H.Ramza Husmen Kakan Kemenag Lima Puluh Kota menyempatkan diri untuk mengali sejarah besar Perguruan Darul Funun El Abbasiyah (DFA) |
Bersamaan dengan kegiatan monitoring Ujian Nasional Berbasis Komputer (UN-BK) di MTsS Darul Funun Padang Japang (23/04). H.Ramza Husmen Kakan Kemenag Lima Puluh Kota menyempatkan diri untuk mengali sejarah besar Perguruan Darul Funun El Abbasiyah (DFA) yang membawahi pendidikan jejang MTs dan MA.
H.Adia Putra Pimpiman Perguruan DFA menjelaskan, pada tahun 1875 Syekh Abdullah merintis berbirinya Perguruan DFA melalui pengajian yang dikenal dengan surau Godang atau pengajian Syekh Datuk Jabok.
Dengan tujuan sebagai sarana dakwah Islamiyah melalui pendidikan Islam yang Kaffah yang disertai dengan semangat perjuangan untuk kemerdekaan.
Menurut hemat saya lanjut pensiunan Kemenag ini, Syekh Abbas Abdullah telah menanamkan visi yang jauh kedepan, bagaimana Perguruan DFA diharapkan dapat berkembang jauh dalam dunia Pendidikan Islam dari masa ke masa.
Dijelaskan pula saat ini Perguruan DFA memiliki komitmen kuat untuk istiqomah menjaga tradisi kepesantren dengan tetap mengembangkan berbagai inovasi untuk meningkatkan mutu pendidikan. Upaya tersebut tentu memiliki tantangan tersendiri.
“Bagaimana kita dapat menjaga tradisi kepesantrean ditengah pusaran golabalisasi yang menuntun kita untuk berinovasi”, terang Bapak energi ini.
Disisi lain Adia Putra menjelaskan, bahwa dalam dua dasawarsa terakhir Perguruan DFA telah tumbuh dan berkembang menjadi rujukan pendidikan Islam yang berkualitas, prestasi santri/wati sudah mengeliat baik dilevel Regional maupun di pentas Nasional, satandar sarana dan prasarana juga sudah juah meningkat dengan berdirinya Rusunawa di komlek Perguruan DFA.
Begitu juga dengan peringkat Akreditasi madrasah yang untuk kedua tingkatnya bernila B, target kita dua tahun kedepan Akreditasi kita naik menjadi A, simpul Adia.
Saya menyadari bahwa menjaga tradisi dan mengelorakan inovasi merupakan pekerjaan yang penuh tantangan. Tapi semangat ikhlas, kerjasama, kerja keras serta kekuatan visi lembaga dapat melahirkan prestasi yang diharapan, terang Ramza yang juga mengelola Pondok Pesantren YATI Kamang ini.
Secara berseloroh Ramza melanjutkan “Sama dengan saya, sejak awal juga mengelola Pondok Pesantren, “saya merasakan pahit manisnya, bagaimana sulitnya menjaga eksistensi lembaga pendidikan ini”.
Jadi sangat wajar kalau saya terkesan sekaligus terharu dengan sejarah panjang perjuangan Perguruan DFA yang saat ini telah berkembang menjadi kampus fovorit di Suamatera ini.
Kedepanya saya berharap agar seluruh stakeholder Perguruan DFA dapat tetap menjaga mutu pendidikan dengan melakukan berbagai terobosan inovasi yang merupakan keniscayaan dalam dunia global, tapi perlu saya ingatkan sekali lagi bahwa tugas kita dalah mengawikan tradisi dengan inovasi secara seimbang, simpul lulusan Magister Ilmu Pendidikan UNP ini. (if)