsu lah yang akan membawa kesejahteraan bagi rakyat yang dipimpinnya, karena mereka tidak mau melakukan hal dusta dan hal yang tergolong maksiat. Mereka sudah terbiasa peduli dengan sesama. Hanya orang yang berpuasa yang mampu menjadikan birokrasi yang dikelolanya, sebagai lahan ibadah. Karena mereka tau, birokrasi yang dijalankannnya akan dipertanggungjawabkan, kelak.ul